Anda di halaman 1dari 72

KEBIJAKAN DIREKTORAT P2 MAKESWA DAN

NAPZA UNTUK MENINGKATKAN


KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA

Disampa[kan Oleh :
dr. Hj. Wiwi Sri Widhowati, M.Kes
Kasi. Bimdal P2 Penyakit Tidak Menular Dinkes Prov. Sultra

DIREKTORAT P2 MAKESWA DAN NAPZA DITJEN


P2P
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
B
I
O
D
A
T • Nama : dr. Hj. Wiwi Sri Widhowati, M.Kes
A • Lahir : Majalegka, 23 Juli 1966
• Tugas : Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tenggara
• Pendidikan : FK UGM 84, S2 Kesmas Unhas 2007
• Email : wiwisriwidhowati@gmail.com
• HP. 081245872751, WA 085340205354
Sistematika

1. Pendahuluan
2. Kebijakan dan Strategi
3. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
dan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
4. Rencana 2020-2024
5. Tantangan
6. Capaian SULTRA
7. Penutup
2
1. Pendahuluan

3
•• Bunuh
Bunuh diri
dirimerupakan
merupakan penyebab
penyebabkematian
kematianno.2
no.2terbanyak
terbanyakdidi
•dunia
Bunuh diriusia
pada merupakan
15-29 penyebab kematian no.2 terbanyak di
tahun
dunia
duniapada
padausia
usia15-29
15-29tahun
tahun
WHO, Preventing Suicide: A Global Imperative, 2014

•• 350
350juta
jutaorang
orangdididunia
duniadiestimasikan
diestimasikan mengalami
mengalami depresi,
depresi, dan
dan
•depresi
350 juta orang
merupakan di dunia diestimasikan
penyebab disabilitasmengalami
utama di depresi,
dunia dan
depresi
depresimerupakan
merupakanpenyebab
penyebabdisabilitas
disabilitasutama
utamadididunia
dunia
WHO, Depression: A Global Crisis, 2012
•• Estimasi
Estimasi dari
daripenelitian
penelitian epidemiologi
epidemiologi berbasis
berbasis komunitas
komunitasdidi
•seluruh
Estimasi dari(tentang
dunia penelitian epidemiologi
gangguan jiwa): berbasis komunitas di
seluruh
seluruh dunia
dunia (tentang
(tentang gangguan
gangguan jiwa):
jiwa):12.2–48.6%,
– lifetime prevalence rates of mental disorders
–– lifetime prevalence rates ofofmental disorders 12.2–48.6%,
lifetime
–– 12-month prevalence
prevalence rates
rates of mental
mental disorders
disorders 12.2–48.6%,
8.4–29.1%
– 12-month
12-monthprevalence
prevalencerates
ratesofofmental
mentaldisorders
disorders8.4–29.1%
8.4–29.1%

WHO, Mental Health Gap Action Programme, 2008


Kesehatan Jiwa dalam Angka
KESEHATAN ADALAH KEADAAN SEHAT, BAIK SECARA FISIK, MENTAL, SPIRITUAL MAUPUN SOSIAL YANG
MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS

Kondisi Kesehatan Jiwa di Indonesia semakin memprihatinkan, Berikut kondisi kesehatan jiwa di
Indonesia dalam angka:
Lebih dari 19 juta penduduk usia ≥ 15 tahun terkena
GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL Setiap hari lebih kurang 5
orang penduduk Indonesia
12
Lebih dari 7 dari 1000 meninggal karena
Rumah Tangga terdapat BUNUH DIRI
juta anggota keluarga
penduduk usia ≥
15 tahun terkena dengan 1800 kematian
DEPRESI SKIZOFRENIA/ karena BUNUH DIRI
PSIKOSIS dalam setahun
Rp730 miliar dana (2016)
BPJS untuk gangguan
jiwa (2016) Sumber data: Riskesdas 2018, SRS 2016, BPJS, WHO
‰ 10
15
20
25

0
Bali

11

2.3
DIY
NTB
Aceh
Jateng
Sulsel
Sumbar
Kalbar
Sulbar
Sulteng
Sumsel
Babel
DKI
Gorontalo
7

INDONESIA
1.7
Jambi
2013

Kaltara
Pabar
Sulut
Banten
2018

Jatim
Lampung
Riau
Sultra
Sumut
Bengkulu
10

Jabar
Kalsel
Kaltim
Malut
PROPORSI RUMAH TANGGA DENGAN ART GANGGUAN JIWA

Papua
SKIZOFRENIA/PSIKOSIS MENURUT PROVINSI (PER MIL), 2013-2018

Kalteng
Maluku
NTT
3

Kepri
1.3
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI ART GANGGUAN JIWA
SKIZOFRENIA/PSIKOSIS YANG DIPASUNG MENURUT TEMPAT TINGGAL, 2013-2018

2018
31.1 31.1 31.5

Perkotaan Perdesaan Indonesia


Pernah dipasung Dipasung 3 bulan terakhir

11
CAKUPAN PENGOBATAN PENDERITA
GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA/ PSIKOSIS, 2018

50
40 36.1 33.7
32
48. 30 23.6
84,9 9 20
15,1 51.
10 7 6.1 6.1
Beroba Rutin 1 2.4
t Tdk rutin 0
merasa tidak Tidak tidak sering merasa obat lainnya
Berobat Tidak berobat sudah rutin mampu tahan lupa dosis tidak
sehat berobat beli ESO tidak tersedia
minum obat obat sesuai
rutin
rutin
Alasan tidak rutin minum obat 1 bulan terakhir (%)

12
PREVALENSI DEPRESI*PADA PENDUDUK UMUR ≥15 TAHUN
MENURUT PROVINSI, 2018

25.0

20.0

Hanya 9% penderita
15.0 12.3 depresi yang minum obat
/menjalani pengobatan
10.0 medis.
6.1
5.0
1.8
0.0
NTT
Malut
NTB

Riau

Jatim
Aceh
DIY
Kalbar

Sulbar
Gorontalo

Sumut

Sultra

Bengkulu
Kaltara

Sumsel
Banten

Sulsel

Kalsel

Lampung
Jateng
Kaltim
Sulteng

Sumbar

Maluku

Kalteng
Kepri

Jambi
INDONESIA

Bali

Papua
Jabar

Pabar

Sulut
Babel

DKI

*berdasarkan wawancara dengan Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI)


13
PREVALENSI* GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL
PADA PENDUDUK UMUR > 15 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2007-2018

2007 2013 2018


25
19.8
20

15 9…
10

5
6
3.6
0

Aceh

Jatim
NTT

NTB

Babel

DIY
Riau
Gorontalo

Kalbar
Banten

Kaltim

Sulbar

Sumsel
Sumut

Sultra

Bengkulu

Lampung
Jateng
Sumbar

Sulsel

Kaltara

Kalsel

Jambi
Maluku
Sulteng

INDONESIA

Papua

Kalteng

Kepri
Malut

Pabar

Sulut

Bali
Jabar

DKI

*berdasarkan wawancara dengan Self Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20), Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ≥ 6

14
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Sumber: Executive Summary Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2017, BNN
2. Kebijakan dan Strategi

6
Meningkatnya Derajat Kesehatan
Masyarakat
Pencegahan Pencegahan & (Keluarga Sehat)
Pengendalian Menurunkan
Surveilans dan
Menurunkan AKI
Dan Masalah
dan AKB
Morbiditas, Mortalitas
dan Disabilitas Karantina
Kesehatan Jiwa Penyakit Menular
Kesehatan
Pengendalian & NAPZA
Menurunkan
Penyakit 1. Kesehatan
Menurunkan
Stunting
Morbiditas, Mortalitas
dan Disabilitas PTM
jiwa anak &
1. Imunisasi
remaja
2. Surveilans
2. Kesehatan Remaja Putri, Wanita Usia

jiwa dewasa
Subur, Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, Bayi Baru La hir
Semua Golongan Umur 3. Karantina
& lanjut usia Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier Kesehatan
4. Pengendal
3. Penanggulan Pencegahan & Pencegahan &
gan NAPZA
Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit ian vektor
Menular Tidak Menular
(30 Penyakit) (15 Penyakit)
PETA STRATEGI PELAYANAN KESEHATAN JIWA

KEUANGAN
DAMPAK 1. TERWUJUDNYA MASYARAKAT PEDULI KESEHATAN JIWA

2. TERWUJUDNYA PELAYANAN 3. TERWUJUDNYA UPAYA KESWA


JIWA & NAPZA YANG DAN NAPZA BERBASIS
OUTCOME
KOMPREHENSIF

16. TERWUJUDNYA DANA BIDANG KESEHATAN JIWA & NAPZA


MASYARAKAT

4.TERWUJUDNYA 5. TERWUJUDNYA 6. TERWUJUDNYA 7. TERWUJUDNYA INTEGRASI DAN


PROMOSI DAN KERJASAMA KESWA DAN NAPZA
YANKESWA & NAPZA DI YANKESWA & NAPZA DI
TINGKAT RUJUKAN TINGKAT PRIMER PREVENSI KESWA DAN DALAM
PROSES STRATEGIS YG NAPZA PROGRAM LP/LS
HARUS DILAKUKAN

YANG PROPORSIONAL
8. ADVOKASI KESEHATAN JIWA & NAPZA

9. TERWUJUDNYA 11. TERWUJUDNYA SISTEM


10. TERWUJUDNYA INFORMASI KESWA & NAPZA
PERENCANAAN PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI BERBASIS DATA DAN
KESWA & NAPZA YANG
KESWA DAN NAPZA PENGETAHUAN
TERPADU

12. TERWUJUDNYA 13. TERWUJUDNYA SDM 14. TERWUJUDNYA ALKES 15. TERWUJUDNYA
SUMBER DAYA
KESEHATAN DUKUNGAN KEBIJAKAN KESWA & NAPZA YANG DAN PSIKOFARMAKA DATA KESWA &
KESWA & NAPZA
DAN REGULASI KOMPETEN YANG ADEKUAT NAPZA TERPADU

8
(UU NO 18 TH 2014 TENTANG KESWA) • Mempertahankan & Meningkatkan derajat keswamas secara optimal.
•Menghilangkan stigma pelanggaran HAM ODGJ.
PROMOTIF •Meningkatkan pemahaman & penerimaan masyarakat terhadap
Keswa.
RUANG LINGKUP KESWA

• Mencegah terjadinya masalah Keswa.


•Mencegah timbulnya atau kambuhnya gangguan jiwa.
PREVENTIF
•Kurangi faktor resiko.
•Cegah timbulnya dampak psikososial.

• Penyembuhan atau pemulihan.


•Pengurangan penderitaan
KURATIF •Pengendalian disabilitas
•Pengendalian gejala penyakit.

• Mencegah atau mengendalikan disabilitas.


•Memulihkan fungsi sosial.
REHABILITATIF
•Memulihkan fungsi okupasional.
•Memberdayakan kemampuan ODGJ untuk mandiri di Masyarakat
PROGRAM PRIORITAS DIREKTORAT P2
MASALAH KESWA DAN NAPZA MENDUKUNG
INDIKATOR KESWA DAN NAPZA

1. Deteksi Dini Keswa di Puskemas


2. Program Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika
3. Kesehatan Jiwa di Keluarga dan Masyarakat
4. Indonesia Bebas Pasung
5. Pencegahan dan Pengendalian Bunuh Diri pada Remaja

6. Pencegahan dan Pengendalian Kekerasan terhadap Anak


7. Pelayanan Kesehatan Jiwa Bergerak (Mobile Mental Health
Service-MMHS) di sekolah dan masyarakat
8. Layanan Psychological First Aid pada Bencana
9. Pencegahan Adiksi Napza, Adiksi Game on Line, Adiksi
Pornografi
10. Sekolah tkt SMA dan yang sederajat menyelenggarakan Upaya
Keswa dan Napza
Meningkatkan kesehatan jiwa dan Program dan kegiatan terutama promotif, preventif, tanpa
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif pendekatan siklus
NAPZA kehidupan dan kelompok berisiko

Menyiapkan Kebijakan dan NSPK Sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan provinsi, kab/kota, dan
1.
UPT
2. Meningkatkan kualitas SDM Melaksanakan advokasi, pelatihan dan pendidikan

Menurunkan kesenjangan masalah antara lain: pengobatan, akses, rujukan, tenaga kesehatan jiwa,
3.
kesehatan jiwa dan Napza layanan keswa berbasis masyrakat.
4. Memperjuangkan HAM Pemasungan, penelantaran, stigmatisasi, diskriminasi

Melaksanakan IPWL Meningkatkan akses layanan rehabilitasi medis bagi


5.
penyalahgunaan NAPZA dan penyediaan dana klaim IPWL

Meningkatkan upaya promotif dan


6. Menyediakan media KIE dan deteksi dini keswa dan NAPZA
preventif keswa dan NAPZA
Meningkatkan mutu dan layanan Terakreditasi dan meningkatkan jumlah layanan keswa dan
7.
keswa dan NAPZA NAPZA
TARGET PELAYANAN KESWA

1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT


2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA
3. GANGGUAN JIWA MENJADI MANDIRI DAN PRODUKTIF
4. MEMILIKI KARTU JKN-BPJS

INDONESIA SEHAT JIWA


KEBIJAKAN STRATEGIS KESWA
1. Memberikan perlindungan dan menjamin upaya/
pelayanan keswa & Napza berdasarkan HAM
– Secara terintegrasi dan berkesinambungan
– Sejak fase janin, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga lansia
– Melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
2. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya
dalam upaya kesehatan jiwa & Napza
3. Integrasi layanan keswa dan Napza di fasyankes primer
serta penguatan sistem rujukan
4. Penguatan upaya promotif dan preventif bagi masyarakat
umum dan populasi berisiko
5. Penguatan keterlibatan masyarakat dan koordinasi lintas
sektor di bidang keswa & Napza
13
KEBIJAKAN KESEHATAN MASYARAKAT

Kebijakan kesehatan jiwa masyarakat terdapat 4


(empat) perubahan;
• berbasis rumah sakit menjadi berbasis
masyarakat,
• dapat ditangani di semua pelayanan
kesehatan yang ada,
• dahulu rawat inap sekarang mengandalkan
pelayanan rawat jalan dan
• dahulu penderita gangguan jiwa perlu disantuni
sekarang dapat diberdayakan
TP-KJM
TIM PEMBINA, PENGARAH, PELAKSANA
KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
 TP-KJM merupakan suatu wadah koodinatif lintas sektor
dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
jiwa dan psikososial, yang terdiri dari Tim Pembina (tingkat
Pusat), Tim Pengarah (tingkat Provinsi), dan Tim Pelaksana
(tingkat Kab/Kota) Kesehatan Jiwa Masyarakat.
 Kepmenkes No: 220/Menkes/SK/III/2002
 Aktivitas hingga saat ini belum optimal (28 Prov, 33
Kab/Kota)
 Perlu bentuk payung hukum yang lebih tinggi – Pengajuan
Draft Perpres – dalam proses menjadi Gugus Tugas Nasional
Pembangunan Kesehatan Jiwa Masyarakat
TUJUAN TPKJM
Meningkatkan kerjasama ;
- lintas sektor terkait,
- peran serta masyarakat,
- kemitraan swasta,
- LSM,
- kelompok profesi dan
- organisasi masyarakat
secara terpadu dan berkesinambungan, dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa,
sehingga akan terbentuk perilaku sehat sebagai individu,
keluarga dan masyarakat yang memungkinkan setiap orang
hidup lebih produktif secara sosial dan ekonomis.
SASARAN TPKJM
1. Sasaran Utama
a. TP-KJM di Pusat
b. TP-KJM di Provinsi dan
c. TP-KJM di Kab / Kota.
2. Sasaran Antara
Dikelompokkan dalam :
a. Pengambil keputusan (sektoral dan non sektoral)
di tingkat Pusat, Provinsi, Kab / Kota
b. Tokoh Masyarakat (TOMA) di tingkat Pusat,
Provinsi, Kab/Kota.
c. Tokoh Agama (TOGA) di tingkat Pusat, Provinsi,
Kab/Kota
3. SPM dan PIS-PK

18
SPM
PERNYATAAN STANDAR
Setiap orang dengan gangguan jiwa berat
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada seluruh orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) berat sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
INTEGRASI PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT
MELALUI PENDEKATAN KELUARGA

1 Pelayanan antenatal 7 Skrining kesehatan usia > 60 th


2 Pelayanan persalinan 8 Pelayanan kesehatan penderita
PLAN OF ACTION 3 Pelayanan kesehatan BBL hipertensi
PENDEKATAN KELUARGA
9 Pelayanan kesehatan penderita DM
TERINTEGRASI, TOTAL COVERAGE, 4 Pelayanan kesehatan balita
10 Pelayanan ODGJ diobati dan tidak
OUTREACH 5 Skrining kesehatan pd usia
ditelantarkan
pendidikan dasar
11 Pelayanan TB sesuai standar.
6 Skrining kesehatan usia 15-59 th
12 Pemeriksaan HIV utk org berisiko.

SPM
MANAJEMEN

PEMBIAYAAN

UPAYA KESEHATAN
SDM

SARPRAS DAN
FARMASI
LITBANG
Juknis
Program
DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KESWA PIS-PK

• Gangguan jiwa berat (Psikotik dan Skizofrenia) berdasarkan


diagnosis dokter, psikolog klinis atau dokter spesialis
kedokteran jiwa (UU Keswa No 18/2014)
• Minum obat teratur adalah minum obat sesuai petunjuk
dokter dan masih minum obat selama 1 bulan terakhir
sampai saat ini
• Pemasungan adalah segala bentuk pembatasan gerak ODGJ
oleh keluarga atau masyarakat yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan ODGJ, termasuk hilangnya hak atas
pelayanan kesehatan untuk membantu pemulihan
(Permenkes No 54/2017)

ODGJ dibatasi pada Gangguan Psikotik dan Skizofrenia


4. Rencana 2020-2024

22
KONSEP P2 KESWA DAN NAPZA 2020-2024
INDIKATOR
IMPACTS Angka Kematian karena bunuh diri

1. Prevalensi depresi
INDIKATOR
OUTCOMES 2. Persentase penyalahguna Napza yang pulih

1. Persentase Kab/Kota yang PKMnya menyelenggarakan Upaya P2 Keswa dan Napza


2. Persentase Kab/Kota yang PKMnya menyelenggarakan Upaya P2 Keswa dan Napza di SMP, SMA dan
INDIKATOR yang sederajat
OUTPUTS/ 3. Jumlah penyalahguna Napza yang mendapat layanan rehabilitasi medis di fasyankes
KELUARAN 4. Jumlah provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan masalah penyalahgunaan
Napza
5. Persentase Kab/Kota yang PKM/fasyankesnya yang melaksanakan Surveilans Kesehatan
Jiwa dan napza sesuai standar
INDIKATOR
1.Jumlah fasyankes yang sudah mendapatkan pelatihan Surveilans Kesehatan Jiwa dan napza
INPUTS / MASUKAN
2.Jumlah paket promosi kesehatan jiwa dan napza yang didistribusikan ke puskesmas
3.Jumlah Nakes terlatih Keswa dan Napza di fasyankes
4.Jumlah Kab/Kota yang dilatih P2 Keswa dan Napza
5.Jumlah alokasi anggaran untuk Sumber Daya MKJN

23
MENYIAPKAN GENERASI EMAS
UNTUK BONUS DEMOGRAFI

BONUS DEMOGRAFI Ledakan penduduk USIA


Tahu n 2020-2035 PRODUKTIF/potensial/kerja :
70 % dari total jumlah
penduduk

Menentukan Peluang
Indonesia Menjadi
NEGARA MAJU

Bonus Demografi 
SDM Indonesia Berkualitas

Indeks Pembangunan
Manusia meningkat

Kesempatan Menyiapkan SDM Berkualitas


KECAKAPAN/KETERAMPILAN SOSIAL
Anak dan remaja penting memiliki kompetensi sosial agar
memiliki ketahanan mental yang diperoleh melalui
pelatihan/pendidikan keterampilan sosial (life skill)
Pendidikan keterampilan sosial efektif untuk :
• Pencegahan depresi dan membantu remaja memasuki masa
transisi ke sekolah tinggi
• Menurunkan penggunaan rokok sampai 87%, penggunaan
alkohol dan obat terlarang sampai 60-75%
• Menurunkan angka kekerasan, menurunkan perilaku
berkendara yang membahayakan, serta perilaku berisiko
(kekerasan, seksual diluar nikah, kehamilan, IMS, infeksi HIV
dstnya)
Zollinger TW et.al.
Quayle D etJournal of School
al. Behavior Health;2003;73:338-346
Change; 2001; 18, 4:194-203
Botvin GJ et al. Psychology of Addictive Behavior; 1995; 9:183-194
5. Tantangan

26
1. BELUM MERATANYA LAYANAN
KESEHATAN JIWA
RSJ & RSKO (n=48 di 28 dari 34 provinsi)
• Emergensi psikiatri, one stop center termasuk layanan sub-
spesialisasi

RSU dengan layanan jiwa (n=269 atau 60% dari


445)
• Emergensi psikiatri, poliklinik psikiatri, liaison psychiatry, ranap

Puskesmas dengan layanan jiwa (n= atau %


dari 9.825)
• Penyuluhan keswa, konseling, layanan kesehatan jiwa dasar
yang terintegrasi di poli umum, kunjungan rumah, outreach,
pemberdayaan keluarga, rujukan

27
2. TERBATASNYA TENAGA KESWA

PSIKIATER PSIKOLOG KLINIS PERAWAT JIWA

-UMLAH
J KURANG
- DISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
6. Capaian SULTRA
Indikator Renstra Program P2 Keswa dan NAPZA tahun 2015 –
2019
Target T.arget Target Realisasi Target
No Variabel
2016 2017 2018 2018 2019

Persentase Fasilitas Pelayanan


Kesehatan (Fanyaskes)
1. sebagai Institusi Penerima 30% 35% 40% 20% 50%
Wajib Lapor (IPWL) Pecandu
Narkotika yang aktif.

Jumlah Kab/Kota yang


memiliki Puskesmas yang
2. 130 180 230 12% 280
menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa
Persentase RS Umum Rujukan
Regional Yg
3. 30% 40% 50% 100% 60%
Menyelenggarakan Pelayanan
Kezwa/Psikiatri
BELUM MERATANYA LAYANAN
KESEHATAN JIWA 2018
RSJ & RSKO ( 1 RSJ Kendari)
• Emergensi psikiatri, one stop center termasuk layanan sub-
spesialisasi
RSU Dengan Layanan Jiwa ( 3 RSU dgn asumsi ada
psikiater di RS tsb RSUD Raha, RSUD Koltim , RSUD Bahteramas
)
• Emergensi psikiatri, poliklinik psikiatri, liaison psychiatry, ranap

Puskesmas dengan layanan jiwa (n= 14 (4,9%)


Pkm dari 283 Pkm se Sultra)
• Penyuluhan keswa, konseling, layanan kesehatan jiwa dasar
yang terintegrasi di poli umum, kunjungan rumah, outreach,
pemberdayaan keluarga, rujukan
27
TERBATASNYA TENAGA KESWA

4 PSIKIATER ?? PSIKOLOG KLINIS ??PERAWAT JIWA

-JUMLAH
J KURANG
- DDISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
Kab/Kota Dengan min. 20% Pkm Layanan Jiwa Th. 2018

Jumlah Puskesmas dgn


No. Kab/Kota Puskesmas tenaga terlatih Nama Puskesmas % Ket
Baru Kota Kendari yang
Pkm. Puuwatu, memenuhi indikator Kab/Kota
Pkm. Perumnas, dengan Layanan Jiwa: min 20%
Pkm. Abeli, Pkm dgn Tenaga terlatih dan
1. Kendari 15 4 Pkm. Poasia 26,7 program terlaksana
Pkm. Sorawolio,
2. Bauabau 17 2 Pkm. Bukit Wolio 11,8
3. Kolaka Utara 16 0 0,0
Pkm . Latambaga,
4. Kolaka 14 2 Pkm. Wundulako 14,3
5. Kolaka Timur 12 0 0,0
6. Konawe 27 1 Pkm. Wawotobi 3,7
Pkm. Rnumeeto,
Pkm. Motaha.
7. Konawe Selatan 23 3 Pkm. Pamandati 13,0
8. Konawe Utara 22 0 0,0
Konawe
9. Kepulauan 7 0 0,0
10. Bombana 22 0 0,0
11. Buton 14 0 0,0
12. Buton Tengah 14 0 0,0
13. Buton Selatan 8 0 0,0
14. Buton Utara 10 0 0,0
15. Wakatobi 20 0 0,0
Pkm. Lasalepa,
16. Muna 27 2 Pkm. Parigi 7,4
17. Muna Barat 15 0 0,0
JUMLAH 283 14 4,9
BELUM MERATANYA LAYANAN
KESEHATAN JIWA 2019
RSJ & RSKO ( 1 RSJ Kendari)
• Emergensi psikiatri, one stop center termasuk layanan sub-
spesialisasi
RSU Dengan Layanan Jiwa ( 3 RSU dgn asumsi ada
psiliater di RS tsb RSUD Raha, RSUD Koltim , RSUD Bahteramas
)
• Emergensi psikiatri, poliklinik psikiatri, liaison psychiatry, ranap

Puskesmas dengan layanan jiwa (n= 35 (12,4%)


Pkm dari 283 Pkm se Sultra)
• Penyuluhan keswa, konseling, layanan kesehatan jiwa dasar
yang terintegrasi di poli umum, kunjungan rumah, outreach,
pemberdayaan keluarga, rujukan
27
TERBATASNYA TENAGA KESWA

4 PSIKIATER ?? PSIKOLOG KLINIS ??PERAWAT JIWA

- JUMLAH
J KURANG
- DDISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
KONDISI NAKES TERLATIH KESWA
SULTRA TH. 2019
1. DOKTER TERLATIH : Th. 2016 12 dokter;
Th.
2019 22 Dokter TOTAL 34 Dokter (pindah 2
dokter SISA 32 Dokter)

2. PERAWAT TERLATIH : Th. 2016 11 Perawat;


Th. 2019 22 Perawat TOTAL 33 Perawat
(pindah 1 perawat SISA 32 Perawat)
Kab/Kota Dengan min. 20% Pkm Layanan Jiwa Th. 2019 (SM. 1)
Keterangan
Jumlah Puskesmas dgn (tercapai min. 20% dgn
No. Kab/Kota Puskesmas tenaga terlatih Nama Puskesmas % Layanan Jiwa)
Pkm. Puuwatu,
Pkm. Perumnas,
Pkm. Abeli,
Pkm. Poasia,
Pkm. Mekar,
1. Kendari 15 7 Pkm. Wuawua, 46,7 √
Pkm. Sorawolio,
Pkm. Bukit Wolio,
2. Bauabau 17 3 Pkm. Bataraguu 17,6
3. Kolaka Utara 16 1 Pkm. Lasusua 6,3
Pkm . Latambaga,
Pkm. Wundulako,
4. Kolaka 14 3 Pkm. Kolakaasi 21,4 √
5. Kolaka Timur 12 1 Pkm. Lambandia 8,3
Pkm. Wawotobi,
Pkm. Lalonggasu
6. Konawe 27 3 Meeto 11,1
Pkm. Rnumeeto,
Pkm. Motaha.
Pkm. Pamandati,
7. Konawe Selatan 23 4 Pkm. Mowila 17,4
8. Konawe Utara 22 1 Pkm. Langgikima 4,5
Konawe
9. Kepulauan 7 1 Pkm. Langara 14,3
Pkm. Rumbia
10. Bombana 22 1 Tengah 4,5
Pkm. Pasarwajo,
11. Buton 14 2 Pkm. Wakoakili 14,3
12. Buton Tengah 14 1 Pkm. One Waara 7,1
13. Buton Selatan 8 1 Pkm. Sampolawa 12,5
14. Buton Utara 10 1 Pkm. Kulisusu 10,0
Pkm. Waituno,
15. Wakatobi 20 2 Pkm. Wangi-wangi 10,0
Pkm. Lasalepa,
16. Muna 27 2 Pkm. Parigi 7,4
17. Muna Barat 15 1 Pkm. Lawa 6,7
PROVINSI 283 35 12,4
KASUS PASUNG DI TAHUN 2018
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH SELURUH JUMLAH ODGJ JUMLAH KETERANGAN (NAMA
KASUS TEMUAN KASUS PASUNG KASUS PASUNG YANG TOTAL KASUS KAB/KOTA YANG
PASUNG BARU KASUS YANG YANG MENGALAMI PASUNG MELAKSANAKAN
SAMPAI PASUNG DILEPASKAN MENDAPATKAN PEMASUNGAN SAMPAI LAYANAN ODGJ YANG
DESEMBER SEPANJANG SEPANJANG LAYANAN KESWA KEMBALI DESEMBER DIPASUNG
2017 2018 2018 SEPANJANG 2018 SEPANJANG 2018 2018
34 13 29 3 9 27 1 Kab. Wakatobi
9 6 1 14 0 14 2 Kab. Kolaka Utara
0 2 0 2 0 2 3 Kab. Kolaka Timur
6 0 0 4 0 6 4 Kab. Kolaka
1 0 0 0 0 1 5 Kab. Bombana
10 15 0 11 0 25 6 Kab. Muna
2 5 1 7 0 6 7 Kab. Muna Barat
0 0 0 0 0 0 8 Kota Kendari
6 1 5 1 0 2 9 Kab. Konawe
8 3 0 3 0 11 10 Kab. Konsel
3 0 0 0 0 3 11 Kab. Konkep
- - - - - - 12 Kab. Konawe Utara
0 11 10 10 0 1 13 Kota Baubau
7 4 0 11 0 11 14 Kab. Buton
38 8 18 28 0 28 15 Kab. Buton Tengah
0 0 0 0 0 0 16 Kab. Buton Utara
4 10 0 5 0 14 17 Kab. Buton Selatan
128 77 64 99 9 151 PROVINSI
KASUS PASUNG DI TAHUN 2019 (Smester I)
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH SELURUH JUMLAH ODGJ JUMLAH KETERANGAN (NAMA
KASUS TEMUAN KASUS PASUNG KASUS PASUNG YANG TOTAL KASUS KAB/KOTA YANG
PASUNG BARU KASUS YANG YANG MENGALAMI PASUNG MELAKSANAKAN
SAMPAI PASUNG DILEPASKAN MENDAPATKAN PEMASUNGAN SAMPAI LAYANAN ODGJ YANG
DESEMBER SEPANJANG SEPANJANG LAYANAN KESWA KEMBALI DESEMBER DIPASUNG
2018 2019 2019 SEPANJANG 2019 SEPANJANG 2019 2019
37 4 1 8 0 30 1 Kab. Wakatobi
14 0 1 13 0 13 2 Kab. Kolaka Utara
2 0 0 0 0 2 3 Kab. Kolaka Timur
6 0 0 5 0 6 4 Kab. Kolaka
1 0 0 0 0 1 5 Kab. Bombana
25 2 3 13 0 24 6 Kab. Muna
6 1 1 0 0 6 7 Kab. Muna Barat
0 0 0 0 0 0 8 Kota Kendari
2 0 0 2 0 2 9 Kab. Konawe
11 0 0 11 0 11 10 Kab. Konsel
3 0 0 0 0 3 11 Kab. Konkep
- - 12 Kab. Konawe Utara
1 10 10 11 0 1 13 Kota Baubau
11 0 0 7 0 11 14 Kab. Buton
28 0 0 28 0 28 15 Kab. Buton Tengah
0 0 0 0 0 0 16 Kab. Buton Utara
14 5 0 19 0 19 17 Kab. Buton Selatan
151 22 16 117 0 157 PROVINSI
KETERSEDIAAN OBAT KESWA
(BUFFER PROV. SULTRA)
Amitriptilin 25 mg 500 tb
Haloperidol 0,5 mg 800 tb,
Haloperidol 1,5 mg 600 tb,
Haloperidol 5 mg 1000 tb
Chlorpromazin inj 180 ampul
Diazepam 2 mg 500 tb
Diazepam inj 50 ampul
APA YG DIHARAPKAN
DILAKSANAKAN DI KAB/KOTA
TINGKAT KAB/KOTA
• Tenaga Terlatih Melakukan Advokasi dan
Sosialisasi Kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota dan Kabid terkait ttg pentingnya
penanganan Keswa untuk mendukung
pencapaian SPM
• Pembentukan TPKJM Kab/Kota (Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa Masyarakat) melalui SK
Bupati/Walikota dengan melibatkan semua
stekholder lintas program dan lintas sektor
terkait.
lanjut....TK. Kab/Kota
• Di lingkup internal Dinkes, Tim Nakes Terlatih
agar dibuatkan SK sebagai Puskesmas
Pengampu Masalah Keswa di Kab/Kota
• Melakukan Sosialisasi kepada Kepala
Puskesmas lain dan OJT kepada nakesnya
(dokter dan perawat)
• Bersama PJ Keswa Kab/Kota Nakes Terlatih:
1. Melakukan Validasi data Keswa di Kab/Kota
(Data Sasaran/estimasi Kasus Keswa termasuk
Pasung, Ketersediaan Nakes Terlatih, obat2an
keswa)
lanjut....TK. Kab/Kota

2. Membuat kebutuhan obat2an Keswa untuk diminta


ke Prov/Pusat dan untuk membuat perencanaan Th.
2020
3. Membuat kebutuhan Nakes Terlatih untuk diusulkan
ke Prov atau direncanakan pelatihan dgn biaya APBD
Kab/Kota (untuk Akselerasi)
4. Membuat kebutuhan dan mengusulkan pengadaan
media promosi dan KIE Keswa
5. Membuat list kegiatan Keswa yang dapat diusulkan
melalui dana BOK Puskesmas, sosialisasikan ke TIM
BOK Kab/Kota
PUSKESMAS
• Advokasi dan sosialisasikan masalah Keswa ke Kapus
dan seluruh staf PKM
• Validasi data Keswa Puskesmas (Identifikasi kasus
termasuk Pasung, Obat2an)
• Membuat kebutuhan obat2an (berdasarkan kasus
yang ada)
• Membuat media KIE Keswa
• Sosialisasikan ke seluruh stakeholder terkait (Camat,
Kades/Lurah dan unsur lainnya, Toma/Toga, TP. PKK,
Kader,dll)
PUSKESMAS
• Melaksanakan Deteksi Dini dan Tatalaksana
• Membuat Catatan dan Pelaporan
• Mendokumentasikan seluruh kegiatan dengan baik
7. Penutup
KESIMPULAN
• Kementerian kesehatan dalam upaya penyelenggaraan
peningkatan kesehatan jiwa bekerjasama dengan lintas program
dan lintas sektor terkait  GERMAS
• Meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui Germas,
meningkatkan sumber daya manusia berkualitas
• Pemda ditargetkan untuk mencapai indikator PIS-PK dan SPM
• TPKJM merupakan upaya pencegahan, pengendalian dan
jembatan menurunkan kesenjangan dalam pengobatan orang
dengan masalah/gangguan jiwa (akses, nakes jiwa)
• Meningkatkan sumber daya kesehatan jiwa
• Menurunkan kesenjangan layanan jiwa
• Mewujudkan Indonesia Bebas Pasung
• Tiada kesehatan tanpa kesehatan jiwa dan keluarga sehat berawal
dari jiwa yang sehat
• Sehat dimulai dari diri sendiri, dengan berperilaku hidup bersih
dan sehat
GANGGUAN JIWA
DI KELUARGA
Gangguan jiwa adalah kumpulan gejala dari gangguan pikiran,
gangguan perasaan dan gangguan tingkah laku yang
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari
(fungsi pekerjaan dan sosial) dari orang tersebut

