Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Hati Tikus
Putih (Rattus norvegicus) setelah Pemberian Jamu Galian Singset adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2017
ABSTRAK
RAGUEL RAHMA DHANI. Performa Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus)
setelah Pemberian Jamu Galian Singset. Dibimbing oleh DAMIANA RITA
EKASTUTI dan HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN.
Tubuh yang lebih langsing cenderung lebih diminati oleh semua wanita
terlepas dari budaya dan etnisnya. Tubuh yang lebih gemuk sering dihubungkan
dengan berbagai penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar lemak dan
kolesterol. Salah satu upaya untuk menurunkan bobot badan dan kadar lemak
tubuh adalah dengan mengonsumsi jamu pelangsing atau jamu galian singset
(JGS). Penelitian ini dilakukan pada 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur
Sprague Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan, yaitu pakan standar
+ aquadest (P1), pakan standar + 200 mg orlistat/kg BB (P2), pakan standar +
176,4 mg JGS/kg BB (P3), pakan standar + 352,8 mg JGS/kg BB (P4), pakan
tinggi lemak + aquadest (P5), pakan tinggi lemak + 200 mg orlistat/kg BB (P6),
pakan tinggi lemak + 176,4 mg JGS/kg BB (P7), dan pakan tinggi lemak + 352,8
mg JGS/kg BB (P8). Perlakuan obat dan jamu dilakukan dengan menggunakan
sonde lambung selama 28 hari. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah
bobot hati, persentase bobot hati/bobot badan, serta kadar SGOT dan SGPT. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot hati,
persentase bobot hati/bobot badan, serta kadar SGOT dan SGPT. Pemberain
pakan tinggi lemak ddengan orlistat atau jamu galian singset meningkatkan bobot
hati, persentase bobot hati/bobot badan, serta kadar SGOT dan SGPT. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas hati pada pemberian obat
(orlistat) dan jamu galian singset karena peningkatan detoksifikasi.
Kata Kunci: bobot hati, jamu galian singset, SGOT, SGPT, tikus
ABSTRACT
RAGUEL RAHMA DHANI. Liver Performance of the White Rat (Rattus
norvegicus) after Giving Jamu Galian Singset Administration. Supervised by
DAMIANA RITA EKASTUTI and HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN.
Keywords: herbal medicine, jamu galian singset, liver weight, SGOT, SGPT,
white rat
vi
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian adalah performa hati tikus putih (Rattus norvegicus)
setelah pemberian jamu galian singset.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti MS
dan bapak Dr Drh Huda Shalahudin Darusman MSi selaku pembimbing. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada kak Ice Lusia Marta, mahasiswi S2 sebagai
peneliti utama, Drh. Tris dan mas Yuri yang telah membantu dalam penanganan
hewan coba, serta Ibu Ida yang telah membantu dalam pengolahan sampel.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sunarto, Ibunda Suparmi,
kakak-kakak saya Dian Puspita, Dwi Dora Sakti, dan Irma Suryani, serta seluruh
kerabat atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan terima kasih pada
seluruh teman-teman seperjuangan FKH 48 (Ganglion) yang mendukung karya
ilmiah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan
kepada mereka semua, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jamu 2
Jamu Galian Singset 3
Orlistat 4
Tikus Putih 5
Hati 5
BAHAN dan METODE 6
Waktu dan Tempat Penelitian 6
Alat dan Bahan 6
Metode 7
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Bobot badan (g), Bobot Hati (g) dan Persentase Bobot Hati/BB (%)
Tikus Putih setelah Pemberian Perlakuan selama 28 Hari 8
2 Nilai SGOT dan SGPT Tikus Putih setelah Pemberian Perlakuan selama
28 Hari 9
xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ethical Approval 14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tubuh yang ideal merupakan keinginan bagi banyak orang. Tubuh yang
lebih langsing cenderung lebih diminati oleh berbagai wanita terlepas dari budaya
dan etnisnya (Bakhshi 2008). Tubuh ideal sering digambarkan sebagai tubuh yang
sehat, sedangkan tubuh yang lebih gemuk sering dihubungkan dengan berbagai
penyakit, terutama yang berhubungan dengan tingginya kadar lemak dan
kolesterol tubuh. Tingginya kadar lemak dalam tubuh sering disebut sebagai
obesitas. Metode yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan
cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter) (Harahap
2005). Pria dengan obesitas dapat ditemukan total lemak tubuh lebih dari 20% dan
pada wanita dengan obesitas lebih dari 30% (Misnadiarly 2007).
Banyak upaya yang dilakukan untuk menurunkan berat badan serta
menurunkan kadar lemak tubuh, contohnya dengan diet dan olahraga. Salah satu
diet yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi sediaan yang dapat
menurunkan berat badan, seperti jamu pelangsing atau galian singset.
Jamu merupakan salah satu obat tradisional Indonesia telah digunakan oleh
masyarakat dari generasi ke generasi. Jamu adalah sediaan obat bahan alam yang
memiliki klaim khasiat sesuai data empiris dan memenuhi persyaratan mutu
(BPOM 2004). Jamu dikonsumsi baik sebagai upaya mencegah penyakit,
pengobatan, maupun untuk perawatan tubuh yang dikonsumsi rutin setiap hari.
Penggunaan jamu untuk perawatan tubuh masih digunakan oleh Keraton
Surakarta Hadiningrat, salah satunya adalah jamu galian singset (Rini et al. 2014).
Kandungan senyawa yang terdapat pada bahan baku jamu dapat
mempengaruhi fungsi organ tubuh. Konsumsi jamu setiap hari dapat berpengaruh
pada fungsi organ tubuh terutama hati. Hati memegang peranan penting dalam
proses metabolisme tubuh, sehingga organ ini sering terpapar bahan-bahan kimia.
Bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh akan mengalami proses inaktivasi dan
detoksikasi. Hati juga merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol dalam
tubuh. Konsumsi lemak dan kolesterol makanan berlebih menyebabkan hati akan
menekan laju sintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui
cairan empedu (Wahyudi 2009).
Kerusakan hati akibat obat-obatan dan bahan kimia dapat terjadi jika daya
tahan dan regenerasi hati berkurang, kemampuan sel-sel hati menghilang dan
dapat menyebabkan kerusakan permanen yang berakibat fatal. Perubahan fungsi
hati dapat dilihat dari berbagai parameter, salah satunya peningkatan kadar
Alanine Transminase Enzymes (ALT) atau SGPT (Serum Glutamic Piruvat
Transaminase) dan Aspartat Amino Transaminase (AST) atau SGOT (Serum
Glutamic Oksalat Transaminase) yang berkaitan dengan kerusakan sel hati
(hepatocellular necrosis) (Andriani et al. 2014). Ketika sel-sel hati mengalami
kerusakan yang dapat disebabkan oleh viral hepatitis, fatty liver, serta keracunan
obat, menyebabkan dinding sel pecah, sehingga SGOT dan SGPT akan keluar dari
dalam sel dan masuk ke dalam aliran darah yang meningatkan kadar SGOT dan
SGPT dalam darah (Andriani et al. 2014).
2
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Jamu
Jamu merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Jamu sebagai salah
satu obat tradisional Indonesia telah digunakan oleh masyarakat dari generasi ke
generasi. Obat tradisional merupakan bahan atau campuran bahan yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sari/ekstrak yang telah digunakan
untuk pengobatan. Obat tradisional Indonesia telah dikelompokkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi tiga kelompok, yaitu jamu, Obat
Herbal Terstandar (OHT), dan fitofarmaka. Jamu merupakan sediaan obat bahan
alam yang memiliki klaim khasiat sesuai data empiris dan memenuhi persyaratan
mutu. Obat herbal terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik dan bahan baku
yang telah terstandarisasi. Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik dan uji klinik
bahan baku serta produk telah terstandarisasi (BPOM 2004).
Jamu atau djamoe merupakan singkatan dari djampi yang berarti doa atau
obat dan oesodo (husada) yang berarti kesehatan. Berdasarkan penemuan fosil
berupa lumpang dan alu yang terbuat dari batu, dapat dikatakan penggunaan
ramuan telah dimulai sejak zaman meso-neolitikum. Penggunaan ramuan sudah
tercantum pada prasasti, antara lain di relief candi Borobudur, Prambanan, dan
Penataran sejak abad 5 M. Pemanfaatan dan studi tentang jamu meningkat pada
zaman penjajahan Belanda, namun menurun pada tahun 1900 setelah
ditemukannya teori tentang bakteri dan sinar X. Penggunaan jamu meningkat
kembali pada akhir tahun 1930, setelah dr. Abdul Rasyid dan dr. Seno
Sastroamijoyo menganjurkan penggunaan jamu sebagai upaya preventif untuk
mengganti obat yang sangat mahal, dan meningkat tajam saat penjajahan Jepang.
Dalam kurun waktu tersebut, terdapat tiga pabrik jamu besar yaitu PT Jamoe Iboe
Jaya (1910), PT Nyonya Meneer (1919) dan PT Sido Muncul (1940)
(Purwaningsih 2013).
3
Penggunaan ramuan tradisional seperti jamu saat ini masih dilakukan secara
rutin, salah satunya di Keraton Surakarta Hadiningrat. Beberapa sediaan yang
rutin digunakan adalah untuk perawatan wanita, salah satunya jamu pelangsing
atau jamu galian singset (Rini et al. 2104). Jamu galian singset dipercaya
memiliki khasiat melangsingkan tubuh, ini berasal dari kata singset yang
merupakan singkatan dari kata langsing dan seret. Umumnya jamu galian singset
terbuat dari ramuan jati belanda (Guazumae folium), biji pinang (Arecae semen),
temu ireng (Curcumae aeruginosae rhizoma), lempuyang (Zingiberis aromaticae
rhizoma), kayu pulosari (Alyxiae cortex) dan kunyit (Curcumae domesticae
rhizoma).
Jati Belanda
Kunyit
Kunyit merupakan rempah asli dari wilayah Asia Tenggara yang berasal
dari family Zingiberacae dengan nama latin Curcumae domesticae rhizoma atau
Curcuma longa Linn. Kunyit mengandung senyawa antara lain kurkuminoid,
minyak atsiri, lemak, karbohidrat, protein, vitamin C, pati, garam mineral seperti
zat besi, fosfor dan kalsium. Kurkumin berfungsi sebagai antioksidan,
antiinflamasi, dan antihiperkolesterol, serta dapat meningkatkan oksidasi dan
menurunkan esterifikasi asam lemak dengan cara meningkatkan fosforilasi AMP-
activated protein kinase, mengurangi glycerol-3- phosphate acyl transferase-1,
dan meningkatkan ekspresi carnitine palmitoyltransferase-1 (Ejaz et al. 2009),
serta dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (Goel et al. 2008).
Menurut Shao et al. 2012, penelitian yang dilakukan pada tikus menunjukkan
curcumin dapat mencegah obesitas.
Pinang
Orlistat
Orlistat adalah salah satu obat yang digunakan sebagai antiobesitas yang
disetujui Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1999. Orlistat terdiri
dari derivat sintetik lipstatin yang dihasilkan oleh Streptomyces toxytricini. Setiap
kapsul Xenical® mengandung 120 mg bahan aktif yang terdiri dari selulosa
mikrokristalin, natrium pati glikolat, natrium lauril sulfat, dan povidone (Roche
Laboratories 2009). Orlistat bekerja dengan cara menginhibisi lipase
gastrointestinal melalui aktivitas terapeutik dalam lumen lambung dan usus kecil
dengan cara membentuk ikatan kovalen dengan serin pada lipase lambung dan
pankreas, yang menybabkan enzim menjadi tidak aktif dan tidak menghidrolisis
lemak dalam bentuk trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas.
Hal tersebut menyebabkan turunnya penyerapan lemak yang berdampak pada
penurunan berat badan (Roche Laboratories 2009).
Orlistat diberikan secara oral dengan dosis 360 mg/hari untuk manusia
dewasa. Konsumsi orlistat pada dosis terapi 120 mg tiga kali sehari dapat
5
Tikus Putih
Hati
Kerusakan hati akibat obat-obatan dan bahan kimia dapat terjadi jika daya
tahan dan regenerasi hati berkurang, kemampuan sel-sel hati menghilang dan
dapat menyebabkan kerusakan permanen yang berakibat fatal. Abnormalitas
fungsi hati dapat dilihat dari peningkatan kadar Alanine Transminase Enzymes
(ALT) dan Aspartat Amino Transaminase (AST) yang berkaitan dengan
kerusakan sel hati (hepatocellular necrosis) (Andriani et al. 2014).
Enzim-enzim transaminase adalah enzim yang berperan sebagai
biokatalisator dalam proses perombakan α-amino acid dan α-keto acid. Hepatosit
mengandung ALT atau SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) dan AST
atau SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dalam jumlah besar.
SGOT adalah cytosolic enzymes, sedangkan SGPT adalah microsomal enzymes,
termasuk enzim-enzim yang mengalami peningkatan akibat virus, obat-obatan,
dan racun, dan akan terlepas dalam darah ketika terjadi kerusakan hati (Andriani
et al. 2014). SGOT dan SGPT merupakan indikator yang baik untuk mendeteksi
adanya kerusakan sel-sel hati. SGPT jauh dianggap lebih spesifik untuk menilai
kerusakan hati dibandingkan SGOT (Nasution et al. 2015). SGPT berfungsi
mengubah senyawa tersebut menjadi alfaketoglutarat, aspartat, oksaloasetat, dan
glutamat. Ketika sel-sel hati mengalami kerusakan yang menyebabkan dinding sel
pecah, SGOT dan SGPT akan keluar dari dalam sel dan masuk ke dalam aliran
darah, sehingga kadar SGOT dan SGPT dalam darah akan meningkat. Kerusakan
sel hati tersebut dapat disebabkan oleh viral hepatitis, fatty liver, dan keracunan
obat (Andriani et al. 2014).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah syringe, sonde lambung,
kandang tikus, kandang jepit tikus, jarum suntik ukuran 20G, alat bedah minor,
tabung darah tanpa antikoagulan, alat sentrifuse, tabung mikro, spektrofotometer,
timbangan digital, kapas, masker, dan sarung tangan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamu galian singset,
Orlistat dengan merek dagang Xenical® (PT Roche Pharmaceuticals), pakan
tikus, pakan tinggi lemak, sekam kayu, air, tikus putih (Rattus norvegicus) galur
Sprague Dawley jantan dewasa dengan bobot badan sekitar 200 g sebanyak 24
ekor, SGOT dan SGPT Test kit, xylol, iodin tincture, alkohol 70%, serta ketamine
dan xylazine sebagai obat bius. Jamu galian singset yang digunakan memiliki
komposisi Guazumae folium 0.35 g, Arecae semen 0.70 g, Curcumae aeruginosae
rhizoma 1.40 g, Zingiberis aromaticae rhizoma 1.40 g, Alyxiae cortex 1.40 g, dan
Curcumae domesticae rhizoma 1.75 g. Pakan standar yang digunakan merupakan
7
Metode
Pemberian perlakuan
Tikus putih jantan dewasa sebanyak 24 ekor yang sudah disiapkan dibagi
menjadi delapan kelompok perlakuan, dengan masing-masing perlakuan terdapat
3 ekor tikus. Perlakuan diberikan selama 28 hari dengan pemberian obat
menggunakan sonde lambung. Perlakuan yang diberikan adalah
P1: Pakan Standar + Aquadest
