Anda di halaman 1dari 14

“HUBUNGAN STRUKTUR OBAT DENGAN ADME

(ABSORBSI, DISTRIBUSI, METABOLISME,


EKSKRESI)”
KELOMPOK 2

1. FARADILAH (16101105078)
2. FRANSISKA TUMBALE (17101105051)
3. NUR AZMI F. TAHA (17101105057)
4. PRISKILA F. SUMUAL (17101105068)
5. VISKA F. TOMPUNU (17101105077)
6. MARIA I. TANGKAU (17101105087)
7. STELLY KAEHE (17101105093)
HUBUNGAN STRUKTUR OBAT DENGAN ADME

Setelah obat masuk ke tubuh melalui cara


tertentu misalnya melalui oral, parenteral, anal,
dermal atau cara lainnya, obat akan mengalami
proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi.
Selain proses di atas, kemungkinan obat akan
mengalami modifikasi fisika yang melibatkan
bentuk sediaan atau formulasi obat, modifikasi
kimia yang melibatkan perubahan struktur
molekul obat dan hal ini dapat mempengaruhi
respons biologis.
ABSORBSI

Absorpsi merupakan proses


penyerapan obat dari tempat
pemberian, menyangkut kelengkapan
dan kecepatan proses tersebut.
MEKANISME ABSORBSI
A. Difusi Pasif
Zat aktif dapat melarut dalam konstituen membran dan pelaluan terjadi menurut suatu
gradient atau perbedaan (konsentrasi atau elektrokimia-potensial kimia), tanpa menggunakan
energi atau kekuatan sampai di suatu keadaan kesetimbangan di kedua sisi membran.

B. Transpor Aktif
Suatu cara pelaluan yang sangat berbeda dengan difusi pasif, diperlukan suatu carrier/
transporter/ pengemban. Obat harus larut pada tempat absorpsi. Tiap obat memerlukan carrier
spesifik. Sebelum diabsorpsi obat berikatan dengan carrier mengikuti teori pengikatan obat-
reseptor.

C. Transport Fasilitatif
Transport fasilitatif disebut juga difusi dipermudah. Pada dasarnya sama dengan transport
aktif, perbedaannya tidak melawan gradient konsentrasi. Difusi dengan pertolongan carrier akan
tetapi tidak membutuhkan energi luar dan berjalan sesuai dengan gradient konsentrasi.

D. Pinositosis
Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar melewati membran,
dikarenakan kemampuan membrane membalut mereka dengan membentuk sejenis vesicula (badan
dibalut) yang menembus membran.

E. Transfer konvectif
Suatu mekanisme positif, berkenaan dengan pelaluan zat melewati pori-pori membran yang
terjadi disebabkan gradient tekanan hidrostatik atau osmotik.
Obat larut dalam medium air pada tempat absorpsi, bergerak melalui pori bersama pelarutnya.
DISTRIBUSI

Setelah masuk ke peredaran sistemik, molekul


obat secara serentak didistribusikan ke seluruh
jaringan dan organ tubuh.
Melalui proses distribusi ini molekul obat aktif
mencapai jaringan sasaran atau reseptor obat.
Cairan dapat membantu proses
pendistribusian obat dalam tubuh.
Cairan tubuh total berkisar antara
50-70% dari berat badan. Cairan
tubuh dapat dibagi menjadi :
1. Cairan ekstraseluler yang terdiri atas
plasma darah (kira-kira 4,5% dari berat
badan), cairan interstisial (16%) dan limfe
(1-2%).
2. Cairan intraseluler (30-40% dari berat
badan) merupakan jumlah cairan dalam
seluruh sel-sel tubuh.
3. Cairan transeluler (2,5%) yang meliputi
cairan serebrospinalis, intraokuler,
peritoneal, pleura, sinovial dan sekresi
alat cerna.
PARAMETER YANG MENYATAKAN
LUASNYA DISTRIBUSI OBAT

Vd = Jumlah obat dalam tubuh


Jumlah obat dalam darah

*Obat-obat dengan Vd kecil akan


menghasilkan kadar dalam darah
yang lebih tinggi, sedangkan untuk
obat dengan Vd besar akan
menghasilkan kadar dalam darah
yang lebih rendah.
Kecepatan dan besarnya distribusi obat dalam tubuh
bervariasi dan tergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut:

a. Sifat membran biologis.


b. Kecepatan distribusi aliran darah pada jaringan dan organ
tubuh
c. Ikatan obat dengan sisi kehilangan
d. Adanya pengangkutan aktif dari beberapa obat
e. Masa atau volume jaringan
METABOLISME

Metabolisme obat adalah proses pengubahan


senyawa yang relatif non polar, menjadi senyawa
yang lebih polar sehingga mudah dikeluarkan dari
tubuh.
SKEMA METABOLISME
REAKSI FASE I DAN FASE II
JALUR UMUM METABOLISME
Reaksi metabolisme obat
dan senyawa organik asing
ada dua tahap, yaitu: b. Reaksi Reduksi
Proses reduksi mempunyai peranan
penting pada metabolisme senyawa
yang mengandung gugus karbonil
(aldehid dan keton), nitro dan azo.
1. Reaksi fasa I atau reaksi Senyawa yang mengandung gugus
fungsionalisme , yang karbonil mengalami reduksi
meliputi: menjadi turunan alkohol,
sedangkan gugus nitro dan azo
a. Reaksi Oksidasi tereduksi menjadi turunan amin.
Gugus alkohol dan amin hasil
Banyak senyawa obat mengalami
reduksi akan terkonjugasi,
proses metabolisme yang
menghsilkan senyawa hidrofil yang
melibatkan reaksi oksidasi dengan
mudah diekskresikan sehingga
bantuan sitokrom-P-450. Oksidasi
proses reduksi juga memberikan
senyawa aromatik (arena) akan
fasilitass untuk terjadinya eliminasi
menghasilkan metabolit arenol.
obat
Proses ini melalui pembentukan
senyawa antara epoksida (arena
c. Reaksi Hidrolisis
oksida) yang segera mengalami
Dimana contohnya adalah hidrolisis
penataanulang menjadi arenol.
eter terjadi perubahan metabolik
asetosal menjadi asam salisilat dan
asam asetat.
2. Reaksi fasa II atau
reaksikonjugasi, yang meliputi:
a. Reaksi Konjugasi
Reaksi konjugasi obat atau senyawa b. Reaksi Asetilasi
organik asing dengan asam Asetilasi merupakan jalur metabolisme
glukuronat, sulfat, glisin, glutamin
dan glutation dapat mengubah obat yang mengandung gugus amin
senyawa induk atau hasil metabolit primer. Gugus asetil yang digunakan
fasa I menjadi metabolit yang leboh untuk reaksi asetilasi berasal dari asetil
polar, mudah larut dalam air,
bersifat tidak toksik dan tidak aktif koenzim A.
dan kemudian di ekskresikan Fungsi utama reaksi asetilasi adalah
melalui ginjal atau empedu. membuat senyawa menjadi tidak aktif
dan untuk detoksifikasi.

c. Reaksi Metilasi
Reaksi metilasi mempunyai peranan penting
pada proses biosintesis beberapa senyawa
endogen serta untuk proses bioinaktivasi
obat. Koenzim yang terlibat pada reaksi
metilasi adalah S-adenosil-metionin.
EKSKRESI

1. Ekskresi obat melalui Paru


Obat 2. Ekskresi obat melalui Ginjal
Dimana yang diekskresikan Ekskresi obat melalui Ginjal
melalui paru terutama obat yang melibatkan tiga proses:
digunakan secara inhalasi. Sifat •Penyaringan Glomerulus
fisik yang menentukan kecepatan •Absorpsi kembali secara Pasif
ekskresi obat melalui paru adalah pada Tubulus Ginjal
koefisien partisi darah/udara. •Sekresi Pengangkutan Aktif pada
Tubulus Ginjal.

3. Ekskresi obat melalui Empedu


Obat tersebut biasanya dalam bentuk terkonjugasi dengan
asam glukuronat, asam sulfat atau glisin. Di usus bentuk
terkonjugat tersebut secara langsung diekskresikan melaui
tinja, atau dapat mengalami proses hidrolisis oleh enzim atau
bakteri usus menjadi senyawa yang bersifat non polar,
sehingga diabsorpsi kembali ke plasma darah, kembali ke hati,
dimetabolisis, dikeluarkan lagi melaui empedu menuju ke
usus,demikian seterusnya sehingga merupakan suatu siklus
yang dinamakan siklus enterohepatik.
THANK YOU..

Anda mungkin juga menyukai