GANGGUAN GANGGUAN
GANGGUAN PIKIRAN GEJALA FISIK
PERASAAN PERILAKU
• Sulit konsentrasi • Cemas berlebihan • Menyendiri • Gangguan tidur dan
• Pikiran berulang dan tdk masuk akal • Gaduh gelisah makan
• Bingung, kacau, • Sedih yang berlarut • Perilaku yg terus • Pusing, tegang, sakit
ketakutan yang • Marah tdk diulang kepala berdebar-
tidak beralasan beralasan • Perilaku kacau debar, keringat
• Gangguan dingin
• Hiperaktif
penerimaan • Sakit ulu hati, diare,
pancaindera yang mual
ada objek/ • Kurang gairah kerja
sumbernya dan seksual
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT

GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI

GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS

Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah,
tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup kencang,
kepala seperti diikat, gemetar dan sering buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara cepat
dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa tidak
bisa mengendalikan semua, merasa ingin melarikan diri
dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI

Gejala Utama: Gejala tambahan:


Merasa sedih berkepanjangan Rasa bersalah
lebih dari 2 minggu dan Merasa tidak berguna
bertahan selama 2 bulan Pandangan masa depan suram/ pesimis
Hilang minat dan ketertarikan Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
terhadap aktivitas yang Gangguan tidur
biasanya menyenangkan Gangguan pola makan
Mudah lelah Gagasan/perbuatan yang membahayakan
diri (ide bunuh diri)

Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala, gangguan lambung, dan
keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan pengobatan fisik biasa.
GANGGUAN BIPOLAR

Adalah gangguan suasana perasaan yang


berganti-ganti antara episode manik dan depresi
dalam periode waktu yang berbeda

EPISODE DEPRESI:
EPISODE MANIK:  Murung (sedih) sepanjang waktu
 Suasana hati yang gembira  Kehilangan minat/keinginan
berlebihan  Mudah lelah/tak bertenaga
 Sangat bersemangat
 Tidak mudah Lelah
 Harga diri tinggi Gejala tambahan :
 Gagasan/ide yang melompat-lompat  Rasa bersalah
 Banyak bicara  Merasa tidak berguna
 Perhatian mudah teralih  Pandangan masa depan suram/ pesimis
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Kebutuhan tidur berkurang
 Gangguan tidur
 Dorongan untuk membelanjakan  Gangguan pola makan
sesuatu tanpa perhitungan  Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide bunuh
 Pengendalian diri kurang diri)
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA

Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak
relevan)
• Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata), kadang
terlihat bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN
JIWA

Faktor Sosial:
Faktor Psikologik
Faktor Biologik • Relasi interpersonal
• Tipe Kepribadian yang kurang baik
• Genetik/Keturunan (dependen, (disharmoni keluarga)
• Perubahan struktur otak • Stres yang berlangsung
perfeksionis, introvert)
dan keseimbangan kimia
kurang motivasi lama
otak
• Penyakit fisik (kondisi • Kurang dapat • Masalah kehidupan
medis kronis dan kondisi menyesuaikan diri • Kurangnya dukungan
penggunaan terhadap perubahan keluarga dan
obat2an/narkoba) kehidupan lingkungan
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami marah-marah tanpa
alasan yang jelas, memukul, merusak barang, mudah, curiga berlebihan
tampak bicara sendiri, bicara kacau atau pikiran aneh?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami sedih terus menerus
lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang
dulunya dinikmati, dan mudah lelah atau tenaganya berkurang
sepanjang waktu?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami cemas, khawatir, was-
was. Kurang konsentrasi disertai dengan keluhan fisik seperti sering
berkeringat, jantung berdebar, sesak, mual?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami gembira berlebihan,
merasa sangat bersemangat, merasa hebat dan lebih dari orang lain,
banyak bicara dan mudah tersinggung?
– Adakah anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut di atas
mengalami pengekangan kebebasan berupa pengikatan fisik atau
pengurungan/pengisolasian?
– Adakah anggota keluarga yang pernah mencoba melakukan tindakan
menyakiti diri sendiri atau berusaha mengakhiri hidup?
PENANGANAN AWAL DAN PERAWATAN
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)
DI KELUARGA
1. Tanyakan riwayat gangguan jiwa
• Gangguan Jiwa sebelumnya atau dalam keluarga
dapat diobati jika
diketahui dan
2. Tanyakan apa yang dipikirkan dan
ditangani sejak dirasakan? Apakah ada pikiran
awal yang mengganggu?
• Peran keluarga 3. Keluarga dapat menjadi tempat
dalam berbagi cerita dan rasa
memperhatikan
tingkah laku 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta
anggota keluarga bantuan kader kesehatan, dokter
lain, kalau ada atau datang ke PKM
perubahan,
5. Jika ada ODGJ dipasunglapor
• Segera telusuri:
kader/ pamong setempat
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA

Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala


gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya
penyakit/gangguan jiwa yang dialami.
Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat
(compliance), merawat diri, melakukan aktivitas
(pekerjaan dan sosial), dan rehabilitasi. Organisasi
masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga
untuk pasien dan keluarga.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA

Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga, minum obat secara teratur
dapat mencegah kekambuhan. Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan
tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara
penanggulangannya (bagi dokter).
Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan
aktivitas harian lainnya
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian,
berpenampilan dan berperilaku pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut:
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan
rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman.
erdas intelektual, emosional
dan spiritual
mpati dalam berkomunikasi
efektif
ajin beribadah sesuai agama
dan keyakinan
nteraksi yang bermanfaat bagi
kehidupan
sah, Asih dan Asuh Tumbuh
Kembang dalam Keluarga &
Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai