Anda di halaman 1dari 98

Om Swastyastu

Hello!

Komang Indah Kusuma Putri Wayan Dina Sumantari Ni Putu Santhi Sugiyanthi
1707531096 1707531099 1707531109

2
Perusahaan dalam Kesulitan
Keuangan
Rangkaian Tindakan

Undang-Undang Kepailitan dan Likuidasi

Kelompok Kreditor

Akuntansi dan Pelaporan Trustee

Akuntansi Kreditor untuk Pinjaman yang Diturunkan Nilainya dan Perjanjian


Restrukturisasi

3
Rangkaian Tindakan
Rangkaian Tindakan

01 Tindakan Non Yudisial


02 Tindakan Yudisial

03 Penundaan Pembayaran
04 Akuntansi Permulaan Baru

05 Rencana Reorganisasi

5
01 Tindakan Non Yudisial

Perjanjian formal antara perusahaan dan kreditor merupakan tindakan yang


mengikat secara hukum, tetapi tidak berada dibawah pengadilan. Tindakan
nonyudisial yang utama adalah utang yang diilustrasikan di Lampiran 17A.

﹡ Perjanjian Restrukturisasi Utang

﹡ Manajemen Komite Kreditor

﹡ Pengalihan Aset

6
Perjanjian Restrukturisasi Utang
Perjanjian antara perusahaan debitor dengan satu atau lebih kreditor merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara
waktu. Pihak debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang, meminta
penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak utang.
Pihak kreditor umumnya bersedia memberikan konsesi kepada debitor daripada
menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang timbul dari tindakan hukum
terhadap debitor yang sebelumnya sangat berharga.

Manajemen Komite Kreditor


Melalui manajemen komite kreditor (creditors’ committee management), kreditor
menyetujui untuk membantu pihak debitor dalam mengelola pembayaran yang paling
efsien terhadap kaim kreditor. Kebanyakan komite kreditor memberikan nasihat dan
pedoman kepada pihak kreditor karena pihak kreditor tidak ingin menanggung tambahan
kewajiban dan masalah operasi aktual pihak debitor.

7
Pengalihan Aset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Sebagai
contoh, debitor dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang tersebut
dijual "bersyarat" (with recourse) atau "tanpa syarat" (without recourse).

8
02 Tindakan Yudisial

Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh pengadilan niaga dan
hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam Undang-undang Kepailitan No.37/2004. UU Kepailitan
ini menyediakan kerangka yang diperlukan untuk pengajuan kepailitan. Baik debitor maupun kreditor dapat
memutuskan bahwa tindakan yudisial merupakan yang terbaik dalam suatu keadaan tertentu. Pihak debitor dapat
mengajukan sebuah petisi sukarela (voluntary petition) untuk mendapat perlindungan yudisial dalam bentuk urutan
pembebasan (order of relief) dari inisiasi atau kelanjutan klaim hukum yang diajukan kreditor kepada debitor. Cara
yang lain adalah pihak kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan (involuntary petition) atas debitor.

9
03 Penundaan Pembayaran

Penundaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan kreditor


selama periode waktu yang diperlukan untuk merorganisasi perusahaan debitor dan mengembalikan
opersi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Umumnya reorganisasi dapat dijelaskan melalui
4P Reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajuakan petisi (petition)
kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlindungan (protection) dari para kreditornya.
Perusahaan masih terus beroperasi sambil mempersiapkan rencana reorganisasi (plan of
reorganization), yang berfungsi sebagai pedoman operasi selama masa organisasi. Proses
reorganisasi (proceeding) tersebut mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dari saat petisi
diajukan hingga perusahaan menyelesaikan proses reorganisasi.

10
03 Penundaan Pembayaran

Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki beberapa sifat khusus, yaitu:


• Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisasi harus dilaporkan secara
terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan. Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup utang
yang tidak dijamin dan utang lain yang terjadi sebelum perusahaan memasuki tahap reorganisasi. Kewajiban yang
tidak dapat diubah rencana reorganisasi mencakup kewajiban yang dijamin penuh yang terjadi sebelum proses
reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi setelah perusahaan memasukkan petisi untuk proses
reorganisasi.
• Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh pengadilan niaga. Jika estimasi
yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka kaim tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.

11
03 Penundaan Pembayaran
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus berikut:
• Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti biaya jasa hukum dan kerugian atas
penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos reorganisasi pada periode terjadinya. Namun demikian, setiap
keuntungan atau kerugian yang berasal dari operasi dalam penghentian, atau pos-pos luar biasa, harus dilaporkan secara
terpisah menurut PSAK 1 tentang “Penyajian Laporan Keuangan”.
• Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil dari debitor yang tidak diwajibkan
untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan sumber daya yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga.
Pendapatan bunga tersebut harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh mana beban bunga yang
dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang perusahaan harus diuangkapkan, baik dalam kurung pada laporan laba
rugi atau dalam catatan kaki
• Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan jumlah lembar saham biasa atau setara saham biasa yang terjadi
sebagai akibat proses reorganisasi harus diungkapkan.

12
03 Penundaan Pembayaran

Laporan arus kas perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus sebagai berikut.
• PSAK 2 tentang "Laporan Arus Kas" lebih menyarankan penggunaan metode langsung untuk
menyajkan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika metode tidak langsung yang digunakan,
maka perusahaan harus juga mengungkapkan secara terpisah arus kas dari aktivitas operasi
yang berkaitan dengan proses reorganisasi.
• Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari
arus kas yang berasal dari operasi rutin. Sebagai contoh, kelebihan bunga bersih yang
diterima sebagai hasil dari perusahaan tidak membayar utang-utangnya selama proses
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah.

13
04 Akuntansi Permulaan Baru
Pandangan dasar reorganisasi adalah merupakan permulaan baru (fresh start) bagi Namun
demikian, sulit untuk menentukan apakah penundaan pembayaran menghasikan entitas di mana
akuntansi permulaan baru yang harus digunakan, atau apakah reorganisasi kelanjutan entitas vang
lama. Pelaporan permulaan baru harus digunakan per tangal konfirmat rencana reorganisasi jika
dua kondisi berikut ini terjadi.
1. Nilai reorganisasi aset cari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi lebih
kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pascapetisi.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima kurang dari
50 persen saham dengen hak suara dari entitas yang akan muncul. Hal ini menandakan bahwa
pemegang saham lama telah kehilangan kendali atas perusahaan akan muncul.

14
05 Rencana Reorganisasi

Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan pembahasan penuh
mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses reorganisasi. Selain tindakan-
tindakan utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan menjual produk, menagih piutang, dan
menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan rencana ini berisi pembahasan yang terperinci
mengenai hal-hal berikut.
• Penghapusan opersi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
• Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
• Revaluasi aset dan kewajiban.
• Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitan saham baru
kepada kreditor atau pihak lainnya.

15
FIGUR 17-1
Neraca pada Tanggal
Insolvabilitas Perusahaan

16
OPEN IT
ON
EXCEL

17
FIGUR 17-2
Rencana Reorganisasi
Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT.Induk menyusun rencana
reorganisasi. Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 2017, dan pernyataan
pengungkapan dikirimkan kepada seluruh kreditor dan pihak-pihak yang terpengaruh.
Pada tanggal 31 Desember 2017, perusahaan menyajikan laporan keuangan untuk
periode fiskal tahun 2017 yang tercantum didalam penundaan pembayaran. Pengadilan
niaga menyetujui rencana reorganisasi pada tanggal 2 Januari 2018 dan dan selesai 1
April 2018.

18
PT INDUK
Rencana Reorganisasi
Berdasarkan Undang-undang Kepailitan tentang Penundaan Pembayaran
Diajukan pada tanggal 1 juli 2017

a. Utang Usaha sebesar Rp26.000.000 diperlakukan sebagai berikut. (1) sebanyak


Rp6.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp4.000.000 akan dibayarkan secara tunai, (3)
sebanyak Rp12.000.000 dari utang yang ada ditukarkan dengan utang subordinasi dan, (4)
utang sebesar Rp4.000.000 akan dpertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa yang baru
dikeluarkan.
b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp10.000.000 akan diperlakukan sebagai
berikut : (1) sebanyak Rp2.000.000 akan dibayar seacara tunai, dan (2) sisanya sebesar
Rp8.000.000 akan ditukarkan menjadi utag prioritas yang dijamin dengan peralatan.
c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp80.000.000 akan diperlakukan sebagai
berikut, (1) sebanyak Rp12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp14.000.000 akan
dibayarkan tunai, (3) sebanyak Rp49.000.000 akan ditukarkan menjadi utang prioritas yang
dijamin dengan agunan terhadap aset tetap, dan (4) sebanyak Rp5.000.000 akan ditukarkan
dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
d. Beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp3.000.000 akan diperlukan sebagai
berikut: (1) sebanyak Rp2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar Rp1.000.000 akan
dibayar tunai.
e. Beban upah yang masih harus dibayar Rp14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut:
(1) sebanyak Rp12.000.000 akan dibayar tunai dan (2) sisanya sebesar Rp2.000.000 akan
ditukarkan dengan 2.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
f. Pemegang saham istimewa akan menerima 80000 lembar saham biasa yang baru
dikeluarkan sebagai ganti saham istimewa yang mereka miliki.
g. Pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru
dikeluarkan sebagai ganti saham biasa yang mereka miliki.
FIGUR 17-3
Neraca untuk Perusahaan dalam
Proses Reorganisasi

20
OPEN IT
ON
EXCEL

21
PT. Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada figur 17-02, beserta laporan
keuangan yang telah diaudit dan pengungkapan lain yang diminta oleh pengadilan niaga.
Satu-satunya pembayaran yang disetujui pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah
pembayaran sebesar Rp. 2.000.000,00 atas hutang hipotek. Pada tanggal 2 Januari 2018,
pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi, seperti yang diajukan PT.Induk menjalankan
rencana sebagaiman disajikan figur 17-6.

22
FIGUR 17-4
Neraca untuk Perusahaan dalam
Proses Reorganisasi
Setelah analisis yang lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp. 195.000.000,00
ditetapkan untuk aset PT. Induk.

23
OPEN IT
ON
EXCEL
Kewajiban pascapetisi Rp73.000.000
Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan pembayaran Rp133.000.000
Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang diperbolehkan Rp206.000.000
Nilai reorganisasi (Rp195.000.000)
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi Rp11.000.000

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi. Kondisi kedua untuk akuntansi
permulaan baru juga terjadi, sebagaimana yang ditujukan pada figur 17-6. Pemegang saham biasa sesaat sebelum rencana
reorganisasi disepakati untuk memiliki hanya 5% dari saham biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu akuntansi
permulaan baru digunakan oleh PT. Induk .

Setelah mempelajari dengan seksama maka struktur modal perusahaan yang timbul adalah sebagai berikut.

Kewajiban pascapetisi Rp25.000.000


Utang hipotek pascapetisi Rp48.000.000
Utang senior Rp57.000.000
Utang subordinasi Rp12.000.000
Saham biasa (baru) Rp20.000.000
Total struktur modal pascapetisi Rp162.000.000
FIGUR 17-5
Laporan Arus Kas untuk Perusahaan
dalam Proses Reorganisasi

26
OPEN IT
ON
EXCEL
Figur 17-7 menunjukkan kertas kerja yg menggambarkan pengaruh pelaksanaan rencana reorganisasi
terhadap akun-akun neraca PT induk ayat jurnal yang pertama (1) mencatat restrukturisasi utang dan
penyesuaian keuntungan dan pembebasan utang

1 Januari – 1 April 2018

1) Kewajiban yang Dikompromikan Rp133.000.000

Kas Rp33.000.000

Utang Prioritas Rp57.000.000

Utang Subordinasi Rp12.000.000

Saham Biasa (baru) Rp11.000.000

Keuntungan Pembebasan Utang Rp20.000.000

Mencatat pembebasan uang.

Ayat jurnal yang kedua (2) mencatat pertukaran saham dengan saham
1 Januari – 1 April

(2) Saham Istimewa Rp40.000.000

Saham Biasa (lama) Rp10.000.000

Saham Biasa (baru) Rp9.000.000

Tambahan Modal Disetor Rp41.000.000

Mencatat pertukaran saham lama dengan saham baru.


FIGUR 17-6
Analisis Pemulihan Rencana
Reorganisasi

29
PT Induk
Pencana Reorganisasi
Analisis Pemulihan
Pemulihan
Penghapusan Saham Biasa Total pemulihan
Utang & Utang yang Utang Utang
Kas % Nilai Rp %
Ekuitas Masih Ada Prioritas Subordinasi

Kewajiban Pascapetisi (73.000.000) (73.000.000) OPEN IT 100


(73.000.000)
Klaim/Bunga :
Utang Usaha (26.000.000) 6.000.000 (4.000.000) (12.000.000) 20 (4.000.000) ON
(20.000.000) 77
Wesel Bayar dijamin sebagian
Wesel bayar tidak dijamin
(10.000.000)
(80.000.000) 12.000.000
(2.000.000)
(14.000.000)
(8.000.000)
(49.000.000) 25
EXCEL
(5.000.000)
(10.000.000) 100
(68.000.000) 85
Bunga Akrual (3.000.000) 200.000 (1.000.000) (1.000.000) 33
Upah yang Masih Harus Dibayar (14.000.000) (12.000.000) 10 (2.000.000) (14.000.000) 100
Total (133.000.000) 20.000.000
Pemegang Saham Istimewa (40.000.000) 32.000.000 40 (8.000.000) (8.000.000)
Pemegang Saham Biasa (10.000.000) 9.000.000 5 (1.000.000) (1.000.000)
Defisit Saldo Laba 76.000.000 (76.000.000)
Total (180.000.000) (15.000.000) (73.000.000) (33.000.000) (57.000.000) (12.000.000) 100 (20.000.000) (195.000.000)

30
FIGUR 17-7
Pengaruh Rencana Reorganisasi
terhadap Neraca Perusahaan

31
Neraca
Penyesuaian untuk Mencatat Konfirmasi Rencana
Perusahaan
Penghapusan Pertukaran Setelah
Prakonfirmasi Pemulaan Baru
Utang Saham reorganisasi
Aset
Kas Rp 40.000.000 Rp (33.000.000) Rp 7.000.000
Piutang Pengembalian Pajak Penghasilan 12.000.000 12.000.000
Efek yang Dapat Dipasarkan 800.000 2.000.000 10.000.000
Piutang Usaha (neto) 5.000.000 5.000.000
Persediaan 37.000.000 (4.000.000) 33.000.000
Total 102.000.000 67.000.000
Aset Tetap (neto) 78.000.000 7.000.000 85.000.000
Kelebihan Nilai Reorganisasi dan
Jumlah Yang Dialokasikan pada Aset 10.000.000 10.000.000
yang Dapat
Diidentifikasi
Total Aset Rp 180.000.000 Rp (33.000.000) Rp 15.000.000 Rp 162.000.000

Kewajiban
Kewajiban Yang Tidak Dikompromikan : OPEN IT
Kewajiban Lancar
Pinjaman Jangka Pendek
Utang Usaha
(15.000.000)
(10.000.000)
(15.000.000)
(10000000
ON
Kewajiban Tidak Lancar
Utang Hipotek (48.000.000) (48.000.000)
EXCEL
Total (73.000.000) (73.000.000)
Kewajiban yang Dikompromikan (133.000.000) 133.000.000
Utang Prioritas (57.000.000) (57.000.000)
Utang Subordinasi (12.000.000) (12.000.000)
Total Kewajiban Rp (206.000.000) Rp 64.000.000 Rp (142.000.000)

Ekuitas Pemegang Saham


Saham Istimewa (40.000.000) 40.000.000
Saham Biasa (lama) (10.000.000) 10.000.000
Saham biasa (baru) (11.000.000) (9.000.000) (20.000.000)
Tambahan Modal disetor (41.000.000) 41.000.000
Saldo Laba (defisit) 76.000.000 (20.000.000) 20.000.000
(76.000.000)
Total Ekuitas Pemegang Saham 26.000.000 (31.000.000) - (15.000.000) (20.000.000)
Total Kewajiban dan ekuitas Pemegang
Saham Rp(180.000.000) Rp 33.000.000 Rp - Rp (15.000.000) Rp (162.000.000)
Sebelum melakukan reorganisasi PT Induk mempunyai goodwill yang ditentukan
mengalami penurunan nilai, perusahaan akan mengakui kerugian penurunan
nilai dalam laporan laba rugi debitur di bawah pengawasan debitur. Umumnya,
perusahaan dalam perencanaan reorganisasi tidak diharapkan untuk
mempunyai goodwill karena goodwill terkait dengan potensi selisih lebih laba.

Nilai Buku Nilai Wajar Selisih


Kas Rp 7.000.000 Rp 7.000.000 Rp -
Piutang dana pajak penghasilan 12.000.000 12.000.000 -
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000 10.000.000 2.000.000
Piutang usaha (neto) 5.000.000 5.000.000 -
Persediaan 37.000.000 33.000.000 (4.000.000)
Aset tetap 78.000.000 85.000.000 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat diidentifikasikan - 10.000.000 10.000.000
Total 147.000.000 162.000.000 15.000.000
Ayat Jurnal untuk mencatat revaluasi aset dan penghapusan defisit pada permulaan baru yaitu :
1 April 20X8

(3) Efek yang Dapat Dipasarkan 2.000.000


Aset Tetap 7.000.000
Kelebihan Nilai Reorganisasi atas Jumlah yang 10.000.000
Dialokasikan terhadap Aset yang Dapat Diidentifikasi Keuntungan
Pembebasan Utang 20.000.000
Tambahan Modal Disetor 41.000.000
Persediaan 4.000.000
Saldo Laba-Defisit 76.000.000
Mencatat akuntansi permulaan baru dan menghapuskan defisit
Undang-undang
Kepailitan dan Likuidasi
Likuidasi dilakukan oleh pengadilan niaga untuk kepentingan kreditur dan
pemegang saham perusahaan, dengan maksud untuk memaksimalkan jumlah uang neto
yang diperoleh dari penjualan aset debitur. Seluruh proses likuidasi diatur dalam UU
Kepailitan, yang menjelaskan prosedur khusus yang harus diikuti dan laporan-laporan
yang harus dibuat. Aspek likuidasi yahng paling penting adalah menentukan hak legal
masing-masing kreditur dan menetapkan prioritas terhadap hak tersebut.
Kelompok Kreditor
Kreditur yang Dijamin

Kreditur dengan Prioritas

Kreditur Umum yang Tidak Dijamin

Statement of Affairs
Kreditur yang Dijamin

Utang hipotek PT Induk sebesar Rp50.000.000 dijaminkan dengan tanah dan pabrik perusahaan. Pada
tanggal 31 Desember 2016, tanah dan pabrik tersebut secara bersama-sama memiliki nilai buku neto
sebesar Rp65.000.000 dan nilai wajar sebesar Rp55.000.000. pemegang hipotek memiliki klaim
pertama atas uang yang diperoleh dari penjualan tanah dan pabrik. Oleh karena itu, jika tanah dan
pabrik tersebut dijual dengan harga Rp55.000.000, maka sebanyak Rp50.000.000 dari uang yang
diterima digunakan untuk melunasi akun Utang Hipotek dan sisanya sebesar Rp5.000 tersedia untuk
kelompok kreditur tingkat lebih rendah berikutnya.
Kreditur dengan Prioritas

Dalam bisnis, kewajiban berikut ini dianggap sebagai prioritas antara lain:
• Biaya pengurusan kepailitan, termasuk biaya akuntansi dan legal untuk para ahli yang ditunjuk oleh
pengadilan niaga.
• Kewajiban yang timbul karena aktivitas bisnis normal selama proses kepailitan.
• Upah, gaji, dan komisi, termasuk tunjangan dan uang kesehatan, yang diperoleh karyawan dalam
waktu 180 hari semenjak tanggal petisi diajukan, akan tetapi dibatasi sebesar Rp10.000.000 per
orang.
• Kontribusi pada program manfaat karyawan untuk 180 hari terakhir yang tersisa setelah
penghapusan kompensasi dalam poin 3, namun dibatasi dengan batasan tersisa sebesar
Rp10.000.000 per orang.
• Deposit atau simpanan dari pelanggan yang telah melakukan pembayaran sebagian untuk pembelian
atau sewa guna usaha barang atau jasa yang tidak terkirim. Prioritas diberikan pertama-tama
sebesar Rp1.800.000 per orang, sisa deposit yang masih ada ditambahkan pada klaim yang tidak
dijamin.
• Klaim pajak unit pemerintah yang tidak djamin, seperti pajak penghasilan, pajak bangunan, pajak
pungutan, dan pajak lainnya.
Kreditur Umum yang Tidak Dijamin

Prioritas terendah diberikan pada klaim oleh kreditur umum yang tidak
dijamin, kreditur ini hanya dibayar setelah kreditur yang dijamin dan kreditur yang tidak
dijamin tapi dengan prioritas telah dibayarkan sebesar ketentuan batasan hukum.
Sering kali, kreditur umum yang tidak dijamin menerima jumlah yang lebih kecil dari nilai
penuh klaim yang diajukan. Jumlah yang dibayarkan kreditur umumnya dinyatakan dalam
persentase tertentu dari total klaim, seperti 55% atau disebut sebagai “deviden”.
Statement of Affairs

Accounting statement of affairs adalah laporan akuntansi dasar yang dimulai pada awal
proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang dapat direalisasikan dari penjualan aset,
urutan klaim kreditur, dan perkiraan jumlah kreditur tidak dijamin yang akan menerima sebagai hasil
dari likuidasi.
Di dalam Statement of affairs menyajikan nilai buku akun-akun neraca perusahaan
debitur, estimasi nilai pasar wajar aset, urutan klaim dan estimasi kekurangan untuk kreditur umum
yang tak dijamin.
Statement of Affairs merupakan instrument perencanaan yang disusun hanya pada awal
proses kepailitan. Laporan ini memberikan informasi kepada para kreditur dan pengadilan niaga
mengenai perkiraan jumlah dana yang tersedia untuk masing-masing kelompok kreditur. Sekali
kepailitan telah terjadi, maka pihak debitur mencatat transaksi tersebut pada catatan akuntansi
pada saat terjadinya
FIGUR 17-8
Akuntansi Statement of Affairs

Alih-alih melakukan reorganisasi, PT Induk memutuskan pada tanggal 31 Desember 20X6


untuk menggunakan UU Kepailitan. Dengan statement of affairs bagi PT Induk tertanggal
31 Desember 20X6

43
PT Induk
Statement of Affairs
31 Desember 20X6
Estimasi Jumlah yang Estimasi
Nilai Buku Estimasi Nilai Kini Tersedia untuk Klaim Keuntungan atau
yang Tidak Dijamin (Kerugian) dari
Aset
(1) Aset yang dijaminkan pada kreditur yang Dijamin Penuh
Rp 10.000.000 Tanah Rp 15.000.000 Rp 5.000.000
55.000.000 Bangunan (neto) 40.000.000 (15.000.000)
55.000.000
Dikurangi : Utang Hipotek (50.000.000) Rp 5.000.000
(2) Aset yang Dijaminkan pada Kreditur yang Dijamin Sebagian
8.000.000 Efek yang dapat dipasarkan Rp 9.000.000 1.000.000
Dikurangi : Wesel Bayar (10.000.000)
(3) Aset Bebas
2.000.000 Kas Rp 2.000.000 2.000.000
18.000.000 Piutang Usaha (neto) 18.000.000 18.000.000
45.000.000 Persediaan 26.000.000 26.000.000 (19.000.000)
1.000.000 Aset Dibayar Dimuka - - (1.000.000)
36.000.000 Peralatan (neto) 12.000.000 12.000.000 (24.000.000)
Estimasi jumlah yang tersedia Rp 63.000.000
Dikurangi : Kreditur dengan prioritas (18.000.000)
Estimasi jumlah neto yang tersedia untuk kreditur yang tidak
dijamin (Rp0,41 untuk setiap Rp1 terutang :
Rp 45.000.000
OPEN IT
Rp45.000.000/Rp110.000.000)

Rp 175.000.000
Estimasi kekurangan bagi kreditur yang tidak dijamin 65.000.000
(53.000.000)
ON
Total utang tidak dijamin (dari kewajiban) Rp 110.000.000
Estimasi Jumlah
yang Tidak
EXCEL
Dijamin
Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham
(1) Kreditur yang Dijamin Penuh :
Rp 50.000.000 Utang Hipotek Rp 50.000.000
(2) Kreditur yang dijamin sebagian :
10.000.000 Wesek Bayar-Dijamin Sebagian Rp 10.000.000
Dikurangi : Efek yang dapat Dipasarkan (9.000.000) Rp 1.000.000
(3) Kreditur dengan prioritas
Estimasi beban Likuidasi Rp 4.000.000
14.000.000 Upah yang masih harus dibayar 14.000.000
Rp 18.000.000
(4) Sisa kreditur yang tidak dijamin :
26.000.000 Utang usaha 26.000.000
80.000.000 Wesel Bayar-Tidak Dijamin 80.000.000
3.000.000 Bunga Akrual 3.000.000
(5) Ekuitas Pemegang Saham
40.000.000 Saham Istimewa
10.000.000 Saham Biasa
(58.000.000) Saldo Laba (Defisit)
Rp 175.000.000 Rp 110.000.000
Pertimbangan Tambahan:
Akuntansi dan Pelaporan
Trustee
Menyajikan praktik akuntansi dan pelaporan untuk trustee yang bertindak
sebagai fidusia untuk komite kreditur atau pengadilan niaga. Laporan
trustee berbeda dari laporan keuangan tradisional karena hak legal dan
tanggung jawab trustee berbeda dari hak legal dan tanggung jawab
manajemen perusahaan debitur. Dan menunjukkan penyajian singkat
mengenai provisi kepailitan yang berlaku untuk perseorangan.
Pengadilan niaga menunjuk pihak trustee untuk mengelola perusahaan berdasarkan
penundaan pembayaran bila terjadi kesalahan, ketidakjujuran, ketidakkompetenan manajemen dan
secara umun terjadi kesalahan manajemen. Dalam UU Kepailitan dan Likuidasi, pihan trustee
umumnya memiliki tanggung jawab untuk melikuidasi dengan segera perusahaan yang pailit dan
membayar kreditur sesuai dengan status legal bagian mereka yang dijamin atau tidak dijamin.
Kadang kala, pihak trustee menerima hak atas seluruh aset, yaitu dalam posisi
sebagai pihak penerima (receivership), sehingga bertanggung jawab atas manajemen nyata debitur
dan harus mengarahkan rencana reorganisasi atau likuidasi. Pihak trustee yang megambil alih atas
aset debitur dalam proses likuidasi harus membuat laporan keuangan berkala yang diperuntukkan
bagi pengadilan niaga, yang melaporkan kemajuan proses likuidasi dan hubungan fudusia.
Ketika pihak trustee menerima aset, pihak trustee umumnya
membuat catatan akuntansi untuk mencatatat sebagai pihak
penerima. Catatan akuntansi trustee berisi kewajiban trustee yang
tercipta karena mengakui kepemilikan debitur atas aset yang telah
diterima oleh trustee. Maka bentuk umum ayat jurnak pembukaan
pihak trustee, saat menerima aset perusahaan debitur yaitu:

Aset xxxx
Perusahaan Debitur-Dalam Posisi xxxx
Pihak Penerima
Laporan Realisasi
dan Likuidasi
Laporan ini menunjukkan hasil tindakan fidusia yang dilakukan oleh trustee yang dimulai pada saat pihak
trustee menerima aset debitur. Kewajiban debitur tidak dialihkan kepada pihak trustee, akan tetapi pihak
trustee dapat saja menimbulkan utang baru yang dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi.
Laporan ini memiliki tiga bagian utama yaitu :

1. Aset

2. Pos-Pos Tambahan

3. Kewajiban
1. Aset

Aset

a. Aset yang akan direalisasikan c. Aset yang direalisasi


Aset yang diterima dari perusahaan debitur. Aset yang dijual oleh pihak trustee.

d. Aset yang tidak direalisasi


b. Aset yang diperoleh Aset yang masih berada dibawah
Aset yang berikutnya diperoleh trustee. tanggung jawab pihak truastee pada akhir
periode.
2. Pos-Pos Tambahan

Pos-Pos Pendukung

a. Beban Tambahan
b. Kredit Tambahan
Mencakup biaya administrasi trustee
Mencakup beberapa pos pendapatan
dan beban kas apapun yang dibayarkan
yang tidak lazim.
oleh pihak trustee.
3. Kewajiban

Kewajiban
c. Kewajiban akan dilikuidasi
Utang yang masih terdapat pada
a. Kewajiban terlikuidasi
buku perusahaan debitur dimana
Klaim kreditur yang telah diselesaikan
pihak trustee bertanggung jawab
dalam periode berjalan.
atas likuidasinya mulai tanggal
penunjukan.
b. Kewajiban tidak dilikuidasi d. Kewajiban yang timbul
Kewajiban yang masih ada selama Terjadi apabila kewajiban baru
periode pelaporan. dilakukan oleh pihak trustee.
Contoh:
Akuntansi dan Pelaporan Trustee
Pada tanggal 31 Desember 20X6, Abimayu diangkat menjadi pihak trustee untuk bertanggung jawab atas proses
likuidasi PT Induk. Abimanyu akan diperoleh untuk menjalankan perusahaan dalam jangka pendek untuk menentukan
apakah perusahaan dapat dijual secara utuh atau sebaliknya terpecah-pecah. Selama waktu tersebut, pihak trustee
harus mengurangi jumlah utang jangka pendek yang dimiliki PT Induk. Jika penjualan secara utuh tidak
menggenbirakan, maka Abimanyu diarahkan untuk melikuidasi perusahaan. Abimanyu menerima aset pada tanggal 31
Desember 20X6 dan melakukan beberapa transaksi selama bulan januari 20X7
FIGUR 17-9
Ayat Jurnal Trustee dan
Perusahaan Debitur selama
Proses Likuidasi

54
Buku Trustee Abimanyu Buku PT Iduk

(4) Kas 2.000.000 Abimanyu-Penerima 175.000.000


Efek yang Dapat Dipasarkan 8.000.000 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 2.000.000
Piutang Usaha (lama) 20.000.000 Akumulasi Penyusutan 24.000.000
Persediaan 45.000.000 Kas 2.000.000
Aset Dibayar Dimuka 1.000.000 Efek yang Dapat Dipasarkan 8.000.000
Aset Tetap 125.000.000 Piutang Usaha 20.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 2.000.000 Persediaan 45.000.000
Akumulasi Penyusutan 24.000.000 Aset Dibayar Dimuka 1.000.000
PT Induk- Dalam Posisi sebagai Penerima 175.000.000 Aset Tetap 125.000.000
Pengalihan aset PT Induk kepada trustee

(5) Persediaan 20.000.000


Utang Usaha (baru) 20.000.000 Tidak Ada Jurnal
Pembelian persediaan senilai Rp20.000.000
secara kredit oleh trustee

(6) Piutang Usaha (baru) 85.000.000


Penjualan 85.000.000
Tidak Ada Jurnal
Penjualan senilai Rp85.000.000 secara kredit oleh
trustee

(7) Harga Pokok Penjualan


Persediaan
Biaya penjualan senilai Rp50.000.000, termasuk
50.000.000
50.000.000 Tidak Ada Jurnal OPEN IT
seluruh persediaan yang dialihkan dari PT Induk

(8) Kas 56.000.000


ON
Piutang Usaha (lama)
Piutang Usaha (baru)
Penagihan piutang oleh trustee
12.000.000
44.000.000
Tidak Ada Jurnal
EXCEL
Lama Rp12.000.000
Baru Rp44.000.000

(9) PT Induk-Dalam Posisi Sebagai Penerima 30.000.000 Utang Usaha 20.000.000


Utang Usaha (baru) 4.000.000 Wesel Bayar 10.000.000 30.000.000
Beban Operasional 13.000.000 Abimanyu-Penerima
Beban Trustee 5.000.000
Kas 52.000.000
Pengeluaran kas oleh trustee untuk :
Utang lancar lama Rp30.000.000
Utang lancar baru Rp4.000.000
Beban Operasional Rp13.000.000
Beban trustee Rp5.000.000

(10) Kas 9.000.000


Efek yang Dapat Dipasarkan 8.000.000
Keuntungan dari Penjualan Efek 1.000.000 Tidak ada Jurnal
Penjualan efek yang dapat dipasarka sebesar
Rp9.000.000
Ayat jurnal Peyesuaian di Akhir Periode

(11) Beban Piutang Tak Tertagih 3.000.000


Beban Penyusutan 10.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (lama) 1.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (baru) 2.000.000
Tidak Ada Jurnal
Provisi untuk piutang tidak lancar : 10.000.000
Piutang lama Rp1.000.000
Piutang baru Rp2.000.000
Mengakui beban penyusutan Rp10.000.000

(12) Penyisihan Piutang Tak Tertagih (lama) 2.000.000


Piutang Usaha (lama) 2.000.000 Tidak Ada Jurnal
Penghapusan Piutang usaha lama sebesar
Rp2.000.000
OPEN IT
(13) Beban dari Biaya Dibayar Dimuka 1.000.000
Aset Dibayar Dimuka 1.000.000
Tidak Ada Jurnal
ON
Mengakui biaya dibayar dimuka yang telah berlalu EXCEL
Ayat Jurnal Penutup Akhir Periode

(14) Penjualan 85.000.000 Abimanyu-Penerima 4.000.000


Keuntungan dari Penjualan Efek 1.000.000 Saldo Laba 4.000.000
Harga Pokok Penjualan 50.000.000
Beban Operasional 13.000.000
Beban trustee 5.000.000
Beban dari biaya Dibayar Dimuka 1.000.000
Beban Piutang Tak Tertagih 3.000.000
Beban Penyusutan 10.000.000
PT Induk-dalam Posisi sebagai Penerima 4.000.000
FIGUR 17-10
Laporan Realisasi dan Likuidasi

57
PT Induk
Abimanyu, Penerima
31 Desember 20X6 hingga 31 Januari 20X7
Aset
Aset Hendak Direalisasikan Aset Direalisasikan
Piutang Usaha lama (neto) Rp 18.000.000 Piutang usaha lama Rp 12.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000 Piutang usaha baru 44.000.000
Persediaan Lama 45.000.000 Efek yang dapat dipasarkan 9.000.000
Aset dibayar dimuka 1.000.000 Penjualan persediaan 85.000.000
Aset yang terdepresiasi (neto) 101.000.000

Aset yang Diperoleh Aset yang Tidak Direalisasikan


Piutang baru 85.000.000 Piutang usaha lama (neto) 5.000.000
Persediaan baru yang dibeli 20.000.000 Piutang usaha baru (neto) 39.000.000
Persediaan baru 15.000.000
aset yang terdepresiasi (neto) 91.000.000 OPEN IT
Beban Tambahan
Pos-Pos Tambahan
Kredit Tambahan
ON
Beban operasi yang dibayarkan
Beban openerima
Rp 13.000.000
5.000.000
EXCEL
Keuntungan neto dari operasi 4.000.000

Kewajiban
Kewajiban yan Dilikuidasi Kewajiban yang Hendak Dilikuidasi
Utang jangka pendek lama Rp 3.000.000.000 Utang lancar lama Rp 133.000.000
Utang jangka pendek baru 4.000.000 Utang hipotek 50.000.000

Kewajiban yang Tidak Dilikuidasi Kewajiban yang Terjadi


Utang jangka pendek lama 103.000.000 Utang jangka pendek baru 20.000.000
Utang jangka pendek baru 16.000.000
Utang hipotek 50.000.000
Rp 503.000.000 Rp 503.000.000
Akuntansi Kreditor untuk
Pinjaman yang Diturunkan
Nilainya dan Restrukturisasi
Utang
Akuntansi Kreditor atas Pinjaman yang Diturunkan
Nilainya

PSAK 54 menunjukkan standar akuntansi dan pengungkapan kreditor untuk piutang yang diturunkan
nilainya, termasuk yang berupa wesel tagih. Pinjaman dikatakan hendak diturunkan nilainya jika terdapat
kemungkinan bahwa pihak kreditor tidak akan mampu memperoleh seluruh jumlah yang jatuh tempo
berdasarkan perjanjian pinjaman.

Ayat jurnal untuk mencatat pengurangan nilai pinjaman yang diturunkan nilainya merupakan debit
terhadap Beban Piutang Tak Tertagih atau Penyisihan Piutang Tak Tertagih, jika provisi untuk piutang tak
tertagih dalam jumlah yang memadai telah ada. Kredit dibuat terhadap akun Penyisihan Penilaian untuk
Pinjaman yang Diturunkan Nilainya, yang digunakan sebagai akun kontra piutang pinjaman untuk
mengurangi nilai tercatat pinjaman agar menjadi sebesar nilai sekarang arus kas masa depan.
Contoh berikut ini menunjukkan akuntansi kreditor untuk pinjaman yang diturunkan nilainya.

1. Pada tanggal 31 Desember 20X5, PT Kreditur memiliki piutang pinjaman lancar yang tidak dijamin sebesar Rp 30.000.000

dari PT Induk yang jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 20X6. Pinjaman tersebut didokumentasikan dengan wesel bayar

yang memiliki suku bunga 10 persen per tahun. Bunga yang saat ini belum dibayarkan berjumlah Rp 3.000.000, yang

merupakan bunga untuk tahun 20X5.

2. Selama siklus penelaahan pinjaman secara berkala, PT Kreditur menentukan bahwa per tanggal 31 Desember 20X5, terdapat

kemungkinan bahwa pinjaman dari PT Induk tidak dapat ditagih secara penuh. Estimasi terbaik jumlah yang dapat diperoleh

pada tanggal 31 Desember 20X6 adalah sebesar Rp 23.000.000


Langkah pertama adalah menentukan apakah pinjaman tersebut diturunkan nilainya dengan membandingkan nilai
tercatat dengan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan.

Nilai tercatat pinjaman:


Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual Rp 3.000.000

Nilai tercatat Rp 33.000.000

Nilai sekarang total arus kas masa depan:


Estimasi total kas masa depan Rp 23.000.000

Faktor nilai sekarang untuk 10%, 1 tahun 0,90909

Nilai sekarang arus kas masa depan Rp 20.909.070

Kerugian kreditor atas penurunan nilai pinjaman Rp 12.090.930


Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT Kreditur untuk mengakui penurunan piutang pinjaman adalah
sebagai berikut.

31 Desember 20X5
• Beban Piutang Tak Tertagih 12.090.930
Penyisihan Penilaian Pinjaman yang 12.090.930
Diturunkan Nilainya

• Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000


Wesel Tagih 30.000.000
Neraca tanggal 31 Desember 20X5 melaporkan pinjaman yang diturunkan nilainya dalam bagian
aset sebagai berikut.

Wesel Tagih yang Diturunkan nilainya Rp 33.000.000

Dikurangi: Penyisihan Penilaian Pinjaman yang Diturunkan


Rp 12.090.930
Nilainya

Nilai Sekarang Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya Rp 20.909.070


Pada tanggal 31 Desember 20X6, pada akhir tahun berikutnya, PT Kreditur akan mengakui
pendapatan bunga dengan menggunakan metode bunga efektif, sebagai berikut.

Piutang Bunga yang Diakru (Rp 30.000.000 x 0,10) 3.000.000

Penyisihan Buna untuk Penurunan 909.093

Nilai Pinjaman

Pendapatan Bunga (Rp 20.909.070 PV x 0,10) 2.090.907


Ayat jurnal terakhir adalah untuk mengakui perolehan piutang. Jika kreditor pada kenyataan menerima
jumlah sebesar hanya Rp 23.000.000 saja seperti yang telah diperkirakan, maka ayat jurnal yang
dicatat adalah sebagai berikut.

Kas 23.000.000
Penyisihan penilaian untuk Penurunan Nilai Pinjaman 13.000.000
Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 6.000.000
Jika PT Kreditur menerima pelunasan dalam jumlah penuh, yaitu pokok awal (Rp
30.000.000) ditambah dengan piutang bunga yang akru untuk dua tahun (Rp 6.000.000 = Rp
3.000.000 x 2), maka ayat jurnal berikut ini dibuat untuk mencatat perolehan piutang dan untuk
menghapuskan akun penyisihan penilaian terhadap beban piutang tak tertagih atau terhadap
penyisihan piutang tak tertagih, tergantung akun apa yang akan digunakan dalam ayat jurnal
sebelumnya ketika mengakui penurunan nilai.

Kas 36.000.000
Penyisihan penilaian untuk Penurunan Nilai Pinjaman 13.000.000
Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 6.000.000
Beban Piutang Tak Tertagih (atau Penyisihan Piutang 13.000.000
Tak Tertagih)
Restrukturisasi Utang Bermasalah

PSAK 54 mengatur mengenai akuntansi debitor untuk restrukturisasi utang bermasalah dan standar untuk
akuntansi kreditor terhadap restrukturisasi ini.

Bentuk restrukturisasi utang bermasalah yang paling umum adalah modifikasi


persyaratan utang untuk meringankan kebutuhan kas jangka pendek pihak debitor.

Bentuk restrukturisasi utang bermasalah lain yang umum adalah penerimaan kreditor berupa aset atau ekuitas
dengan nilai wajar kurang dari jumlah utang, karena pihak kreditor beranggapan bahwa ini merupakan
alternatif terbaik untuk memaksimalkan pemulihan piutang dari pihak debitor yang mengalami kesulitan
keuangan.
Masalah pokoknya:

Bagaimana mencatat dan melaporkan


restrukturisasi utang bermasalah dalam buku
perusahaan kreditor dan debitor?
👉 Untuk Debitor
Berdasarkan PSAK 54, pihak debitor membandingkan nilai tercatat utang dengan jumlah arus kas
masa depan yang terkait dengan utang tersebut atau dengan nilai wajar jumlah yang
dipertukarkan dalam pelunasan utang tersebut.

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡𝑜𝑟 = 𝐶𝑉 − 𝑇𝐹𝐶𝐹 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑉 − 𝐹𝑉

dimana:
CV = nilai tercatat utang
TFCF = nilai arus kas masa depan
FV = nilai wajar pos-pos nonkas
Aturan keputusan
1. CV ≤ TFCF: Tidak ada keuntungan atau kerugian; terdapat beban bunga masa depan. Jika nilai tercatat utang
kurang dari atau sama dengan total arus kas masa depan, maka tidak ada keuntungan atau kerugian yang
diakui dan beban bunga efektif masa depan pihak debitor atas utang tersebut merupakan selisih
restrukturisasi antata nilai tercatat dan arus kas masa depan.
2. CV > TFCF: Debitor untung; tidak ada beban bunga masa depan. Jika nilai tercatat utang lebih besar daripada
total arus kas masa depan, maka pihak debitor mengakui terjadinya keuntungan restrukturisasi sejumlah
selisih restrukturisasi. Dalam kasus ini, nilai buku kini utang lebih besar daripada jumlah total kas yang akan
dibayarkan – jelasnyam nilai buku harus dikurangi. Sekali pun keuntungan telah diakui, maka tidak ada beban
bunga masa depan dari utang ini yang dilaporkan oleh pihak debitor.
👉 Untuk Kreditor
Perbedaan utama antara metode pengukuran debitor dan kreditor adalah bahwa kreditor harus menentukan
nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan untuk dibandingkan dengan nilai tercatat pinjaman, yang
diperlihatkan sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑜𝑟 = 𝐶𝑉 − 𝑃𝑉 (𝑇𝐹𝐶𝐹) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑉 − 𝐹𝑉

dimana:
CV = nilai tercatat utang, termasuk pokok utang dan bunga yang
masih harus dibayar
PV (TFCF) = nilai sekarang nilai arus kas masa depan
FV = nilai wajar aset tetap
Ilustrasi Restrukturisasi Utang Bermasalah
PT Induk mengalami tekanan keuangan dan sedang melakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif

proses restrukturisasi yang ada. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap PT Induk.

1. Pada tanggal 31 Desember 20X6, perusahaan memiliki kewajiban lancar yang tidak dijamin sebesar

Rp 30.000.000 kepada PT Kreditur, dimana terdapat beban bunga yang telah diakru tetapi belum

dibayarkan sebesar Rp 3.000.000.

2. PT Induk telah melakukan negosiasi dengan PT Kreditur untuk melakukan restrukturisasi utang

lancar sebesar Rp 33.000.000 (Rp 30.000.000 + Rp 3.000.000). terdapat tiga alternatef yang

disajikan sebagai berikut.


Alternatif 1: Transfer Kas untuk Penyelesaian Utang secara Penuh

Alternatif 2: Transfer Aset Nonkas untuk Penyelesaian Utang

Alternatif 3: Modifikasi Persyaratan


Alternatif 1: Transfer Kas untuk Penyelesaian Utang secara Penuh
Alternatif pertama adalah transfer sebesar Rp 27.000.000 yang segera dilakukan untuk penyesaian penuh nilai
tercatat utang. Selisih restrukturisasi antara nilai tercatat utang dan total arus kas perjanjian restrukturisasi
dihitung sebagai berikut.

Nilai tercatat pinjaman:


Pokok Rp 30.000.000
Bunga akrual (10% untuk 1 tahun) Rp 3.000.000 Rp 33.000.000
Arus kas -Rp 27.000.000
Selisih restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp 6.000.000
Ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Induk, perusahaan debitor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
(19) Wesel Bayar 30.000.000
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Kas 27.000.000
Keuntungan Restrukturisasi Utang 6.000.000
Meresrukturisasi dan menyelesaikan utang.
Ayat jurnal yang harus dicatat oleh kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Kas 27.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 6.000.000
Wesel Tagih 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
Meresrukturisasi dan menyelesaikan piutang.
Alternatif 2: Transfer Aset Nonkas untuk Penyelesaian Utang
Dalam alternatif kedua, PT Induk bersepakat untuk mengalihkan persediaan dengan nilai buku sebesar
Rp 45.000.000 dan nilai wajar sebesar Rp 26.000.000 kepada PT Kreditur untuk penyelesaian penuh
utang yang bernilai Rp 33.000.000.

Selisih restrukturisasi dihitung sebagai berikut.

Nilai tercatat pinjaman:


Pokok Rp 30.000.000
Bunga akrual (10% untuk 1 tahun) Rp 3.000.000 Rp 33.000.000
Nilai wajar aset yang ditransfer -Rp 26.000.000
Selisih restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp 7.000.000
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Wesel Bayar 30.000.000
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Kerugian Penghapusan Persediaan 19.000.000
Persediaan 45.000.000
Keuntungan Restrukturisasi Utang 7.000.000
Meresrukturisasi dan menyelesaikan utang.
Ayat jurnal pada buku kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Persediaan 26.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 7.000.000
Wesel Tagih 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
Meresrukturisasi dan menyelesaikan piutang.
Alternatif 3: Modifikasi Persyaratan

Teknik restrukturisasi utang yang umum adalah memodifikasi beberapa persyaratan kontrak utang yang awal.

Modifikasi persyaratan dapat berupa:

a. Pengurangan suku bunga tercatat untuk sisa utang awal.

b. Perpanjangan tanggal jatuh tempo utang awal dengan suku bunga yang lebih rendah.

c. Pengurangan bagian nilai tercatat utang awal.

d. Pengurangan bunga yang diakru.


Kasus A. Nilai Tercatat Utang Lebih Besar daripada Modifikasi Total Arus Kas Masa Depan – Diakui

Keuntungan Debitor dan Kerugian (Beban) Kreditor. PT Induk, pihak debitor, berutang dengan nilai pokok Rp

30.000.000 ditambah bunga yang akru sebesar Rp 3.000.000 kepada PT Kreditor. Pada tanggal 31 Desember 20X6,

kedua belah pihak menyepakati modifikasi persyaratan kontrak utang sebagai berikut.

1. Menghapuskan bunga yang akru sebesar Rp 3.000.000

2. Mengurangi tingkat suku bunga dari 10 persen menjadi 4 persen.

3. Memperpanjang masa jatuh tempo selama 1 tahun tambahan, menjadi tanggal 31 Desember 20X7.
Selisih restrukturisasi per tanggal modifikasi persyaratan adalah sebagai berikut.

Debitor Kreditor
Nilai tercatat pinjaman:
Pokok Rp 30.000.000
Bunga akrual Rp 3.000.000
Nilai tercatat Rp 33.000.000 Rp 33.000.000 Rp33.000.000
Total Estimasi arus kas masa depan:
Total pokok utang Rp 30.000.000
Total bunga kontraktual masa depan (Rp
30.000.000 x 0,05 x 1 tahun) Rp 1.500.000

Total estimasi arus kas masa depan Rp 31.500.000 -Rp 31.500.000


Faktor nilai tunai, 10%, 1 tahun x 0,90909
Nilai tunai total arus kas masa depan Rp 28.636.335 -Rp28.636.335
Selisih restrukturisasi Rp 1.500.000 Rp 4.363.665
Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT Induk, sebagai debitor, pada tanggal 31 Desember 20X6, yaitu
tanggal modifikasi persyaratan perjanjian adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Wesel Bayar (10%) 30.000.000
Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi 31.500.000
Keuntungan Restrukturisasi Utang 1.500.000
Meresrukturisasi utang.
Pada saat PT Induk membayar kembali utang pada tanggal 31 Desember 20X7, maka ayat jurnal
yang dibuat adalah:

31 Desember 20X7
(24) Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi (5%) 31.500.000
Kas 31.500.000
Membayar utang yang direstrukturisasi.
Pihak kreditor harus mengakui terjadinya kerugian (sebagai beban atau dibebankan terhadap
penyisihan piutang tak tertagih) yang berjumlah Rp 4.363.636, yang merupakan selisih restrukturisasi
antara nilai tercatat utang dan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan. Berdasarkan PSAK 54,
pihak kreditor mengakui pendapatan bunga masa depan dengan menggunakan metode bunga efektif. Ayat
jurnal yang dibuat sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 4.363.665
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman 1.363.665
yang Diturunkan Nilainya

Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000


Wesel Tagih (10%) 30.000.000
Perhatikan bahwa pada tanggal 31 Desember 20X6, neraca akan melaporkan sebagai berikut.

Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya Rp 30.000.000

Dikurangi: Penyisihan Penilaian Pinjaman yang Diturunkan Nilainya -Rp 1.363.665

Nilai Sekarang Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya Rp 28.636.335


Ayat jurnal yang dicatat oleh kreditor pada tanggal 31 Desember 20X7 adalah sebagai berikut.

Kas 1.500.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman yang 1.363.665
Diturunkan Nilainya
Pendapatan Bunga 2.863.635
Rp 1.500.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05
Rp 2.863.635 = nilai sekarang sebesar Rp 28.636.335 x tingkat
suku bunga efektif 0,10

Kas 30.000.000
Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000
Kasus B. Nilai Tercatat Utang Lebih Kecil daripada Modifikasi Total Arus Kas Masa Depan – Tidak Ada
Keuntungan yang Diakui oleh Debitor. PT Induk, pihak debitor dan PT Kreditor menyepakati modifikasi persyaratan
untuk utang sebesar Rp 30.000.000 dan suku bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.000 sebagai berikut.

1. Menghapuskan bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.000

2. Mengurangi tingkat suku bunga dari 10 persen menjadi 5 persen

3. Memperpanjang masa jatuh tempo selama 1 tahun tambahan hingga 31 Desember 20X7.
Langkah pertama adalah menentukan besarnya selisih restrukturisasi pada tanggal 31 Desember
20X6, saat restrukturisasi utang bermasalah.

Debitor Kreditor
Nilai tercatat pinjaman:
Pokok Rp 30.000.000

Bunga akrual Rp 3.000.000

Nilai tercatat Rp 33.000.000 Rp 33.000.000 Rp 33.000.000


Total Estimasi arus kas masa depan:
Total pokok utang Rp 30.000.000

Sisa utang bunga diakru Rp 2.500.000

Total bunga kontraktual masa depan (Rp 30.000.000


Rp 1.500.000
x 0,05 x 1 tahun)

Total estimasi arus kas masa depan Rp 34.000.000 -Rp 34.000.000


Faktor nilai tunai, 10%, 1 tahun x 0,90909
Nilai tunai total arus kas masa depan Rp 30.909.060 -Rp 30.909.060

Selisih restrukturisasi -Rp 1.000.000 Rp 2.090.940


Ayat jurnal yang dibuat dalam buku PT Induk pada tanggal 31 Desember 20X6, yang merupakan tanggal restrukturisasi
adalah sebagai berikut

31 Desember 20X6
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Wesel Bayar (10%) 30.000.000
Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi 33.000.000
Merestrukturisasi dan menyelesaikan utang
Ayat jurnal pada tanggal 31 Desember 20X7 adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Beban Bunga 1.000.000
Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi 33.000.000
Kas 34.000.000
Membayar utang yang direstrukturisasi dan beban bunga
Tingkat suku bunga actual debitor atas utang yang direstrukturisasi dapat dicari dengan
menyelesaikan formula nilai sekarang untuk suku bunga, yaitu:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑉𝐹 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
33.000.000
𝑃𝑉𝐹 = 𝑅𝑝 = 0,9705
𝑅𝑝 34.000.000

Dalam tabel nilai sekarang dari Rp 1, faktor sebesar 0,9705 ditemukan untuk satu tahun
dalam kolom 3 persen. Oleh karena itu, besarnya tingkat suku bunga adalah sekitar 3
persen. Untuk contoh satu tahun ini, tingkat suku bunga dapat diperkirakan dengan
perhitungan yang lebih langsung, sebagai berikut.
𝑅𝑝 1.000.000
= 0,303 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 3,03%
𝑅𝑝 33.000.000
Ayat jurnal kreditor adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 2.090.909
Piutang Bunga yang Diakru 500.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman yang 1.590.909
Diturunkan Nilainya

Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya (5%) 30.000.000


Wesel Tagih 30.000.000
Kas 4.000.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman yang 1.590.909
Diturunkan Nilainya
Piutang Bunga yang Diakru 2.500.000
Pendapatan Bunga 3.090.909
Rp 4.000.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05
Ditambah dengan bunga diakru yang tidak dihapuskan sebesar
Rp 2.500.000
Rp 3.090.909 = nilai sekarang sebesar Rp 3.090.909 x tingkat
suku bunga efektif 0,10

Kas 30.000.000
Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000
Pertimbangan Lain
Beberapa perjanjian restrukturisasi berisi provisi mengenai pembayran kontijensi. Sebagai
contoh, perjanjian dapat menentukan bahwa pihak debitor harus membayarkan jumlah tambahan
jika laba bersih di masa mendatang melebihi batasan tertentu.

Pada waktu restrukturisasi utang, pihak debitor diwajibkan untuk membuat pengungkapan
catatan kaki tambahan dalam laporan keuangannya yang menjelaskan karakteristik utama
rencana restrukturisasi, agregat keuntungan dari proses restrukturisasi utang dan pengaruh
pajak penghasilan terkait, keuntungan atau kerugian bersih dari pengalihan aset sesuai dengan
rencana dan pengaruh per lembar saham untuk keuntungan agregat dari restrukturisasi utang
bersih setelah pengaruh pajak penghasilan terkait.

Baik dalam laporan keuangan atau dalam catatannya, pihak kreditor harus mengungkapkan
informasi khusus mengani pinjaman yang diturunkan nilainya.
Thanks!
Any questions?

97
Om Santhi Santhi
Santhi Om

Anda mungkin juga menyukai