dikalangan IDU
Klinik Mawar
RSUD Dr Abdul Aziz
Singkawang
Bisnis obat-obatan ilegal internasional
tiap tahunnya menghasilkan paling
tidak US$ 400 miliar untuk
perdagangannya. Itu sama dengan 8%
dari jumlah seluruh perdagangan
internasional dan setara dengan omzet
tahunan industri tekstil dunia.
Source: United Nations Office for Drug Control and Crime Prevention, Economic and Social Consequences of Drug
Abuse and Illicit Trafficking (New York, NY: UNODCCP, 1998), p. 3.
IDU
IDU = Injecting Drug User
Yaitu pengguna narkoba jarum suntik
2000
1600
1200
800
400
0
*
05
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
99
00
01
02
03
Se 4
98
0
p-
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
19
60
50
48
45
RSKO, Jakarta
41
40 Yayasan Kita, Bogor
30 30
20
16 16
14
10
0 0 0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Dampak Narkoba
Infeksi HIV
Hepatitis dan
lainnya
Overdosis
Abses and koreng
Kriminal
Masalah Sosial
(keluarga,
masyarakat)
Penjangkauan dan
Pendampingan
Lebih murah
Sumbangan besar terhadap
pencegahan infeksi HIV pada IDU dan
pasangan seksualnya
Komponen besar dari strategi
komprehensif
Tujuan Penjangkauan Pecandu
Ekonomi Edukasi
kehilangan pendapatan Rehabilitasi
kriminal Destigmatisasi
Kehilangan kerja
Perubahan Perilaku
Harm Reduction
Berhenti pakai;
Kalalu memang terpaksa,
Keberhasilan hanya “chase” jangan
pakai jarum suntik;
Kalau terpaksa pakai jarum
suntik, pakai jarum suntik
sendiri (jangan bergantian);
Percobaan Kalau terpaksa pakai jarum
bergantian, disterilisasi
(memakai
Motivasi pemutih/bleaching).
Sadar
Tidak Sadar
100
Perilaku selalu bawa jarum dan pakai jarum bekas orang lain dalam seminggu terakhir
SSP IDU Jakarta, Bandung dan Surabaya 2005
80
60
Persen
47 49
40
30
25
20 17 16
0
Selalu bawa jarum ketika keluar rumah Pakai jarum yang digunakan orang lain sebelumnya
1200
Ribuan orang yang terkenah HIV
1000
800
0
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Situasi dengan intervensi yang berskala besar Kemungkinan epidemi dengan intervensi yang terbatas
Mengapa kita harus memberi
perhatian khusus kepada LAPAS
Indonesia
Keadaan di sebagian besar lapas di kota-kota
besar terutama di Jakarta
Narkoba lebih mudah didapat dengan harga
yang lebih murah
IDU terjadi dalam keadaan jarum yang sulit
didapatkan
Penggunaan jarum suntik bersama tidak
dapat dihindari
Keadaan Lapas di Indonesia
Peredaran narkoba masih berlanjut di lapas,
dalam lapas tertentu peredaran narkoba
diluar malah diatur dari dalam penjara
SINGKAWANG
IDU
IDU PSK IDU
19 %
11% 19%
IDU
61 % 61% Gay
7%
Hetero
Heterosexual
18%
MSM 13 %
2%
Transexual Unknown Tattoo Heterosexual
0% 19% 0% Hetero
63%
Perinatal
0% 63 %
> 50% infeksi HIV terdapat diusia 20-29 thn
Narkoba suntik
Mengalami kekerasan seksual
Anak muda dan perdagangan seks, tenaga kerja wanita
Anak jalanan
Lelaki muda yang berhubungan seks dengan sesama
jenis
dll
Perawatan
Pencegahan Pengobatan
infeksi HIV-AIDS
HARM
REDUCTION
Konseling
dengan atau Ganti Narkoba
tanpa disertai Minum
VCT
Terapi Narkoba
Penjangkauan
KIE
Dua yang
Kontroversial
Bagian Kesatu
Pasal 3
Tujuan
Tujuan Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS melalui
Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik, adalah :
a. mencegah penyebaran HIV di kalangan penasun dan pasangannya;
b. mencegah penyebaran HIV dari penasun dan pasangannya ke
masyarakat luas;
c. mengintegrasikan pengurangan dampak buruk penggunaan napza
suntik ke dalam sistem kesehatan masyarakat dalam layanan
pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dan AIDS
serta pemulihan ketergantungan napza.
Pasal 4
Sasaran
Sasaran dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS melalui
Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik, adalah :
a. menjangkau dan melayani penasun sedikitnya 80% pada tahun 2010 dan
dilaksanakan secara bertahap;
b. menyediakan paket komprehensif pencegahan, pengobatan, dan perawatan
untuk menjamin perawatan berkelanjutan;
c. menyediakan akses pengobatan yang terjangkau oleh seluruh penasun;
d. menyediakan kegiatan layanan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
Napza Suntik di unit pelayanan pemerintah termasuk di LAPAS, RUTAN dan
unit pelayanan non pemerintah di seluruh Indonesia;
e. mengembangkan upaya pembinaan dengan merujuk penasun dari sistem
hukum pidana ke perawatan dan pengobatan dengan asas praduga tak
bersalah.
Pasal 5
(1) Pengguna napza di bawah usia 18 tahun ditangani dengan perlindungan
khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan anak dalam
rangka pengurangan dampak buruk penggunaan napza suntik;
(2) Perlindungan khusus sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah
perlakuan yang memungkinkan dilakukannya pelayanan, perawatan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Bagian Kedua
Dasar-Dasar Kebijakan
Pasal 6
(1) Pemberian layanan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
Napza Suntik tetap menghormati Hak Asasi Manusia dan
menghindarkan terjadinya stigmatisasi dan diskriminasi.
(2) Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza
Suntik merupakan respon multi sektoral yang melibatkan sektor
kesehatan, penegakan hukum, pengawasan obat-obatan, sektor
pendidikan, sosial, agama, lingkungan hidup, pemberdayaan
perempuan, politik dan keamanan.
(3) Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza
Suntik harus peka dan sesuai pada nilai-nilai agama, budaya
masyarakat dan cocok bagi kondisi masyarakat setempat.
(4) Lingkup pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
Napza Suntik meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan prioritas
wilayah-wilayah epidemi dengan jumlah penasun yang tinggi termasuk
di dalam LAPAS dan RUTAN serta di fasilitas pemulihan napza
(5) Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik dilaksanakan
oleh Departemen Kesehatan dalam hal pelayanan teknis kesehatan,
Kepolisian Negara RI/Badan Narkotika Nasional melindungi secara hukum
kegiatan pelayanan, dapat merujuk penasun ke layanan kesehatan, serta
didukung oleh Departemen Hukum dan HAM, Departemen Dalam Negeri,
Departemen Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Komisi
Perlindungan Anak, serta instansi lainnya yang terkait dibawah koordinasi KPA
Nasional.