Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 2

1. Triana Eti Reswati (1600023180)


2. Nur Rahmi Hidayati (1600023181)
3. Aji Purnawan Putra (1600023182)
4. Luthfie Septiani U. W. (1600023183)
5. Jenni Rizki Ramadhan (1600023184)
6. Anggi Ayu Pramesti (1600023185)
7. Usup Bakri (1600023187)
8. Mulyani Rizka Adjuna (1600023189)

FLU BABI
Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dibawa ke
apotek dengan keluhan demam yang tidak kunjung
reda (38°C), lesu, serta batuk-batuk. Pasien juga
mulai mengalami sesak nafas sejak tadi malam.
Diketahui pasien merupakan peternak babi yang
beberapa hari terakhir 3 babi yang dimilikinya
mengalami sakit virus babi. Dokter segera melakukan
isolasi terhadap pasien karena diduga pasien terkena
flu babi. Bagaimana sebaiknya penanganan akut dan
kronik untuk pasien tersebut?
Definisi

Patofisiologi
Pembahasan
+ Siklus
Kasus + KIE
Penyebaran

Flu
Babi Etiologi
Terapi + Faktor
Resiko
Tanda
dan
Gejala
Definisi
Flu Babi adalah penyakit pernafasan yang disebabkan
oleh virus jenis A yang dikenal dengan H1N1. Virus ini
sejenis dengan penyebab flu musiman yang sudah biasa
menyerang manusia, namun H1N1 mengandung unsur
genetika yang juga ditemukan dalam jenis virus khusus
yang menyerang manusia, burung, dan babi. Walau virus
ini berasal dari babi, namun kini sudah menjadi penyakit
yang menyerang manusia dan bisa menyebar dari orang ke
orang lewat batuk maupun bersin.
SIFAT – SIFAT AGENT
1. Dapat menular dari manusia ke manusia
2. Tahan dalam air suhu 22 derajat Celcius, selama 4 hari
3. Pada suhu 0 derajat Celcius tahan >30 hari
4. Pada tinja/feces unggas selama 32 hari
5. Inaktif dengan pemanasan 80 derajat Celcius (1 menit); 60 derajat
Celcius (30 menit); 56 derajat Celcius (3 jam)
6. Mudah inaktif dengan deterjen, alkohol, karbol, chlorin, dan
desinfektan lain
7. Dapat berubah bentuk (mutasi) dan membentuk subtipe baru
8. Saat ini, ada 16 subtipe HA (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9)
MASA INKUBASI DAN MASA
PENULARAN
1. Masa inkubasi flu babi berkisar antara 3 – 5 hari
2. Masa penularan penyakitnya sampai hari ke 7
Patofisiologi +
Siklus
penyebaran Pada penyakit influenza babi klasik,
virus masuk melalui saluran pernafasan
atas kemungkinan lewat udara. Virus
menempel pada trachea dan bronchi dan
berkembang secara cepat yaitu dari 2
jam dalam sel epithel bronchial hingga
24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel
terinfeksi virus dan menimbulkan
eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan
cepat menghilang pada hari ke 9
(ANON., 1991).
Lesi akibat infeksi sekunder dapat
terjadi pada paruparu karena aliran
eksudat yang berlebihan dari bronkhi.
Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa
meninggalkan adanya kerusakan.
Kontradiksi ini berbeda dengan lesi
pneumonia enzootica babi yang dapat
bertahan lama. Pneumonia sekunder
biasanya karena serbuan Pasteurella
multocida, terjadi pada beberapa kasus
dan merupakan penyebab kematian.
CARA PENULARAN
 Melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi
bersin,terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada
mata,hidung, dan mulut dari orang lain).
 Melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol butiran cairan
kecil dalam udara yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi
batuk,bersin,atau meludah).
 Melalui penularan tangan-ke-mata,tangan-ke-hidung,atau
tangan-ke-mulut,baik dari permukaan yang terkontaminasi atau
dari kontak personal langsung seperti bersalaman.
 Tidak langsung (virus ini menyebar lewat udara/droplet,peralatan
kandang,alat transportasi dll)
 Babi-babi ; babi-manusia ; manusia-manusia
 Flu babi tidak menular melalui makan daging babi yang dimasak
dengan suhu minimal 71 derajat celcius.
Etiologi
Etiologi + Faktor
Resiko
Faktor Resiko
– Wanita yang telah hamil enam kali lebih mungkin untuk memiliki penyakit flu berat daripada wanita yang
tidak hamil.
– Anak-anak, terutama mereka yang di bawah usia 2 tahun.
– Penderita asma. Orang dengan PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) atau kondisi paru-paru kronis
lainnya.
– Orang dengan kondisi kardiovaskular (kecuali tekanan darah tinggi).
– Orang dengan masalah hati.
– Orang dengan masalah ginjal.
– Orang dengan kelainan darah, termasuk penyakit sel sabit.
– Orang dengan gangguan neurologis.
– Orang dengan gangguan neuromuskuler.
– Orang dengan gangguan metabolik, termasuk diabetes.O
– Orang dengan kekebalan yang rendah, termasuk pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang mendapatkan
obat yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat kemoterapi atau obat steroid.
– Orang yang berada di panti jompo atau fasilitas perawatan kronis lainnya.
– Orang yang memiliki obesitas. Sebagian besar orang obesitas mengalami masalah diabetes atau
pernapasan. Hal ini membuat flu semakin buruk dan dianggap berisiko tinggi terkena flu babi.
DATA LAB
Untuk mendiagnosis infeksi swine influenza, dibutuhkan koleksi spesimen saluran
nafas dari pasien yang terinfeksi dengan onset 72 jam atau 4-5 hari pertama.
Spesimen ini kemudian diperiksakan di laboratorium dengan real-time reverse-
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) (Gregrory, et al., 2009). Diagnosa
flu babi ditegakkan berdasarkan gejala klinis pasien dan riwayat kontak dengan
mereka yang memiliki gejala seperti di atas. Pemeriksaan sputum dari tenggorokan
pasien, bertujuan untuk membedakan infeksi terjadi disebabkan oleh tipe virus A
atau B. Hasil pemeriksaan ditemukan virus tipe B maka dapat dipastikan pasien
tersebut bukan terinfeksi flu babi, tetapi bila hasil pemeriksaan adalah virus tipe A,
maka ada kemungkinan penderita tersebut terinfeksi flu babi. Sampel yang
diindikasikan terinfeksi virus tipe A, selanjutnya dikirim ke laboratorium yang lebih
lengkap untuk mengetahui adanya antigen virus flu babi sebagai penegakan
diagnosa pasti (CDC, 2009).
Tanda dan
Gejala
Gejala flu babi pada manusia umumnya serupa dengan gejala infeksi virus influenza
yang biasa menyerang manusia yakni :
– Demam lebih dari 37,8°C
– Sakit tenggorokan
– Batuk
– Pilek
– Sakit kepala dan nyeri.
– Bahkan pada beberapa orang ditandai dengan diare dan muntah-muntah.
– Tindakan pencegahan antara lain bisa dilakukan dengan menghindari kontak
dengan orang yang sedang sakit, menutup hidung dan mulut saat batuk atau
bersin, mencuci tangan dengan air dan sabun, sebisa mungkin menghindari
kontak dengan orang lain saat flu serta mencari pertolongan medis jika sakitnya
parah supaya mendapatkan pengobatan.
Terapi

TERAPI
Management in general
1. Mild case : supportive therapy such as providing an antipyretic
rehydration
2. Sufficient case : symptomatic therapy, rehydration, antiviral,
antibiotic, if secondary infection was proven, fluids and
nutrition therapy
3. Severe case (care ICU) : correction hypoxia with oxygene
provision and ventilator assemblies for management strategy of
ARDS, monitor hemodynamics for septic shock management,
antiviral and antibiotic, parenteral and enteral nutrition
KIE
KIE untuk pasien yang dipulangkan :
1. Pasien selalu memakai masker. Bila tidak ada masker dapat memakai sapu tangan/tisu. Bila tidak punya
masker / sapu tangan / tisu, tutup mulut bila bersin atau batuk dengan lengan atas. Masker / sapu tangan
diganti bila sudah basah.
2. Tidak boleh keluar rumah selama 7 hari mulai dari timbul gejala sampai panas hilang serta istirahat yang
cukup
3. Biasakan cuci tangan dengan sabun atau alkohol sesudah batuk atau bersin
4. Minum cairan yang banyak (air putih, air kaldu, minuman untuk olahragawan, cairan yang mengandung
elektrolit untuk mencegah dehidrasi)
5. Membersihkan rumah, cucian dan barang habis pakai. Barang dan alat habis pakai pasien misal tisu dan lain-
lain masukkan ke dalam tempat sampah setelah itu cuci tangan. Jaga kebersihan permukaan tempat tidur,
meja, kamar mandi dan lain-lain dengan desinfektan. Linen, peralatan makan, makanan bekas pasien tak perlu
dipisahkan mencucinya yang penting jangan tidak dicuci, cucilah dengan sabun.·Linen dicuci dengan detergen
atau sabun kemudian keringkan dengan panas dan setelah itu cuci tangan.
6. Sedapat mungkin hindari kontak dengan satu sama lain. Tidak kerja atau sekolah jika sakit.
7. Bila kondisi memburuk segera ke rumah sakit rujukan terdekat.
Kondisi yang dianggap memburuk:
• Sulit bernapas atau nyeri dada
• Bibir ungu atau kebiruan
• Muntah-muntah dan tak dapat menjaga keseimbangan
cairan·
• Tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan·
• Respon menurun atau confuse
• Kejang
Monografi Obat
OSELTAMIVIR
 Indikasi : Terapi influenza pada dewasa dan anak usia 1 tahun atau lebih yang memiliki gejala
influenza tipika, bila virus influnza sedang bersirkulasi dalam lingkungan. Oseltamivir dapat juga
digunakan untuk mencegah terjadinya influenza pada dewasa dan anak di atas 13 tahun.
 Peringatan : gangguan fungsi ginjal, wanita hamil, wanita menyusui
 Kontraindikasi : hipersensitif.
 Efek Samping : Nausea, muntah, sakit perut, dispepsia, diare, sakit kepala, lelah, insomnia, pusing,
conjungtivitis, epistaksis, ruam; jarang reaksi hipersensitif; sangat jarang hepatitis, sindroma
Steven-Johnson.
 Dosis: Untuk terapi influenza dan flu babi, 75 mg dua kali sehari selama 5 hari. Untuk anak di atas
1 tahun digunakan oseltamivir suspensi, 2 mg/kg bb; Berat badan 15 kg atau kurang, 30 mg tiap 12
jam, berat badan 15 – 23 kg, 45 mg setiap 12 jam, berat badan 23 – 40 kg, 60 mg tiap 12 jam. Untuk
anak dengan berat di atas 40 kg, diberikan dosis yang sama dengan dewasa. Untuk pencegahan
influenza, dewasa dan remaja di atas 13 tahun, 75 mg sekali sehari sekurang-kurangnya selama 7
hari untuk profilaksis pasca terjadinya infeksi; sampai dengan 6 pekan selama epidemik.
ZANAMIVIR
 Dosis : Anak-anak (5-12 tahun) dan Dewasa 10 mg (2 inhalasi) 1x sehari
 Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap zanamivir atau formulasi, termasuk protein susu
 Perhatian:
 Hanya digunakan melalui inhaler
 Jangan membuat solusi tanpa persiapan untuk administrasi dengan nebulisasi atau ventilasi mekanis; laporan
kematian pasien rawat inap dengan influenza yang menerima solusi yang dibuat dengan Relenza Inhalation
Powder yang diberikan secara nebulisasi atau ventilasi mekanis; laktosa dalam formulasi ini menghalangi
berfungsinya peralatan
 Sangat efektif bila digunakan dalam 24-48 jam setelah timbulnya gejala
 Tidak dianjurkan untuk pengobatan atau profilaksis influenza pada individu dengan penyakit saluran napas
yang mendasarinya (misalnya, asma, PPOK); kasus-kasus bronkospasme yang serius, termasuk kematian, telah
dilaporkan selama perawatan
 Jika penggunaan dipertimbangkan untuk pasien dengan penyakit jalan nafas yang mendasarinya, monitor fungsi
pernapasan dengan hati-hati, amati pasien dengan cermat, dan lakukan terapi suportif (yaitu bronkodilator yang
bekerja cepat) segera tersedia
 Laporan perilaku abnormal dan delirium
 Data yang tersedia dari penelitian yang diterbitkan menunjukkan bahwa penggunaan selama kehamilan tidak
terkait dengan peningkatan risiko cacat lahir atau hasil ibu atau janin yang merugikan
 Efek Samping : Diare, mual, sakit kepala, bronchitis, dan batuk.
 Mekanisme : Menghambat neuraminidases, menghentikan pelepasan virus dari sel & mencegah virus melintasi
selaput lendir saluran pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai