Disampa[kan Oleh :
dr. Hj. Wiwi Sri Widhowati, M.Kes
Kasi. Bimdal P2 Penyakit Tidak Menular Dinkes Prov. Sultra
1. Pendahuluan
2. Kebijakan dan Strategi
3. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
dan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
4. Rencana 2020-2024
5. Tantangan
6. Capaian SULTRA
7. Penutup
2
1. Pendahuluan
3
•• Bunuh
Bunuh diri
dirimerupakan
merupakan penyebab
penyebabkematian
kematianno.2
no.2terbanyak
terbanyakdidi
•dunia
Bunuh diriusia
pada merupakan
15-29 penyebab kematian no.2 terbanyak di
tahun
dunia
duniapada
padausia
usia15-29
15-29tahun
tahun
WHO, Preventing Suicide: A Global Imperative, 2014
•• 350
350juta
jutaorang
orangdididunia
duniadiestimasikan
diestimasikan mengalami
mengalami depresi,
depresi, dan
dan
•depresi
350 juta orang
merupakan di dunia diestimasikan
penyebab disabilitasmengalami
utama di depresi,
dunia dan
depresi
depresimerupakan
merupakanpenyebab
penyebabdisabilitas
disabilitasutama
utamadididunia
dunia
WHO, Depression: A Global Crisis, 2012
•• Estimasi
Estimasi dari
daripenelitian
penelitian epidemiologi
epidemiologi berbasis
berbasis komunitas
komunitasdidi
•seluruh
Estimasi dari(tentang
dunia penelitian epidemiologi
gangguan jiwa): berbasis komunitas di
seluruh
seluruh dunia
dunia (tentang
(tentang gangguan
gangguan jiwa):
jiwa):12.2–48.6%,
– lifetime prevalence rates of mental disorders
–– lifetime prevalence rates ofofmental disorders 12.2–48.6%,
lifetime
–– 12-month prevalence
prevalence rates
rates of mental
mental disorders
disorders 12.2–48.6%,
8.4–29.1%
– 12-month
12-monthprevalence
prevalencerates
ratesofofmental
mentaldisorders
disorders8.4–29.1%
8.4–29.1%
Kondisi Kesehatan Jiwa di Indonesia semakin memprihatinkan, Berikut kondisi kesehatan jiwa di
Indonesia dalam angka:
Lebih dari 19 juta penduduk usia ≥ 15 tahun terkena
GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL Setiap hari lebih kurang 5
orang penduduk Indonesia
12
Lebih dari 7 dari 1000 meninggal karena
Rumah Tangga terdapat BUNUH DIRI
juta anggota keluarga
penduduk usia ≥
15 tahun terkena dengan 1800 kematian
DEPRESI SKIZOFRENIA/ karena BUNUH DIRI
PSIKOSIS dalam setahun
Rp730 miliar dana (2016)
BPJS untuk gangguan
jiwa (2016) Sumber data: Riskesdas 2018, SRS 2016, BPJS, WHO
‰ 10
15
20
25
0
Bali
11
2.3
DIY
NTB
Aceh
Jateng
Sulsel
Sumbar
Kalbar
Sulbar
Sulteng
Sumsel
Babel
DKI
Gorontalo
7
INDONESIA
1.7
Jambi
2013
Kaltara
Pabar
Sulut
Banten
2018
Jatim
Lampung
Riau
Sultra
Sumut
Bengkulu
10
Jabar
Kalsel
Kaltim
Malut
PROPORSI RUMAH TANGGA DENGAN ART GANGGUAN JIWA
Papua
SKIZOFRENIA/PSIKOSIS MENURUT PROVINSI (PER MIL), 2013-2018
Kalteng
Maluku
NTT
3
Kepri
1.3
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI ART GANGGUAN JIWA
SKIZOFRENIA/PSIKOSIS YANG DIPASUNG MENURUT TEMPAT TINGGAL, 2013-2018
2018
31.1 31.1 31.5
11
CAKUPAN PENGOBATAN PENDERITA
GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA/ PSIKOSIS, 2018
50
40 36.1 33.7
32
48. 30 23.6
84,9 9 20
15,1 51.
10 7 6.1 6.1
Beroba Rutin 1 2.4
t Tdk rutin 0
merasa tidak Tidak tidak sering merasa obat lainnya
Berobat Tidak berobat sudah rutin mampu tahan lupa dosis tidak
sehat berobat beli ESO tidak tersedia
minum obat obat sesuai
rutin
rutin
Alasan tidak rutin minum obat 1 bulan terakhir (%)
12
PREVALENSI DEPRESI*PADA PENDUDUK UMUR ≥15 TAHUN
MENURUT PROVINSI, 2018
25.0
20.0
Hanya 9% penderita
15.0 12.3 depresi yang minum obat
/menjalani pengobatan
10.0 medis.
6.1
5.0
1.8
0.0
NTT
Malut
NTB
Riau
Jatim
Aceh
DIY
Kalbar
Sulbar
Gorontalo
Sumut
Sultra
Bengkulu
Kaltara
Sumsel
Banten
Sulsel
Kalsel
Lampung
Jateng
Kaltim
Sulteng
Sumbar
Maluku
Kalteng
Kepri
Jambi
INDONESIA
Bali
Papua
Jabar
Pabar
Sulut
Babel
DKI
15 9…
10
5
6
3.6
0
Aceh
Jatim
NTT
NTB
Babel
DIY
Riau
Gorontalo
Kalbar
Banten
Kaltim
Sulbar
Sumsel
Sumut
Sultra
Bengkulu
Lampung
Jateng
Sumbar
Sulsel
Kaltara
Kalsel
Jambi
Maluku
Sulteng
INDONESIA
Papua
Kalteng
Kepri
Malut
Pabar
Sulut
Bali
Jabar
DKI
*berdasarkan wawancara dengan Self Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20), Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ≥ 6
14
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Sumber: Executive Summary Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2017, BNN
2. Kebijakan dan Strategi
6
Meningkatnya Derajat Kesehatan
Masyarakat
Pencegahan Pencegahan & (Keluarga Sehat)
Pengendalian Menurunkan
Surveilans dan
Menurunkan AKI
Dan Masalah
dan AKB
Morbiditas, Mortalitas
dan Disabilitas Karantina
Kesehatan Jiwa Penyakit Menular
Kesehatan
Pengendalian & NAPZA
Menurunkan
Penyakit 1. Kesehatan
Menurunkan
Stunting
Morbiditas, Mortalitas
dan Disabilitas PTM
jiwa anak &
1. Imunisasi
remaja
2. Surveilans
2. Kesehatan Remaja Putri, Wanita Usia
jiwa dewasa
Subur, Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, Bayi Baru La hir
Semua Golongan Umur 3. Karantina
& lanjut usia Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier Kesehatan
4. Pengendal
3. Penanggulan Pencegahan & Pencegahan &
gan NAPZA
Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit ian vektor
Menular Tidak Menular
(30 Penyakit) (15 Penyakit)
PETA STRATEGI PELAYANAN KESEHATAN JIWA
KEUANGAN
DAMPAK 1. TERWUJUDNYA MASYARAKAT PEDULI KESEHATAN JIWA
YANG PROPORSIONAL
8. ADVOKASI KESEHATAN JIWA & NAPZA
12. TERWUJUDNYA 13. TERWUJUDNYA SDM 14. TERWUJUDNYA ALKES 15. TERWUJUDNYA
SUMBER DAYA
KESEHATAN DUKUNGAN KEBIJAKAN KESWA & NAPZA YANG DAN PSIKOFARMAKA DATA KESWA &
KESWA & NAPZA
DAN REGULASI KOMPETEN YANG ADEKUAT NAPZA TERPADU
8
(UU NO 18 TH 2014 TENTANG KESWA) • Mempertahankan & Meningkatkan derajat keswamas secara optimal.
•Menghilangkan stigma pelanggaran HAM ODGJ.
PROMOTIF •Meningkatkan pemahaman & penerimaan masyarakat terhadap
Keswa.
RUANG LINGKUP KESWA
Menyiapkan Kebijakan dan NSPK Sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan provinsi, kab/kota, dan
1.
UPT
2. Meningkatkan kualitas SDM Melaksanakan advokasi, pelatihan dan pendidikan
Menurunkan kesenjangan masalah antara lain: pengobatan, akses, rujukan, tenaga kesehatan jiwa,
3.
kesehatan jiwa dan Napza layanan keswa berbasis masyrakat.
4. Memperjuangkan HAM Pemasungan, penelantaran, stigmatisasi, diskriminasi
18
SPM
PERNYATAAN STANDAR
Setiap orang dengan gangguan jiwa berat
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada seluruh orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) berat sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
INTEGRASI PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT
MELALUI PENDEKATAN KELUARGA
SPM
MANAJEMEN
PEMBIAYAAN
UPAYA KESEHATAN
SDM
SARPRAS DAN
FARMASI
LITBANG
Juknis
Program
DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KESWA PIS-PK
22
KONSEP P2 KESWA DAN NAPZA 2020-2024
INDIKATOR
IMPACTS Angka Kematian karena bunuh diri
1. Prevalensi depresi
INDIKATOR
OUTCOMES 2. Persentase penyalahguna Napza yang pulih
23
MENYIAPKAN GENERASI EMAS
UNTUK BONUS DEMOGRAFI
Menentukan Peluang
Indonesia Menjadi
NEGARA MAJU
Bonus Demografi
SDM Indonesia Berkualitas
Indeks Pembangunan
Manusia meningkat
26
1. BELUM MERATANYA LAYANAN
KESEHATAN JIWA
RSJ & RSKO (n=48 di 28 dari 34 provinsi)
• Emergensi psikiatri, one stop center termasuk layanan sub-
spesialisasi
27
2. TERBATASNYA TENAGA KESWA
-UMLAH
J KURANG
- DISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
6. Capaian SULTRA
Indikator Renstra Program P2 Keswa dan NAPZA tahun 2015 –
2019
Target T.arget Target Realisasi Target
No Variabel
2016 2017 2018 2018 2019
-JUMLAH
J KURANG
- DDISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
Kab/Kota Dengan min. 20% Pkm Layanan Jiwa Th. 2018
- JUMLAH
J KURANG
- DDISTRIBUSI TIDAK MERATA, TERDAPAT DI KOTA BESAR
28
KONDISI NAKES TERLATIH KESWA
SULTRA TH. 2019
1. DOKTER TERLATIH : Th. 2016 12 dokter;
Th.
2019 22 Dokter TOTAL 34 Dokter (pindah 2
dokter SISA 32 Dokter)
GANGGUAN GANGGUAN
GANGGUAN PIKIRAN GEJALA FISIK
PERASAAN PERILAKU
• Sulit konsentrasi • Cemas berlebihan • Menyendiri • Gangguan tidur dan
• Pikiran berulang dan tdk masuk akal • Gaduh gelisah makan
• Bingung, kacau, • Sedih yang berlarut • Perilaku yg terus • Pusing, tegang, sakit
ketakutan yang • Marah tdk diulang kepala berdebar-
tidak beralasan beralasan • Perilaku kacau debar, keringat
• Gangguan dingin
• Hiperaktif
penerimaan • Sakit ulu hati, diare,
pancaindera yang mual
ada objek/ • Kurang gairah kerja
sumbernya dan seksual
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT
GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI
GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah,
tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup kencang,
kepala seperti diikat, gemetar dan sering buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara cepat
dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa tidak
bisa mengendalikan semua, merasa ingin melarikan diri
dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI
Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala, gangguan lambung, dan
keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan pengobatan fisik biasa.
GANGGUAN BIPOLAR
EPISODE DEPRESI:
EPISODE MANIK: Murung (sedih) sepanjang waktu
Suasana hati yang gembira Kehilangan minat/keinginan
berlebihan Mudah lelah/tak bertenaga
Sangat bersemangat
Tidak mudah Lelah
Harga diri tinggi Gejala tambahan :
Gagasan/ide yang melompat-lompat Rasa bersalah
Banyak bicara Merasa tidak berguna
Perhatian mudah teralih Pandangan masa depan suram/ pesimis
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Kebutuhan tidur berkurang
Gangguan tidur
Dorongan untuk membelanjakan Gangguan pola makan
sesuatu tanpa perhitungan Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide bunuh
Pengendalian diri kurang diri)
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak
relevan)
• Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata), kadang
terlihat bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN
JIWA
Faktor Sosial:
Faktor Psikologik
Faktor Biologik • Relasi interpersonal
• Tipe Kepribadian yang kurang baik
• Genetik/Keturunan (dependen, (disharmoni keluarga)
• Perubahan struktur otak • Stres yang berlangsung
perfeksionis, introvert)
dan keseimbangan kimia
kurang motivasi lama
otak
• Penyakit fisik (kondisi • Kurang dapat • Masalah kehidupan
medis kronis dan kondisi menyesuaikan diri • Kurangnya dukungan
penggunaan terhadap perubahan keluarga dan
obat2an/narkoba) kehidupan lingkungan
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami marah-marah tanpa
alasan yang jelas, memukul, merusak barang, mudah, curiga berlebihan
tampak bicara sendiri, bicara kacau atau pikiran aneh?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami sedih terus menerus
lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang
dulunya dinikmati, dan mudah lelah atau tenaganya berkurang
sepanjang waktu?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami cemas, khawatir, was-
was. Kurang konsentrasi disertai dengan keluhan fisik seperti sering
berkeringat, jantung berdebar, sesak, mual?
– Adakah anggota keluarga yang sering mengalami gembira berlebihan,
merasa sangat bersemangat, merasa hebat dan lebih dari orang lain,
banyak bicara dan mudah tersinggung?
– Adakah anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut di atas
mengalami pengekangan kebebasan berupa pengikatan fisik atau
pengurungan/pengisolasian?
– Adakah anggota keluarga yang pernah mencoba melakukan tindakan
menyakiti diri sendiri atau berusaha mengakhiri hidup?
PENANGANAN AWAL DAN PERAWATAN
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)
DI KELUARGA
1. Tanyakan riwayat gangguan jiwa
• Gangguan Jiwa sebelumnya atau dalam keluarga
dapat diobati jika
diketahui dan
2. Tanyakan apa yang dipikirkan dan
ditangani sejak dirasakan? Apakah ada pikiran
awal yang mengganggu?
• Peran keluarga 3. Keluarga dapat menjadi tempat
dalam berbagi cerita dan rasa
memperhatikan
tingkah laku 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta
anggota keluarga bantuan kader kesehatan, dokter
lain, kalau ada atau datang ke PKM
perubahan,
5. Jika ada ODGJ dipasunglapor
• Segera telusuri:
kader/ pamong setempat
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA
Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga, minum obat secara teratur
dapat mencegah kekambuhan. Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan
tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara
penanggulangannya (bagi dokter).
Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan
aktivitas harian lainnya
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian,
berpenampilan dan berperilaku pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut:
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan
rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman.
erdas intelektual, emosional
dan spiritual
mpati dalam berkomunikasi
efektif
ajin beribadah sesuai agama
dan keyakinan
nteraksi yang bermanfaat bagi
kehidupan
sah, Asih dan Asuh Tumbuh
Kembang dalam Keluarga &
Masyarakat