Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 10

Mia Julianti
Nela
Novie Eka P. S.
Rizma Yusdiana
Syifa Fauziah

PENEMBAKAN
tembak1/tem·bak/ /témbak/ v, bertembakan/ber·tem·bak·an/ v saling melepaskan peluru dari
senjata api (senapan, meriam)

PENEMBAKAN merupakan suatu bentuk tindakan dengan menembak dengan alat senjata api
atau balistik

PENEMBAKAN

KEDOKTERAN
BALISTIK FORENSIK
FORENSIK
Balistik forensik, bidang ilmu ini sangat
berperan dalam melakukan penyidikan kasus
tindak kriminal dengan senjata api dan bahan
peledak.
Seorang balistik forensik meneliti senjata apa
yang telah digunakan dalam kejahatan
tersebut, berapa jarak dan dari arah mana
penembakan tersebut dilakukan, meneliti
apakah senjata yang telah
digunakan dalam tindak kejahatan masih dapat
beroperasi dengan baik, dan meneliti
senjata mana yang telah digunakan dalam
tindak kriminal tersebut.
Pada peluru,alur setiap senjata meninggalkan
bekas yang berbeda yang dinamakan sidik
balistik. Sebuah senjata pembunuh dengan
membandingkan peluru yang ditembakan dari
senjata tersebut dengan membandingkan
peluru yang ditembakan dari senjata tersebut
dengan yang ditemukan di tubuh korban.

BALISTK FORENSIK
Kerjasama bidang balistik forensik
dengan kedokteran forensik sangat
sering dilakukan, guna menganalisis
efek luka yang ditimbulkan pada
korban dalam merekonstruksi suatu
tindak kriminal dengan senjata api.

Kedokteran Forensik adalah penerapan


atau pemanfaatan ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan hukum dan
pengadilan.
Kedokteran forensik mempelajari hal
ikhwal manusia atau organ manusia
dengan kaitannya peristiwa kejahatan.

KEDOKTERAN FORENSIK
• Visum menggambarkan para
korban umumnya terkena
tembakan senjata api, yang
menghasilkan luka tembak
masuk dan luka tembak
keluar.

• Jenazah Achmad Yani luka


tembaknya terbanyak, yakni
10 luka tembak masuk dan
tiga luka tembak keluar.

Contoh hasil visum penembakan


“ Penembakan Achmad Yani pada
kasus G30S-PKI”
GENOSIDA
KELOMPOK 10
1. Mia Julianti
2. Nela
3. Novie Eka P. S.
4. Rizma Yusdiana
5. Syifa Fauziah
GENOSIDA
Genosida atau genosid (Bahasa Inggris: genocide)
adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara
sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok
dengan maksud memusnahkan (membuat punah)
bangsa tersebut.
https://id.wikipedia.org/wiki/Genosida
Sejarah
Pada 1944, seorang pengacara
Yahudi Polandia bernama
Raphael Lemkin (1900-1959)
berupaya menggambarkan
kebijakan pembantaian
sistematis Nazi, termasuk
pembinasaan kaum Yahudi
Eropa.
Raphael Lemkin membentuk
kata "genocide" (genosida)
dengan menggabungkan kata
geno-, dari bahasa Yunani yang
berarti ras atau suku, dengan
kata -cide (sida), berasal dari
bahasa Latin yang berarti
pembantaian.
Kejahatan Genosida
Pada 9 Desember 1948, dalam bayang-bayang Holocaust dan berkat
upaya besar tanpa kenal lelah dari Lemkin sendiri, PBB menyetujui
Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.
Konvensi ini menetapkan "genosida” sebagai suatu kejahatan
internasional, di mana negara-negara penandatangannya “berupaya
untuk mencegah dan menghukum” kejahatan ini.
HASIL KONVENSI PBB

[G]enosida berarti tindakan apa pun berikut ini yang


dilakukan untuk menghancurkan, seluruhnya atau
sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, ras atau agama,
seperti:
(a) Membantai anggota kelompok;
(b) Menyebabkan kerusakan fisik atau mental yang serius
terhadap anggota kelompok;
(c) Secara sengaja memberikan kondisi hidup yang tidak
menyenangkan kepada kepada kelompok masyarakat yang
diperhitungkan akan menimbulkan pengrusakan fisik
secara keseluruhan atau separuhnya;
(d) Menerapkan tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok masyarakat;
(e) Secara paksa memindahkan anak-anak dari suatu
kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya.
Genosida Rwanda
O Genosida Rwanda adalah sebuah
pembantaian 800.000 suku Tutsi dan
Hutu moderat oleh sekelompok
ekstremis Hutu yang dikenal sebagai
Interahamwe yang terjadi dalam
periode 100 hari pada tahun 1994.
O Rwanda sendiri adalah sebuah negeri
berpenduduk 7,4 juta jiwa dan
merupakan negara terpadat di Afrika
Tengah.
O Peristiwa ini bermula pada tanggal 6
April 1994, ketika Presiden Rwanda,
Juvenal Habyarimana menjadi korban
penembakan saat berada di dalam
pesawat terbang.
O Pada tahun 1990-an Habyarimana
merintis suatu pemerintahan yang
melibatkan tiga etnis di Rwanda yakni
Hutu (85%), Tutsi (14%) dan Twa (1%).
Habyarimana mengangkat perdana
menteri Agathe Uwilingiyama dari suku
Tutsi. Pengangkatan dari suku berbeda
jenis ini jelas tidak diterima oleh
kelompok militan yang ingin
mempertahankan sistem
pemerintahan satu suku.

O Kekhawatiran sekaligus kekecewaan


berlebihan inilah yang akhirnya
memuncak menjadi tindak
pembunuhan terhadap presiden
sendiri. Habyarimana akhirnya dibunuh
bersama presiden Burundi oleh
kelompok militan penentangnya ketika
mereka berada di dalam pesawat (atau
helikopter) pemberian Presiden
Perancis Francois Mitterand
O Peristiwa tragis penembakan Presiden
Habyarimana kontan mengakhiri masa 2
tahun pemerintahannya. Lebih mengerikan
lagi, peristiwa ini memicu pembantaian
etnis besar-besaran di Rwanda. Hanya
dalam beberapa jam setelah Habyarimana
terbunuh, seluruh tempat di Rwanda
langsung diblokade.
O Pasukan khusus Pengawal Presiden
dengan bantuan instruktur Perancis
segera beraksi. Mereka bekerja sama
dengan kelompok militan Rwanda,
Interahamwe dan Impuzamugambi.
O Dimulai dari ibu kota Rwanda, ketiga
kelompok bersenjata itu mulai membunuh
siapa saja yang mendukung piagam
Arusha tanpa memedulikan status dan
sebagainya. Perdana Menteri Rwanda yang
berasal dari suku Tutsi tak lepas dari
pembunuhan kelompok bersenjata. Selain
dia, masih ada nama-nama dari kalangan
menteri, pastor dan siapa saja yang
mendukung maupun terlibat dalam
negosiasi piagam Arusha.
ROHINGYA

Anda mungkin juga menyukai