P2: Pakan Standar + 200 mg/kg BB Orlistat
P3: Pakan Standar + 176,4 mg/kg BB Jamu
P4: Pakan Standar + 352,8 mg/kg BB Jamu
P5: Pakan Tinggi Lemak + Aquadest
P6: Pakan Tinggi Lemak + 200 mg/kg BB Orlistat
P7: Pakan Tinggi Lemak + 176,4 mg/kg BB Jamu
P8: Pakan Tinggi Lemak + 352,8 mg/kg BB Jamu
Konversi dosis jamu galian singset dari manusia ke tikus dilakukan dengan
metode Laurence dan Bacharach (1964), menghasilkan dosis jamu galian singset
untuk tikus yaitu 176,4 mg/ 200 g BB dan 352,8 mg/ 200 g BB. Dosis orlistat
yang digunakan adalah 200 mg/kg BB berdasarkan Nishioka et al. (2003). Semua
prosedur pemeliharaan, perlakuan dan pengambilan sampel dalam penelitian ini
telah memenuhi persyaratan etik dan memperhatikan kesejahteraan hewan coba
berdasarkan surat Ethical Approval Nomor 53-2017 IPB, yang dikeluarkan oleh
Komisi Etik Hewan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi IPB.
dengan faktor konversi sebesar 952 untuk mendapat kadar SGOT dan SGPT dari
serum.
Analisis Data
pakan tinggi lemak dapat meningkatkan beban hati. Asupan lemak yang tinggi
menyebabkan hati akan mensekresi garam empedu yang lebih banyak.
Penambahan konsumsi jamu juga menyebabkan peningkatan proses detoksifikasi
pada hati. Pemberian pakan tinggi lemak dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan lemak di hati (fatty liver) (Andriani et al. 2014). Konsumsi lemak
dan kolesterol makanan berlebih menyebabkan hati harus menyeimbangkan kadar
kolesterol dengan menekan laju sintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi
kolesterol melalui cairan empedu (Wahyudi 2009).
Perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase
bobot hati/bobot badan (BB). Persentase bobot hati terhadap bobot badan berbeda
nyata antara kelompok perlakuan pakan standar (P1-P4) dan perlakuan pakan
tinggi lemak (P5-P8). Pemberian pakan tinggi lemak menyebabkan peningkatan
pada persentase bobot hati/BB.
Tikus yang diberi pakan standar dan orlistat (P2) persentase bobot hati/BB
nyata paling rendah. Hasil ini sama seperti pada bobot hati. Hal tersebut
menunjukkan bahwa orlistat sebagai antilipase dapat menurunkan beban hati
sehingga dapat mencegah peningkatan bobot hati.
Tikus yang diberi pakan tinggi lemak dan diberi orlistat (P6), jamu 176,4
mg/kg BB (P7), dan jamu 352,8 mg/kg BB (P8), persentase bobot hati/BB lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diberi aquades (P5). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pemberian zat dari luar seperti obat (orlistat) dan jamu dapat
meningkatkan proses detoksifikasi pada hati sehingga dapat meningkatkan bobot
hati. Peningkatan persentase berat organ hati terhadap berat tubuh dari kondisi
normal dapat menggambarkan adanya pembengkakan hati yang disebabkan oleh
kerusakan sel hati (Wikanta et al. 2010).
Tabel 2. Nilai SGOT dan SGPT tikus putih setelah pemberian perlakuan selama
28 hari
Perlakuan SGOT (U/L) SGPT (U/L)
a
P1 5,08±1,09 10,15±2,19ab
a
P2 8,25±3.96 10,15±2,19ab
a
P3 10,15±7,75 10,79±7,93ab
a
P4 6,35±1,45 6,99±5,52a
a
P5 5,39±1,98 10.47±5,30ab
b
P6 52,36±11,22 18,40±1,98bc
c
P7 79,02±10,98 25,70±4,76cd
c
P8 68,05±14,98 28,55±9,19d
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan
adanya perbedaan signifikan (P<0,05).
Tabel 2 menunjukkan nilai SGOT dan SGPT (U/L) setelah perlakuan. Nilai
SGOT tikus yang diberi pakan standar (P1-P4) dan pakan tinggi lemak saja (P5)
lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pakan tinggi lemak yang ditambah
dengan orlistat dan jamu galian singset (P6-P8). Kerusakan sel hati dapat
dideteksi dengan melihat peningkatan kadar SGOT dan SGPT (Andriani et al.
2014). Kadar SGOT yang rendah dapat diartikan tidak adanya kerusakan hati pada
pemberian pakan standar dan pakan tinggi lemak saja. Pemberian orlistat dan
jamu galian singset tidak menyebabkan kerusakan hati, jika dengan konsumsi
pakan yang memiliki kadar lemak rendah.
10
Hasil berbeda terlihat pada pemberian pakan tinggi lemak. Kadar SGOT
pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak mengalami peningkatan pada kelompok
yang diberi orlistat (P6), jamu 176,4 mg/kg BB (P7), dan jamu 352,8 mg/kg BB
(P8) dibandingkan sengan kelompok yang diberi aquades (P5). Pemberian obat
dan jamu menyebabkan adanya peningkatan kadar SGOT 10-14 kali lipat
dibandingkan kelompok yang diberikan aquades. Hasil tersebut dapat disebabkan
adanya peningkatan proses detoksifikasi pada hati akibat pemberian zat dari luar
(orlistat dan jamu).
Hasil serupa terlihat pada kadar SGPT. Pemberian pakan standar (P1-P4)
menunjukkan ada perbedaan nyata dibanding pemberian pakan tinggi lemak (P5-
P8). Kelompok yang diberi pakan standar menunjukkan adanya perbedaan nyata
pada pemberian jamu 352,8 mg/kg BB (P8) dibanding perlakuan lain, yaitu
menghasilkan kadar SGPT yang paling rendah. Hal tersebut diduga disebabkan
adanya senyawa antioksidan atau hepatoprotektor pada bahan baku sediaan jamu,
sehingga dapat menurunkan beban dan kerusakan pada sel hati. Jamu galian
singset yang digunakan memiliki komposisi berupa ramuan jati belanda
(Guazumae folium), biji pinang (Arecae semen), temu ireng (Curcumae
aeruginosae rhizoma), lempuyang (Zingiberis aromaticae rhizoma), kayu pulosari
(Alyxiae cortex) dan kunyit (Curcumae domesticae rhizoma). Daun jati belanda
memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan, sehingga
dapat mengurangi radikal bebas (Setiawan 2008). Menurut Kandaswami dan
Middleton 1994, flavonoid merupakan senyawa fenolik yang dapat merubah
radikal bebas menjadi senyawa stabil dan tidak reaktif, sehingga tidak bereaksi
dan merusak jaringan hati. Kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin yang
memiliki fungsi sebagai hepatoprotektor. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak rimpang kunyit setelah pemberian asetaminofen
memberikan hasil kadar SGOT dan SGPT yang lebih rendah dibanding tanpa
pemberian ekstrak rimpang kunyit (Hartono et al. 2005).
Tikus yang diberi pakan tinggi lemak juga menunjukkan adanya perbedaan
nyata kadar SGPT. Pada kelompok yang diberi orlistat (P6), jamu 176,4 mg/kg
BB (P7), dan jamu 352,8 mg/kg BB (P8) kadar SGPT lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok yang diberi aquades (P5). Pemberian obat dan jamu
menyebabkan adanya peningkatan kadar SGPT 2-3 kali lipat dibandingkan
kelompok yang diberikan aquades. Hasil tersebut dapat disebabkan pemberian zat
dari luar seperti obat dan jamu akan meningkatkan proses detoksifikasi dalam hati
dan menyebabkan kerusakan hati.
Sediaan jamu galian singset yang digunakan juga memiliki bahan baku biji
pinang. Biji pinang memiliki senyawa aktif utama alkaloid berupa arekolin, yang
dikenal toksik. Hasil penelitian Santoso (2004), menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak biji pinang dalam kadar toksik, 250 mg/kg BB dapat meningkatkan kadar
SGOT dan SGPT. Efek potensial ekstrak biji pinang yang diberikan pada tikus
dapat menginduksi sistem detoksifikasi hati dengan memperngaruhi kadar enzim
dari sistem detoksifikasi hati seperti sitokrom P450 dan sitokrom b5, GST
(Glutathionen-S-Transferase), dan kadar asam –SH (Soluble Sulphydril) (Singh
dan Rao 1993).
Peningkatan kadar SGOT (10-14 kali lipat) jauh lebih signifikan
dibandingkan peningkatan kadar SGPT (2-3 kali lipat). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa enzim SGOT lebih sensitif dibandingkan dengan enzim
11
SGPT untuk mendeteksi adanya kerusakan hati. Menurut Nelson dan Michael
(2000), yaitu enzim yang muncul sebagai indikator kerusakan hati secara berturut-
turut adalah enzim tirosin kinase, enzim Glutamat Oksalat Transaminase (GOT
atau SGOT), dan enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT atau SGPT).
Menurut Gad (2007), tikus memiliki kadar SGOT 45,7-80,8 U/L dan
menurut Giknis dan Clifford (2008) kadar SGOT pada tikus jantan 74-143 U/L.
Kadar SGOT yang didapat pada pemberian pakan standar (P1-P4) dan pakan
tinggi lemak dengan aquades (P5) menunjukkan nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan Gad (2007) serta Giknis dan Clifford (2008). Pada
pemberian pakan tinggi lemak dengan orlistat (P6), jamu 176,4 mg/kg BB (P7),
dan jamu 352,8 mg/kg BB (P8) menunjukkan nilai yang sesuai dengan Gad
(2007) serta Giknis dan Clifford (2008). Kadar SGPT pada setiap perlakuan sesuai
dengan pendapat Gad (2007) yaitu dalam rentang 1,5-30,2 U/L. Giknis dan
Clifford (2008) menyatakan nilai SGPT tikus jantan 18-45 U/L, sehingga kadar
SGPT pada pemberian pakan standar (P1-P4) dan pemberian pakan tinggi lemak
saja lebih rendah.
Terjadi peningkatan kadar SGOT dan SGPT yang signifikan pada
pemberian pakan tinggi lemak. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas
sel hati yang meningkat saat pemberian obat (orlistat) dan jamu galian singset
pada kadar lemak pakan tinggi, sehingga menyebabkan kerusakan hati. Sel-sel
hati yang rusak menyebabkan pecahnya dinding sel dan melepas SGOT dan
SGPT keluar dari dalam sel dan masuk ke dalam aliran darah. Pemberian pakan
tinggi lemak dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak di hati (fatty
liver), yang dapat menjadi penyebab kerusakan hati (Andriani et al. 2014).
Simpulan
Saran
Konsumsi obat pelangsing (orlistat) dan jamu galian singset selama 28 hari
berturut-turut tidak dilakukan bersamaan dengan konsumsi makanan berkadar
lemak tinggi. Perlu dilakukan uji lanjutan yaitu berupa pemeriksaan histopatologi
pada organ, uji tokisisitas dan efikasi untuk mengetahui dosis konsumsi yang
paling sesuai, serta perlu dilakukan uji terpisah pada masing-masing bahan baku
jamu galian singset untuk mengetahui bahan yang lebih berpengaruh.
12
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP