Anda di halaman 1dari 17

MINI PROJECT

GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA


SEI KINJIL KABUPATEN KETAPANG
BULAN JANUARI 2018

dr. NURMARIANA
Pembimbing:
dr. H. Denny Yuliandi Chonidi
NIP. 19780730 200803 1 002

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


ANGKATAN II TAHUN 2018
PUSKESMAS TUAN-TUAN
KETAPANG
LATAR BELAKANG

Stunting merupakan masalah kesehatan


STUNTING yang banyak ditemukan di negara Prevalensi di Dunia
berkembang, termasuk Indonesia
Terdapat 22,9 persen, atau hampir satu dari empat anak berusia
di bawah lima tahun (balita) mengalami stunting. Lebih dari
setengah balita yang mengalami stunting tersebut tinggal di
Benua Asia dan lebih dari sepertiga tinggal di Benua Afrika
United Nations Children’s Fund (UNICEF), 2016
Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) 2017, prevalensi stunting di Indonesia
menempati peringkat kelima terbesar di dunia

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang


Keadaan pendek (stunting) menurut Keputusan Menteri Kesehatan berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia
Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama
standar antropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting)
dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi Prevalensi di Indonesia
(SD) sampai -2 SD. Sangat pendek (severe stunting) adalah keadaan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
dimana hasil pengukuran PB/U atau TB/U di bawah -3 SD
Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2 %.

Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, mencapai Batasan
Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Lebih dari 1/3 anak WHO <
27,5 %.
berusia di bawah 5 tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata 20%.
LATAR BELAKANG
Prevalensi di Provinsi Kalimantan Barat
Karakteristik bayi stunting ?
Tahun 2013 sebesar 38,6 %, terdiri dari prevalensi pendek
sebesar 16,1% dan sangat pendek sebesar 22,5%. Belum terdata
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
Prevalensi di Puskesmas Tuan-Tuan merupakan
Prevalensi di Provinsi Kab. Ketapang kabupaten nomor 2 se Kalimantan Barat yang tingkat
kejadian stuntingnya tinggi pada tahun 2017
Sebesar 34, 8%, terdiri dari prevalensi pendek sebesar Profil Puskesmas Tuan-Tuan, 2017
17,3% dan sangat pendek sebesar 17,5%.
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Desa Sei Kinjil dipilih sebagai lokus Desa Stunting di
Prevalensi stunting berada wilayah kerja Puskesmas Tuan Tuan
pada rentang 30-39 persen Profil Puskesmas Tuan-Tuan, 2017

STUNTING Masalah Kesehatan yang Berat

Bahaya Stunting: Kasus stunting pada anak dapat dijadikan


Menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan status prediktor rendahnya kualitas sumber daya
kesehatan pada anak. manusia suatu negara
Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap
penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) serta Upaya Pemerintah melalui
peningkatan risiko overweight dan obesitas. program perbaikan gizi
Keadaan stunting yang menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, Anak stunting Prevalensi stunting pada anak bawah dua tahun (baduta)
memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dari 32,9 persen pada tahun 2013 menjadi 28,0 persen
dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal, rendahnya produktivitas, serta pada tahun 2019
yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka
meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019
Indonesia.
RUMUSAN MASALAH MANFAAT PENELITIAN
Bagaimana gambaran karakteristik balita stunting di Bagi Ilmu Pengetahuan
Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari Menambah referensi dan wawasan keilmuan bagi para akademisi serta
2018? perkembangan ilmukedokteran, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
informasi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian berikutnya.
TUJUAN PENELITIAN
Bagi Instansi Puskesmas
Tujuan Umum: Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Tuan Tuan Ketapang dan
Mengetahui gambaran karakteristik balita stunting di dapat berguna sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang stunting.
Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari
2018. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi baru pada masyarakat mengenai stunting dan faktor
Tujuan Khusus: faktor yang meningkatkan risiko stunting pada anak sehingga masyarakat
Mengetahui gambaran usia balita stunting di Desa Sei Kinjil dapat memperbaiki pertumbuhan anak-anak sejak dari usia dini sebelum
Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018. berdampak lebih jauh.
Mengetahui gambaran jenis kelamin balita stunting di Desa Sei
Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018.

Mengetahui gambaran berat bayi lahir balita stunting di Desa


Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018. Tujuan Khusus (Cont…):
Mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif balita Mengetahui gambaran status ekonomi keluarga balita stunting di
stunting di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018
2018.
Mengetahui gambaran status stunting balita stunting di Desa Sei
Mengetahui gambaran riwayat penyakit infeksi balita stunting Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018.
di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan Januari 2018.
METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
DESAIN PENELITIAN
pendekatan cross-sectional.

TEMPAT DAN WAKTU Tempat : Poli Gizi Puskesmas Tuan Tuan Ketapang.
PENELITIAN Waktu: Pengambilan Data dilakukan pada bulan September 2018.

1. Populasi target adalah balita stunting yang bertempat tinggal di Desa Sei
Kinjil Kabupaten Ketapang.
Populasi 2. Populasi terjangkau adalah balita stunting yang bertempat tinggal di
Penelitian Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan januari 2018 yang ada
SUBJEK PENELITIAN berinteraksi dengan petugas kesehatan.

Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah balita stunting yang bertempat
Sampel tinggal di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan januari 2018 yang ada
Penelitian berinteraksi dengan petugas kesehatan dan telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
METODOLOGI PENELITIAN

Balita stunting yang bertempat tinggal di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang Tahun 2018 yang
KRITERIA INKLUSI ada berinteraksi dengan petugas kesehatan dengan rentang usia 0-24 bulan.

1. Balita stunting yang tidak bertempat tinggal di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang..
KRITERIA EKSKLUSI 2. Balita dengan usia > 24 bulan
3. Data yang tidak lengkap

Cara Pemilihan Sampel Penelitian:


BESAR SAMPEL Sampel pada penelitian ini dipilih dengan cara tidak berdasarkan peluang (non-probability
PENELITIAN sampling), yaitu dengan cara total sampling dimana semua subjek yang memenuhi kriteria
penelitian akan diikutsertakan dalam penelitian yaitu 12 orang.
.

Variabel pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, berat bayi lahir, pemberian ASI eksklusif,
VARIABEL PENELITIAN riwayat penyakit infeksi, status ekonomi keluarga, dan status stunting (z-score) balita stunting
yang bertempat tinggal di Desa Sei Kinjil Kabupaten Ketapang bulan januari 2018.
METODOLOGI PENELITIAN
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Usia Penggolongan berdasarkan usia balita, satuannya dihitung mulai dari tahun Rekam Medik Kelas I : 2-5 Ordinal
kelahirannya sampai dengan tahun pada saat pengumpulan data. Kelas II : 6-10
Kelas III: 11-15
Kelas IV: 16-20
Kelas V : 21-24
Jenis Kelamin Karakteristik biologis balita dari lahir yang bersifat permanen Rekam Medik 1. Laki-laki Nominal
2. Perempuan
Berat bayi lahir Berat bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir Wawancara 1. < 2.5 kg Ordinal
2. 2.5-4.0 kg
3. >4.0 kg

Pemberian ASI eksklusif Bayi berumur 0-6 bulan yang hanya diberikan ASI saja tanpa makan tambahan Wawancara 1. ASI Eksklusif Nominal
2. Non ASI eksklusif
Riwayat penyakit infeksi Kejadian penyakit ISPA atau Diare selama1 bulan atau 1 tahun terakhir Wawancara 1. Ada Nominal
2. Tidak ada
Status ekonomi keluarga Kemampuan perekonomian suatu keluarga dalam memenuhi setiap kebutuhan hidup Wawancara 1. Dibawah UMK Nominal
seluruh anggota keluarga 2. Diatas UMK

Status stunting Status gizi balita yang diukur berdasarkan tinggi badan per usia Rekam Medik 1. Sangat pendek (≤ -3 SD) Ordinal
2. Pendek (≤-2 SD)
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan data dengan cara wawancara orang tua balita stunting dan wawancara
PENGUMPULAN DATA
dengan pemegang program dan data sekunder didapatkan dengan cara penelusuran
pemantauan status gizi balita dan data PIS-PK yang memenuhi kriteria penelitian.

PENGOLAHAN DAN Data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif. Data yang didapat ditampilkan
PENYAJIAN DATA dalam bentuk teks dan tabel untuk memudahkan pembacaan hasil

Proses pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Microsoft
ANALISIS DATA
Excel 2007.

Pengambilan data telah dilakukan dan telah mendapatkan persetujuan dari Kepala
ETIKA PENELITIAN Puskesmas dan Pemegang Program Gizi Puskesmas Tuan Tuan.
Peneliti merahasiakan setiap data yang diperoleh dari hasil wawancara, pemantauan
status gizi balita dan data PIS-PK .
METODOLOGI PENELITIAN

ALUR PENELITIAN

Data seluruh balita di Desa


Sei Kinjil

Rekam Medik dan


wawancara langsung

•Usia
Balita stunting usia •Jenis Kelamin
0-24 bulan •Berat Bayi Lahir
•Pemberian ASI ekslusif
•Riwayat penyakit infeksi
•Status ekonomi keluarga
•Status stunting (z-score)
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Berdasarkan Usia Balita Stunting

Usia (bulan) n %
usia balita stunting paling banyak pada rentang usia 11-16
bulan sebanyak 4 orang (33,3%), sedangkan balita stunting
2-6 1 8,3 paling sedikit pada rentang usia 2-6 bulan dan 7-11 bulan
7-11 1 8,3 dengan jumlah masing-masing 1 orang (8,3%).
12-16 4 33,3
Kisaran usia mulai dari 2 bulan (termuda) hingga 24 bulan
17-21 3 25 (tertua). Sedangkan usia rata-rata adalah 16,5 bulan
22-24 3 25
Total 12 100
Karakteristik Berdasarkan Berat Badan Lahir
Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Berat badan lahir (kg) n %
< 2.5 1 orang 8,3
Riwayat Keluarga n %
Laki-laki 8 orang 66,7 2.5-4.0 11 orang 91,7
Perempuan 4 orang 33,3 >4.0 0 0
Total 12 orang 100 Total 12 orang 100
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif

Karakteristik Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga


Pemberian ASI eksklusif n %

ASI eksklusif 9 orang 75% Status Ekonomi Keluarga n %


Non ASI eksklusif 3 orang 25% Diatas UMK 2 orang 16,7
Total 12 orang 100 Dibawah UMK 10 orang 83,3
Total 12 orang 100
Karakteristik Berdasarkan Riwayat Penyakit Infeksi

Riwayat Penyakit Infeksi n % Karakteristik Berdasarkan Status Stunting

Ya 12 orang 100
Status stunting (z-score) n %
Tidak 0 orang 0
Sangat pendek (≤ -3 SD) 2 orang 16,7
Total 12 orang 100
Pendek (≤ -2 SD) 10 orang 83,3
Total 12 orang 100
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan usia balita stunting
Pengelompokan usia pada penelitian ini menggunakan rumus
Sturges sehingga dibagi menjadi 5 kategori, yaitu 2-6 bulan, 7-11
bulan, 12-16 bulan, 17-21 bulan dan 22-24 bulan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wellina

Karakteristik berdasarkan usia balita stunting paling banyak pada Usia anak <18 bulan lebih banyak mengalami
rentang usia 11-16 bulan sebanyak 4 orang (33,3%). stunting dibandingkan anak usia ≥18 bulan.
Semakin tinggi usia anak makan akan semakin
meningkat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk pembakaran energi dalam tubuh

Anak usia 12-24 bulan mempunyai resiko


mengalami anemia defisiensi besi karena
meningkatnya kebutuhan zat besi serta makanan
yang tidak cukup mengandung zat besi.

Anemia defisiensi besi dan seng berdampak pada


hambatan pertumbuhan tinggi badan sehingga
anak terlahir pendek.
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharni

Karakteristik jenis kelamin balita stunting yang laki-laki sebanyak 8 Pada penelitiannya di dapatkan hasil balita yang
orang (66,7%), sedangkan yang perempuan sebanyak 4 orang mengalami stunting berjenis kelamin laki- laki
(33,3%). sebanyak 24 orang (58,5%) dan jumlah anak
Penyebab perempuan yang mengalami stunting sebanyak 17
orang (41,5%).
Pada tahun pertama kehidupan, laki-laki lebih rentan mengalami
malnutrisi daripada perempuan karena ukuran tubuh laki-laki yang besar
dimana membutuhkan asupan energi yang lebih besar pula sehingga bila
asupan makan tidak terpenuhi dan kondisi tersebut terjadi dalam jangka
waktu yang lama dapat meningkatkan gangguan pertumbuhan

Namun pada tahun kedua kehidupan, perempuan lebih berisiko


menjadi stunting. Hal ini terkait pola asuh orang tua dalam memberikan
makan pada anak dimana dalam kondisi lingkungan dan gizi yang baik,
pola pertumbuhan anak laki-laki lebih baik daripada perempuan
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan Berat Badan Lahir
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wellina

Karakteristik berat badan lahir balita stunting pada penelitian ini Hasil analisa hubungan antara berat badan lahir
memperlihatkan berat badan lahir yang paling banyak adalah berat dengan stunting didapatkan bahwa proporsi balita
badan lahir normal yaitu dengan rentang 2.5-4.0 kg sebanyak 11 dua tahun dengan berat badan lahir rendah lebih
orang (91,7%) cenderung menjadi stunting yaitu sebesar 3,63 kali
dibandingkan dengan balita dua tahun yang berat
Penyebab badan lahirnya normal.
Berat lahir rendah mempengaruhi kejadian stunting pada anak 1-2 tahun.
BBLR menandakan janin mengalami malnutrisi didalam kandungan, dan
stunting di akibatkan oleh malnutrisi yang lama

Di negara berkembang bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) lebih


cenderung mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri yang terjadi
karena buruknya gizi ibu dan meningkatnya angka infeksi dibandingkan
dengan negara maju.

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari normal (<2500gram) mungkin masih memiliki panjang badan normal pada waktu
dilahirkan. Stunting baru akan terjadi beberapa bulan kemudian, walaupun hal ini sering tidak disadari oleh orang tua.

Oleh karena itu anak yang lahir dengan berat badan kurang dibawah normal harus diwaspadai akan menjadi stunting. Semakin awal
dilakukan penangulangan malnutrisi, maka akan semakin kecil resiko menjadi stunting
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sofyaningsih

Karakteristik pemberian ASI eksklusif pada balita stunting Didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
memperlihatkan sebanyak 9 orang (75%) yang memberikan ASI signifikan antara pemberian ASI Eksklusif selama
eksklusif pada balitanya, sedangkan yang tidak memberikan ASI 6 bulan dengan kejadian stunting pada usia 6-12
eksklusif sebanyak 3 orang (25%). bulan. Namun bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
memiliki risiko 1,3 kali lebih besar untuk
Menurut WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI dari mengalami stunting pada usia 6-12 bulan
sejak lahir sampai usia 6 bulan, setelah umur 6 bulan bayi akan dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI
mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesuai dengan usianya, eksklusif..
sedangkan ASI tetap diberikan sampai umur 2 tahun

UU Kesehatan no. 36 /2009 setiap bayi berhak mendapatkan air susu


ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi
medis. ASI memenuhi kebutuhan gizi bayi, melindungi daya tahan tubuh
bayi dan melatih bayi lebih mandiri (meningkatkan tumbuh kembang
bayi). ASI dan kandungan sempurnanya memberikan kontribusi
menurunkan prevalensi stunting di Indonesia
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan Riwayat Penyakit Infeksi
Sejalan dengan penelitian Kusharisupeni

Karakteristik menunjukkan balita stunting yang memiliki Kejadian stunting meningkat secara signifikan dengan adanya
riwayat penyakit infeksi adalah 12 orang (100%). penyakit diare dan ISPA.
Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvania

ISPA sendiri menyebabkan fungsi pernapasan menjadi Di dapatkan bahwa balita stunting yang mengalami riwayat
terganggu yaitu biasanya dengan keluar lendir dari dalam infeksi sebanyak 45 (83,3%). Anak yang memiliki riwayat
hidung sehingga pernafasan terganggu, batuk-batuk infeksi seperti diare dan ISPA beresiko tinggi untuk menjadi
menyebabkan tenggorokan yang tidak enak, sering bersin stunting daripada anak yang tidak pernah mengalami diare dan
sehingga untuk anak yang mengalami ISPA. ISPA.
Nafsu makan terganggu yang berakibat pada kurangnya
Penyebab
asupan makan
Jika anak mengalami diare secara terus menerus atau anak
mengalami disentri sangat berbahaya karena disentri dapat
menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi karena
kehilangan cairan sehingga penyakit infeksi memberikan
dampak negatif terhadap status gizi anak dalam hal
mengurangi nafsu makan dan penyerapan zat gizi dalam
usus, terjadi peningkatan katabolisme sehingga cadangan
zat gizi yang tersedia tidak cukup untuk pembentukan
jaringan tubuh dan pertumbuhan.
PEMBAHASAN
Karakteristik berdasarkan Status Ekonomi Keluarga
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roudhotun

Karakteristik berdasarkan status ekonomi keluarga Pendapatan perkapita yang rendah (p=0,017; OR=7,2) termasuk
menunjukkan status ekonomi keluarga balita stunting dalam salah satu faktor risiko kejadian stunting.
yang diatas UMK sebanyak 2 orang (16,7%), sedangkan
yang dibawah UMK sebanyak 10 orang (83,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kasus stunting lebih banyak
ditemukan pada keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal
tersebut berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga meningkatkan resiko
kekurangan gizi pada anak

Penurunan kualitas konsumsi pangan rumah tangga yang


dicirikan oleh keterbatasan membeli pangan sumber protein,
vitamin dan mineral akan berakibat pada kekurangan gizi, baik
zat gizi makro maupun mikro.

Besar anggota keluarga juga turut menentukan ketersediaan


Hal lain yang
mempengaruhi pangan dalam keluarga. Jumlah anggota dalam rumah tangga
yang bertambah menyebabkan pangan untuk setiap anak
menjadi berkurang dan distribusi makanan tidak merata
sehingga menyebabkan balita dalam keluarga tersebut menderita
kurang gizi

Anda mungkin juga menyukai