Anda di halaman 1dari 52

Bopy Grisnawati Hamaduna, S.

Ked
0908012832

Pembimbing :
dr. Widhitomo, SpB

SMF ILMU BEDAH


UNIVERSITAS NUSA CENDANA – RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang 2014
Definisi
 Ileus obstruksi adalah penyumbatan intestinal
mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan dinding usus.
 Obstruksi total: penyumbatan total lumen usus
 Obstruksi parsial: penyumbatan lumen sebagian
 Obstruksi akut: beberapa jam
 Obstruksi kronik: beberapa minggu
 Simple (mekanikal): tidak ada gangguan vaskularisasi
 Strangulata: ada gangguan vaskularisasi
Epidemiologi
 Ileus terjadi pada kurang lebih 50% pasien yang
menjalani operasi mayor abdomen. Kuruba et al
mempelajari kejadian dan faktor risiko untuk ileus
berkepanjangan pada pasien yang menjalani operasi
usus besar elektif retrospektif. Insiden ileus
berkepanjangan adalah serupa pada pasien dengan
epidural dibandingkan nonepidural dibandingkan
operasi laparoskopi. Insiden ileus berkepanjangan
adalah serupa dalam semua 3 kelompok kasus yang
diteliti.
 12 – 16% pasien ileus obstruktif dioperasi per tahun
Etiologi
 Ekstramural:
 Adhesi
 Volvulus
 Hernia (internal & eksternal)
 Kompresi oleh tumor
 Kompresi ekstrinsik
 Intramural:
 Inflammatory bowel disease (Crohn’s disease)
 Tumor
 Infark
 Karsinoma
 Limfoma
 Striktur
 Intususepsi
 Intraluminal:
 Impaksi feses atau obstruksi bolus makanan
 Mekonium
 Benda asing yang tertelan
 Polip besar
 Batu empedu
 Intususepsi
 Adapun penyebab obstruksi yang paling sering
mengenai usus halus dan usus besar (colon)
adalah :
1. Obstruksi Usus halus
 Obstruksi usus halus Adhesi
 Hernia
 Keganasan (biasanya sekum)
 Volvulus
 Batu empedu, bezoar
 Penyakit Crohn
 Intususepsion
2. Obstruksi usus besar

 Keganasan (Biasanya colorectal) intrinsic dan


ekstrinsik
 Volvulus sigmoid dan sekum
 Konstipasi berat yang sebabkan impaksi feses
 Divertikulitis
Jenis operasi yang dapat
menyebabkan ileus obstruksi
 Laparatomi ( 50%)
 Apendektomi (23%),
 Reseksi kolorektal (21%),
 Prosedur ginekologi (12%),
 Upper gastrointestinal (cth, gaster, biliar, spleen) (9%)
 Operasi usus (8%)
Manifestasi Klinis
 Tanda & gejala obstruksi usus bergantung pada lokasi
obstruksi, namun 4 gejala kardinalnya antara lain:
 nyeri,
 distensi abdomen,
 muntah, dan
 konstipasi absolut.
 Obstruksi usus kecil
 Pada auskultasi dapat ditemukan bising usus yang
meningkat dengan nada tinggi atau bunyi gemerincing
yang timbul bersamaan dengan episode kram. Nyeri
yang timbul biasanya di epigastrik atau periumbilikus.
 Obstruksi proksimal (di atas ampulla Vater)
 Pasien sering muntah dan muntahan tanpa kandungan
empedu.
 Nyeri kolik biasanya sering muncul dengan interval 2-5
menit.
 Obstipasi dan distensi biasanya minimal atau tidak ada
Obstruksi distal
 Pasien jarang muntah dan muntahan berwarna hijau
(mengandung empedu) dan keruh.
 Nyeri kolik terjadi dengan interval 10 menit atau lebih.

 Kadang ada nyeri tumpul di antara kram.

 Distensi meningkat secara perlahan.


 Obstruksi kolon
 Serangan ringan nyeri terjadi selama beberapa minggu,
didahului episode akut.
 Kolik biasanya muncul pada perut bawah atau pada
suprapubik
 Obstipasi dan distensi merupakan karakteristik utama
 Mual dan muntah sering terjadi
 Nyeri tekan biasanya ringan pada obstruksi tanpa
komplikasi.
 Pada pemeriksaan rektum atau sigmoidoskopi dapat
ditemukan lesi obstruktif.
Pemeriksaan Fisis
 Obstruksi usus kecil
 Demam
 Distensi abdomen
 Peningkatan bising usus
 Nyeri tekan lokal (menandakan strangulasi) atau
rebound (peritonitis)
 RT: rektum kosong
 Colonic Pseudo-obstruction (Ogilvie’s Syndrome)
Biasanya muncul pada usia lanjut atau orang-orang
yang berbaring dalam jangka waktu lama, dan kadang
setelah operasi.
 Obstruksi Strangulata
Terjadi gangguan suplai darah pada sebagian usus
karena adanya kinking atau lipatan pada
mesenterium.
Ditandai dengan nyeri yang menetap, demam,
takikardi, gejala peritoneal, massa abdomen dengan
nyeri tekan, dan leukositosis.
Contoh gambaran usus yg terlihat
pada ileus obstruktif
darm contour (Gambaran usus ) & darm steifung (gerakan usus)
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium

 Hemokonsentrasi
 Alkalosis hipokalemi (vomitting & fluid loss)
 BUN & Kreatinin ↑ (hipovolemi)
 Asidosis hipokloremik (obstruksi stangulata)
 Leukositosis (Strangulasi)
 Amilase serum (infark usus)
 Endoskopi. Sigmoidoskopi dapat memastikan adanya
keganasan pada rektum, sigmoid dan kolon
descenden. Sementara kolonoskopi hanya terindikasi
pada kasus-kasus tertentu. Pada kasus divertikulitis
pemeriksaan endoskopi akan menimbulkan rasa nyeri
dan tidak ditemukan adanya masa tumor.
 Radiologis. Foto polos akan memberikan gambaran
distensi kolon disertai dengan gambaran haustra. Pada
volvulus sigmoid akan menampilkan gambaran
dilatasi satu loop kolon dari arah pelvis yang
menyerupai gambaran coffe bean shape. Umumnya
barium enema tidak dianjurkan pada pasien dengan
adanya nyeri tekan
Abdominal series
 Radiograph of the abdomen in a supine position
 Radiograph of the abdomen in an upright position
 Radiograph of the abdomen in an LLD position

 Sensitivitas 60% (sampai 90%)


 Temuan tipikal pada obstruksi ileus
 Distensi usus pada bagian proximal dari obstruksi
 Usus di bawah lokasi obstruksi, kolaps
 Air fluid level pada posisi LLD dan errect
 Pada posisi supine ditemukan
 Lumen usus melebar
 Step-ladder appereance
Foto Polos Abdomen:
 Obstruksi usus kecil
 Air fluid level multipel
 Dilatas loop usus halus (sentral)
 Obstruksi jejunum proksimal biasanya tidak menyebabkan
dilatasi
 Obstruksi distal biasanya ditandai dengan pola tangga akibat
dilatasi loop usus.
 Bayangan valvula conniventes melintasi lebarnya usus
 Obstruksi kolon
 Distensi kolon proksimal
 Kolon yang berdilatasi akan terletak di perifer
 Bayangan haustra yang tidak meliputi seluruh lebar usus
SBO
LBO
Penatalaksanaan
 Dekompresi (NGT +DC)
 Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (berikan RL
atau NaCl dengan suplementasi K+
 Monitoring keseimbangan cairan, produksi urin (kateter),
temperatur, nadi, respirasi, dan tes darah.
 Pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk mencari
penyebab.
 Hilangkan obstruksi melalui tindakan pembedahan, jika:
 Penyebab yang mendasari membutuhkan penanganan bedah
(misalnya hernia, karsinoma kolon)
 Kondisi pasien tidak membaik dengan penanganan
konservatif (misalnya obstruksi adhesi)
 Ada tanda-tanda stangulasi atau peritonitis
Penatalaksanaan
 Resusitasi sistemik
 NGT dekompresi
 DC
 Puasa
 Perbaiki keseimbangan elektrolit dan asam basa
 Antibiotik
 Pembedahan
Diagnosa banding
9/20/2019 31
Identitas Pasien
Nama : Ny. Wilhelmina Asametan

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kefa Atambua

9/20/2019 32
Riwayat Penyakit
Anamnesis
Sekarang

Keluhan utama:
Nyeri perut

9/20/2019 33
Riwayat penyakit sekarang
 Nyeri perut dirasakan sejak 6 hari sebelum masuk RS.
Nyeri seperti terpuntir dan tertarik, dirasakan terus-
menerus dan semakin lama semakin sakit. Nyeri di
rasakan pada semua bagian perut dan lebih memberat
pada perut bagian atas dan perut kiri bawah. Mual (+),
muntah (+) lebih dari 10 kali berisi cairan dan
makanan berwarna putih dan kadang berwarna
kekuningan dan terasa asam. Buang air kecil, tidak ada
keluhan. Perut kembung (+). Buang air besar:
 Sejak 6 hari lalu pasien juga tidak dapat buang air
besar dan pasien belum kentut. Saat pasien
dimasukkan ke rumah sakit Johanes, pasien sudah
dapat BAB 1x dengan konsistensi encer dan mulai
dapat kentut.
Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat operasi laparatomi karena kista ovarium


tahun 2012.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Status gizi : astenikus
TTV :
TD : 100/70 mmHg Nadi : 84 x/menit, reguler,
RR : 20 x/m S= 36,5oC,
Mata :
anemis (-/-), ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+)
Leher
9/20/2019
: Pembesaran KGB -/-, kaku 37
Thorax
Pulmo
 Inspeksi :
pengembangan dada simetris (+/+), reguler,
abdominotorakal
 Palpasi : vocal fremitus simetris +/+
 Perkusi : sonor (+/+)
 Auskultasi:
suara napas vesikular (+/+), ronchi (-/-),wheezing (-/-).
9/20/2019 38
Thorax
 Cor
 Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula
sinistra
 Perkusi :
• Batas jantung atas : ICS 2 parasternal S
• Pinggang jantung : ICS 3 parasternal S
• Batas jantung ka : ICS 2 – ICS 4 parasternal D
• Batas jantung ki : ICS 5 midklavikula S
 Auskultasi : S1 – S2 reguler,tunggal,murmur(-),gallop (-)
9/20/2019 39
Abdomen
 Inspeksi :
distensi (+),tidak tampak gambaran usus (darm
contour), dan gerakan usus (darm steifung),
tertinggal saat bernapas, scar (+)
 Auskultasi :
bising usus(+) kesan menurun, metalik sound(-)
 Palpasi :
massa (-), nyeri tekan (+) di seluruh kuadran
abdomen
 Perkusi : hipertimpani, nyeri ketok.

9/20/2019 40
41
Extremitas
 Look : normal ,
 Feel : normal ,
 Move : ROM : normal

42
RT(Rectal Toucher)
 Perineum: intact, normal
 Sphincter ani: tonus (+) normal
 Ampula recti: kolaps, mukosa dinding licin, mass (-)
 Nyeri minimal
 Feses (-), lendir (-), darah(-)
Planning Diagnosis
 Foto polos abdomen 3 posisi
 Barium enema
Pemeriksaan Penunjang
CBC :  Elektolit :
 WBC = 15,2 x 10^3/uL  Na : 136,5 mmol/L
 RBC= 4,98 x 10^6/uL  K : 3,38 mmol/L
 HB = 13,2 g/dL  Cl : 103,6 mmol/L
 Hct : 39,1 %  iCa : 1,187 mml/L

 PLT = 312 x 10^3/uL


 Neut%= 83,4 %  Ur = 11,6 mg/dL
 Cr = 0,3 mg/dL
 Glu = 86
45
RADIOLOGI
BNO
Thorax X-Ray
Assesment
 Ileus obstruksi suspek partial e. c adhesi

9/20/2019 48
Terapi
 NGT dekompresi
 DC
 IVFD RL 20 tpm
 Cefotaxim inj. 2x500 mg/IV
 Ranitidin 2x1 amp/iv
 Puasa
 Observasi TTV
 Pro operasi

9/20/2019 49
Penutup
 Telah dilaporkan pasien perempuan, 45 tahun dengan
diagnosa ileus obstruksi suspek parsial e.c adhesi.
Pasien diterapi konservatif dan rencana operatif.
Pasien dirawat di paviliun B (23 Agustus 2014) . Pasien
di terapi konservatif dan diijinkan pulang setelah ada
perbaikan klinis pasien sebelum dilakukan operasi.
Pasien disarankan untuk mengontrolkan diri ke poli
bedah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003.
Hal: 181-192.
2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle,
W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last
Updated, June 29, 2004.
3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,
and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
4. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ileus.html
5. http://emedicine.medscape.com/article/178948-overview
6. http://medicastore.com/nutracare/isi_enzym.php?isi_enzym=fisio_cerna
7. http://fkumyecase.net/wiki/index.php?page=ileus+obstruktif
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 1 Ed 6.
Jakarta : EGC, 2005. 450-6
9. http://dokteryudabedah.com/ileus-paralitik/
10. Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and Management. Haile T. Debas.
11. Essential Practice of Surgery: Basic Science and Clinical Evidence. Norton JA.
12. Emergency Radiology. Schwartz DT.
13. Schwartz’s Manual Surgery
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai