Interpretasi:
Lebih (>+2SD)
Normal (antara -2SD sampai +2SD)
Kurang (<-2SD)
Nilai Percentil
Indikator antropometri:
BB/U
TB/U
BB/TB
Interpretasi:
Lebih (lebih dari persentil 95)
Normal (antara persentil 5 dan 95)
Kurang (kurang dari persentil 5)
Pemeriksaan kepala
Kepala
Ukuran
normosefal / makrosefal / mikrosefal
Rambut
Kondisi rambut (warna, distribusi, mudah dicabut atau tidak)
Ubun ubun (terlambat menutup / menonjol / cekung)
Muka:
Simetris / asimetris
Adakah tampilan khas pada wajah (bengkak / wajah dismorfik)
Pemeriksaan kepala
Mata
Mata cekung / tidak
Konjungtiva (anemis / tidak)
Sklera (ikterik / tidak)
Adakah petosis / eksoftalmus
Pupil (ukuran, isokor, refleks cahaya)
Visus
Pemeriksaan kepala
Hidung
Sekret , deformitas , napas cuping hidung sesak sekali (dimulai dari
suprasternal, naik ke intercostal, lalu cuping hidung)
Telinga
nilai tanda infeksi, sekret, ketajaman pendengaran nilai dengan
Pemeriksaan kepala
Mulut
Warna Bibir (anemis / sianosis)
Mukosa pipi ( oral thrush , stomatitis)
Trismus
Perdarahan gusi
Leher
Pemeriksaan umum:
Inspeksi :
1. Lihat bentuk dan warna leher (simetris/asimetris, tampak kemerahan)
2.Terdapat penonjolan vena jugularis/tidak
3.Terlihat adanya tumor/tidak
4.Adanya tortikolis/tidak
Palpasi :
1. Apakah ada pembesaran tiroid
2. Posisi trakea (ditengah/terdorong kesatu sisi)
3. Apakah ada kaku kuduk/tidak
Auskultasi :
1. Adakah bruit pada arteri karotis/tiroid
Pemeriksaan kelenjar getah bening :
Inspeksi :
1. Adakah pembesaran KGB/tidak (jika iya unilateral/bilateral, tentukan lokasi)
Palpasi :
1.Nilai konsistensi, mobilitas, permukaan.
2.Adanya nyeri tekan/tidak
3. Lakukan palpasi pada daerah : preaurikula, aurikula posterior, oksipital,
tonsilar, submandibular, submental, supraklavikula.
Tekanan vena jugularis :
Pasien diletakan dalam posisi terlentang dengan dada dan kepala diangkat 15-30
derajat. Kemudian lihat batas atas distensi vena jugularis, bila perlu menggosok
terlebih dahulu dengan menekan bagian kranial vena dan mengurut vena kearah
kaudal kemudian, dilepas lagi. (5+2 sampai 5+3)
THORAKS
20
Thoraks(lanj)
Normal :
- Simetris,
- potongan melintang toraks berbentuk elips,
- diameter antero posterior:diameter lateral = 5 : 7,
- Sela iga tidak terlalu lebar atau sempit,
- Iga-iga tidak terlalu horizontalnatau terlalu vertikal,
- Angulus (sudut) sub-kosta = 70-90
Thoraks(lanj)
Dinding toraks dan mama(inspeksi)
Periksa Kelainan kulit
Spider nevi pada sirosis hati
Roseolae pada demam tifoid
Ginekomastia
Pulsasi pada dinding toraks
Iktus kordis pada sela iga V, 1-2cm di sebelah medial garis midklavikularis
kiri, perkiraan diameternya 2 cm.
Gerak dinding toraks pada pernapasan(palpasi)
Keadaan normal; simetris (amplitudo gerak napas kiri dan kanan sama),
frekuensi 14-20x/menit, irama teratur
Thoraks(lanj)
Perkusi :
langsung menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain
Tidak langsung menggunakan 2 jari/bantalan jari lain.
Jangan mengetuk terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan
ototnya lebih kecil.
Tentukan :
1. Batas paru-jantung : sulit dilakukan pada bayi dan anak kecil
2. Batas paru-hati : sela iga ke IV , terdapat peranjakan paru-hepar setinggi
sela iga ke VI dengan bunyi pekak.
3. Batas bawah paru : setinggi sela iga VIII X.
Bentuk Dada
ABNORMAL
24
Pektus karinatum (pigeon chest)
25
Barrel chest, toraks emfisematikus
26
Thoraks(lanj)
PAYUDARA
Pada bayi prematur dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu, areola payudara
hampir tidak terlihat.
Pada bayi cukup bulan jaringan payudara teraba 5-6 mm.
Inspeksi kelebihan jumlah putting susu jika berlebih supernumary nipples
Pertumbuhan pada anak perempuan disebut telars (telarche) sebagai tanda
kelamin sekunder, biasanya terjadi pada usia 10 tahun (8 sampai 14 tahun).
Thoraks(lanj)
PARU
INSPEKSI
1. Bentuk toraks, tulang dada, klavikula, iga, dan sela iga, skapula dan tulang belakang
2. Dinding toraks dan mammae
3. Pulsasi pada dinding toraks
4. Gerak dinding toraks pada saat pernapasan
PALPASI
1. Besar angulus subkosta
2. Kelainan (bila ada) pada dinding toraks
3. Gerak dinding toraks pada inspirasi dan ekspirasi
4. Vocal fremitus
5. Friction fremitus
Thoraks(lanj)
Auskultasi
Suara napas dasar :
1. Vesikuler : suara napas normal. Suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang dari
pada suara ekspirasi.
2. Bronkhial : terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras.
3. Amforik : menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong.
4. Cog-wheel breath sound : suara napas yang terputus-putus, tidak kontiu, baik pada
inspirasi maupun ekspirasi. Terdapat pada tuberkulosis dini
5. Metamorphosing breath sound : suara napas yang dimulai dengan suara yang halus
kemudian mengeras atau dimulai dengan vesikular kemudian menjadi bronkial.
Suara tambahan
1. Ronki
2. Wheezing
3. Krepitasi
4. Bronkofoni atau vocal resonance
30
Perkusi langsung dan tidak langsung 31
Thoraks(lanj)
Inspeksi dan Palpasi jantung
1. Denyut apeks atau aktifitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus kordis,
merupakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah apeks, yaitu sela iga
ke-4 pada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral.
2. Detak pulmonal. Dalam keadaan normal bunyi jantung II tidak teraba. Apabila
bunyi jantung II mengeras dan dapat diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum,
maka keadaan tersebut dikatakan sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
Thoraks(lanj)
3. Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung
keras, yang terjadi pada kelainan organic.
Getaran bising teraba pada fase sistolik maupun diastolik, getaran pada fase
sistolik teraba pada defek septum ventrikel (disela iga ke 3 dan 4 tepi kiri
sternum),
stenosis aorta (sela iga ke 2 tepi kanan dan darah karotis),
stenosis pulmonal ( sela iga ke 2 tepi kiri sternum dan suprasternal),insufisiensi
mitral( di apeks).
Getaran bising fase diastolik di apeks teraba pada stenosis mitral
Thoraks(lanj)
PERKUSI
Dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung
AUSKULTASI
Bunyi-bunyi jantung, I, II, II, dan IV
Opening snap
gallop rhythm
Klik
ABDOMEN
Inspeksi
1. Bentuk: rata, abdominal frog (cembung), scapoid
(cekung)
2. Pernafasan: gerak abdominal
3. Kulit: warna, lesi, pembesaran pembuluh darah vena,
massa
4. Umbilikus: hernia/tidak
Auskultasi
1. Auskultasi keempat kuadran abdomen
2. Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah
dinding abdomen untuk mendengarkan suara peristaltik
usus (hitung selama 1 menit. N=5-15/menit)
ABDOMEN
Palpasi
1. Palpasi keempat kuadran abdomen terdapat nyeri tekan/nyeri
lepas
2. Periksa pembesaran organ:
Hepar: Dimulai dari SIAS kanan kearah atas minta pasien untuk
menarik nafas dalam. Normal: hepar tidak teraba. Bila teraba, nilai:
konsistensi, permukaan, tepi, ukuran dan apakah terdapat nyeri
tekan
Lien: Lakukan palpasi berdasarkan garis schuffner. Tentukan pada
titik berapa lien teraba. Bila teraba, nilai: konsistensi, permukaan,
tepi, ukuran dan apakah terdapat nyeri tekan
ABDOMEN
Ginjal
Normal: tidak teraba kecuali pada neonatus.
Abnormal: dapat diraba dengan cara Ballotement.
Tangan kiri diletakkan pada bagian posterior tubuh
sejajar costa 12 dengan ujung jari menyentuh sudut
costavertebral dan dorong kearah atas. Tangan kanan
diletakkan pada bagian atas sejajar dengan tangan
kiri. Tangan kanan melakukan palpasi secara dalam
saat pasien mencapai puncak inspirasi
ABDOMEN
3.Pemeriksaan ascites (Tes
Undulasi)
Minta asisten untuk menekan
kedua tangan pada midline dari
abdomen. Ketuk satu sisi
abdomen dengan ujung jari dan
rasakan pada sisi yang lain adanya
getaran yang diteruskan oleh
cairan ascites.
Abdomen
Perkusi
1. Perkusi pada keempat kuadran abdomen
untuk memperkirakan distribusi suara timpani
(dihasilkan oleh adanya gas pada saluran
gastroinstestinal) dan redup (dihasilkan oleh
cairan dan feses)
2. Shifting dullness: Perkusi dari umbilikus ke sisi
lateral. Apabila terdapat perubahan suara dari
timpani ke redup, tandai tempat perubahan
suara tersebut. Minta pasien miring ke arah
kontralateral dari arah perkusi. Tunggu 30-60
detik dan lakukan perkusi kembali pada
daerah yang ditandai tersebut. Perhatikan
perubahan bunyi dari redup ke timpani.
Pemeriksaan Fisik Genitalia
Laki-laki
1. Inspeksi ukuran dan bentuk dari skrotum dan penis
2. Inspeksi kelainan yang ada seperti mikropenis, dan pada
orifisium uretra (hipospadia, epispadia), serta preputium
penis (fimosis, parafimosis)
3. Pada skrotum dan testis, dinilai ada tidaknya undesensus
testikulorum, dan hernia skrotalis, filariasis, dsb
4. Palpasi dilakukan untuk menilai keadaan genitalia seperti
konsistensi, tanda peradangan, ada/tidaknya nyeri tekan,
dsb
Pemeriksaan Fisik Genitalia(lanj)
Laki-laki
5. Tanda seks sekunder
Pemeriksaan Fisik Genitalia(lanj)
Perempuan
1. Uretra & vagina: ada/tidaknya sekret, tanda
peradangan, dsb.
2. Labia mayor: terdapat perlengketan atau tidak
3. Himen: atresia atau tidak
4. Klitoris: membesar/tidak
5. Tanda seks sekunder: mons pubis, pembesaran
mammae (tanner stages)
Pemeriksaan Fisik Ekstremitas (lanj)
Umum: Kelainan anatomi bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger,
dan pembengkakan tulang, telapak tangan pucat/tidak, akral dingin/hangat,
CRT, edema
Persendian: Suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan
gerakan
Otot: Perhatikan spasme, paralisis, nyeri, tonus
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Neurologis
Tanda-tanda Rangsang Meningeal
1.Kaku kuduk
2.Brudzinski I
3.Brudzinski II
4.Tanda Kernig