Anda di halaman 1dari 21

PTERIGIUM

NURFI RESNI FITRA RAMDA


111 2016 2129

PEMBIMBING :
PROF.DR.RUKIAH SYAWAL SP.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
PENDAHULUAN

 Pterygium merupakan pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.
 Seperti daging, berbentuk segitiga yang tumbuh dari
arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju
kornea pada arah intrapalpebra.
 Asal kata pterygium dari bahasa Yunani, yaitu
pteron yang artinya wing atau sayap
ANATOMI KONJUNGTIVA
ANATOMI KORNEA
DEFENISI

Pterygium merupakan pertumbuhan fibrovaskuler


konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.

Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian


sentral atau di daerah kornea, pertumbuhan ini biasanya
terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
EPIDEMIOLOGI

 Insiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien


dengan rentang umur 20 – 49 tahun
 Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak
di daerah iklim panas dan kering.
 Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Etiologi Faktor Resiko

Etiologi pasti belum 1. Usia


diketahui, diduga disebabkan 2. Herediter
oleh: 3. Pekerjaan
 Iritasi kronik dari lingkungan 4. Infeksi
(angin, debu, polutan) 5. Tempat tinggal
 Cahaya Matahari (paparan 6. Faktor risiko lainnya
sinar UV)
7. Jenis Kelamin
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI PTERYGIUM

1. Berdasarkan stadium pterigium dibagi ke dalam


4 stadium yaitu:

Gambar 2. Pterigium stadium 1 Gambar 2. Pterigium stadium 2

Gambar 2. Pterigium stadium 3 Gambar 2. Pterigium stadium 4


KLASIFIKASI PTERIGIUM

 Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterigium


dibagimenjadi 2 yaitu:
 Pterigium progresif : tebal dan vaskular dengan
beberapa infiltrat di kornea di depan kepala
pterigium (disebut cap dari pterigium)
 Pterigium regresif : tipis, atrofi, sedikit vaskular.
Akhirnya menjadi bentuk membran, tetapi tidak
pernah hilang.
GAMBARAN KLINIK

 Asimptomatis

 Mata tampak merah dan sering berair

 Merasa seperti ada benda asing

 Pada pterigium grade 3 dan 4 terjadi penurunan tajam

penglihatan
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan oftamologi
3. Pemeriksaan penunjang
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan

Konservatif Operatif
PENATALAKSANAAN

Konservatif
 Penanganan pterigium pada tahap awal adalah
berupa tindakann konservatif seperti penyuluhan
pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun
paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan
kacamata anti UV dan pemberian air mata
buatan/topical lubricating drops, pemberian
dypiridamol topikal(9)
PENATALAKSANAAN

Operatif
Ada berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalam penanganan pterigium
diantaranya adalah:
A. Bare sclera
B. Simple closure
C. Sliding flap
D. Rotational flap
E. Conjungtival graft
Conjungtival graft

Gambar 7. Teknik Operasi Conjungtival graft (a).Pterygium, (b).Pterygium


removed, (c).Leaving bare area, (d).Graft outlined, (e).Graft sutured into place
DIAGNOSIS BANDING

Pinguekula

Pseudopterigium
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul pada pterygium, adalah :


 Astigmatisma
 Penglihatan berkurang
 Mata merah
 Iritasi
 Scar (jaringan parut) kronis pada konjungtiva dan kornea
 Pada pasien yang belum exicisi, scar pada otot rectus
medial dapat menyebabkan terjadinya diplopia.
KOMPLIKASI

Komplikasi
Komplikasi post eksisi pterygium, adalah:
 Infeksi, reaksi bahan jahitan (benang), diplopia, scar cornea,
conjungtiva graft longgar dan komplikasi yang jarang termasuk
perforasi bola mata, vitreous hemorrhage atau retinal detachment.
 Penggunaan mytomicin C post operasi dapat menyebabkan ectasia atau
melting pada sclera dan kornea.
 Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterygium adalah rekuren
pterygium post operasi.
PROGNOSIS

 Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna.


Umumnya prognosis baik.
 Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi
adalah baik.
 Sebagian besar pasien dapat beraktivitas kembali
setelah 48 jam postoperasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai