Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

ABSES SUBMANDBULA,
SUBMENTAL DAN
PERITONSILAR
Disusun oleh:
Lutfiani Rahmah 114170036
Nely Maulidatur Rahmi 114170046

Pembimbing :
dr. Febryanti P. Sari, Sp.THT-KL
Latar belakang
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial
diantara fasia leher dalam sebagai akibat dari penjalaran
infeksi dari berbagai sumber seperti telinga, hidung, gigi,
mulut dan tenggorokan serta sinus paranasal dapat
bermanifestasi menjadi abses pada leher. Penyebab paling
sering dari abses leher dalam adalah infeksi tonsil dan gigi
sumber infeksi yang lainnya adalah mulut, tenggorokan,
sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Tergantung ruang
mana yang terlibat
Laporan kasus
Identitas

 Nama : Tn. M
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Umur : 52 thn
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Singawada Rajagaluh, Majalengka
 No RM : 18864866
 Tanggal Pemeriksaan : 02-09-2019
Keluhan utama : Bengkak pada leher kanan dan dagu

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan bengkak
dileher bagian kanan dan dagu sejak 4 hari yang lalu SMRS.
Bengkak dirasa semakin membesar, bengkak disertai nyeri
yang bertambah hebat ketika pasien membuka mulut dan
nyeri mereda ketika meminum obat.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 3 hari yang lalu,
sulit menelan dan sulit membuka mulut, dan pasien juga
mengeluh setiap mengeluarkan liur berwarna kehijauan,
bau (-) keluhan sesak nafas dan perubahan suara disangkal.
Pasien juga mengeluhkan sejak 1 minggu yang lalu pasien
menderita sakit gigi. Pasien pernah pergi ke dokter dan
merasa bengkaknya pada leher kanan tidak mengecil.
 Riwayat penyakit dahulu :
HT (-) DM (-) Riwayat penyakit yang serupa
sebelumnya (-)

 Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat penyakit yang serupa (-)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : compossmentis
Suhu : 37,50 C
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Spo2 : 98 %
TELINGA
dekstra sinistra
auricula Bentuk (N), Bentuk (N),
Massa (-), Massa (-),
Fistula (-), Fistula (-),
Abses (-), Abses (-),
Edema (-), Edema (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (+)

preauricula Fistel (-), Fistel (-),


Abses (-), Abses (-),
Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan(-),
Tragus pain (-) Tragus pain (-)

retroauricula Hiperemis (-), Hiperemis (-),


udema (-), udema (-),
Nyeri tekan (-), Nyeri tekan(-),
CAE Hiperemi (-), Hiperemi (-),
Massa (-) Massa (-)
Hipertrofi (-), Hipertrofi (-),
udema (-), udema (-),
Serumen (-) Serumen (-)
Sekret (-) Sekret -)
Jaringan Granulasi (-) Jaringan Granulasi (-)

Membran tympani MT Intak, MT Intak,


Reflex cahaya (+), Reflex cahaya (+),
Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Warna putih keabuan Warna putih keabuan
Hidung
Rhinoskopi anterior Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri

Mukosa hidung Hiperemis (-), sekret (-), Hiperemis (-), sekret (-),
massa (-) massa (-)
Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)

Konka inferior dan Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)
media
Meatus inferior dan Polip (-) Polip (-)
media
Orofaring

 Mukosa bucal :
 Ginggiva : Sulit dinilai
 Gigi geligi :
 Lidah 2/3 anterior :
 Trismus (+) 1 jari
Rongga mulut dan orofaring
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa Mulut Tenang
Lidah Bersih
Palatum Tidak ada deviasi
Gigi geligi Reflek muntah (+)
Uvula Sulit dinilai

Tonsil Permukaan
Membesar
Ukuran
Warna
Hiperemis (+)
Kripta
Sulit dinilai
Detritus

Mukosa Tidak dapat dilakukan pemeriksaan.


Faring Granula
Post Nasal Drip
 Leher :
Submandibula dextra : terdapat pembengkakan (+) hiperemis (-) teraba
hangat (+) nyeri tekan(+) fluktuatif (+) ukuran 10x3
cm
Submental : terdapat pembengkakan (+) hiperemis (-) teraba
hangat (+) nyeri tekan(+) fluktuatif (+) ukuran 5x2cm
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (Di periksa pada tanggal 02-09-2019)

Hemoglobin : 14,7gr%

Hematokrit : 44%

Trombosit : 222.000

Leukosit : 17,1 /mm3 (naik)

Eritrosit : 4,61 mm3

RDW CV : 15,1% (naik)

Eosinofil : 0% (turun)

Neutrofil batang : 0 % (turun).


Pemeriksaan penunjang
 STL AP Lateral
Teknik operasidan temuan operasi

 Tampak peritonsil dextra bulging, flutktuasi


 Tampak submental dextra bulging, fluktuasi
 dilakukan anestesi pada cavum oris dengan silonor
 Dilakukan aseptik antiseptik dengan povidine iodine
 Dilakukan insisi pada peritonsilar dextra :terdapat pus berupa darah
+30cc
 Dilakukan anestesi pada submental
 Dilakukan insisi pada submental : terdapat pus +50cc
 Dilakukan pemasangan drain
Diagnosis
Diagnosis post insisi :
Post insisi + drainase ai abses submandibula dextra+abses submental+abses peritonsil
Penatalaksanaan

Observasi TTV
Diet lunak
Anbacim 2x1 gr iv
Ketorolac 3x1 gr iv (jika perlu)
Metilprednisolon 1x6,25
Ranitidin 2x1
Betadine kumur 3x1
GV 2x perhari dengan NaCl 0,9% dan gentamicin
Pembedahan : insisi dan drainase
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi leher

 Diliat dari lateral berbentuk empat persegi


panjang yang oleh musculus
sternocleidomastoideus dibagi menjadi dua,
yaitu:

1. trigonum colli anterior

2. trigonum colli posterior


Trigonum colli anterior
Trigonum colli posterior
 Kecuali trigoni diatas disebelah dalam regio colli terdapat trigonum lagi
yaitu:
 Trigonum scalenoventebrate
Fascia colli

 Fascia colli dibagi menjadi 3 lapisan yaitu:


1. Fascia colli superficialis =investing layer
2. Fascia colli media=lamina pretrachealis
3. Fascia colli profunda = lamina prevertebralis
Abses peritonsiler (QUINSY)

Penumpukan pus pada ruang peritonsil dan


biasnya bersifat unilateral

Proses inflamasi dan supurasi dapat melebar


melibatkan palatum mole, dinding lateral faring,
dan kadang-kadang, dasar lidah
 Gejala umum: demam, nyeri kepala, malaise, mual atau muntah.
 Gejala lokal:
 odinofagia (nyeri menelan) yang hebat
 muntah (regurgitasi)
 mulut berbau (foetor ex ore)
 banyak ludah (hipersalivasi)
 suara gumam (hot potato voice)
 sukar membuka mulut (trismus) akibat spasme musculus pterigoideus
interna.
Infeksi pada
kelenjar Weber

Akumulasi pus di
ruang peritonsil
potensial

Pembengkakkan
Inflamasi pada
daerah
M.pterigoid
peritonsil

Tonsil dan uvula


terdesak ke trismus
kontralateral
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium :
Darah perifer lengkap, elektrolit, kultur darah, dan kultur swab tenggorok
 Pemeriksaan radiologi :
Foto x-ray jaringan lunak polos Area
abses
CT scan kontras intravena
Tonsil
ultrasonografi kanan
uvula
Penatalaksanaan

 Medikamentosa:
antibiotik
analgetik/antipiretik
 Non medikamentosa:
insisi drainase
aspirasi jarum
tonsilektomi
Abses submandibula

Pada umumnya sumber infeksi pada


ruang submandibula berasal dari proses
infeksi dari gigi, dasar mulut, faring,
kelenjar limfe submandibula
Patogenesis

pembengkakan di sekitar
Infeksi, gigi, tonsil, faring, Penyebaran secara submandibula
hidung, kelenjar limfe hematogen,
limfogen, terjadi demam tinggi
submandibula inflamasi Nyeri di daerah leher
Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium :
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis
 Radiologi :
X ray
Ct scan
lesi dengan hipodens (intensitas rendah), batas yang lebih jelas, dan kadang ada
air fluid level
Penatalaksanaan

Medikamentosa:
- Antibiotik (parenteral)

Non medikamentosa:
- Insisi drainase

Lokasi insisi abses leher dalam


Abses Submental

 Akumulasi pus pada regio anterior mandibula, mendekati tulang, lebih


tepatnya pada muskulus mentalis, dengan penyebaran infeksi melalui
symphysis mentid
 Disebabkan oleh infeksi pada gigi anterior mandibula. Berupa pembesaran dan
nyeri pada dagu dan kemerahan pada kulit disekitarnya.
Gejala Klinis

 Selulitis pada regio submental


 Tahap akhir akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif
 Pada pemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan
 Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab hiperemis dari jaringan sekitarnya
 Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga kearah spasium yang terdekat
terutama ke arah belakang.
Penatalaksanaan

Perawatan yang dilakukan adalah insisi pada lipatan mukobukal secara


intra oral. Jika pus menyebar secara ekstraoral, insisi dilakukan pada
kulit secara pararel di batas bawah lidah ke arahposterior.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai