Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat/12 April 2019

Biokimia Klinis Waktu : 08.00 - 11.00 WIB


PJP : dr. Husnawati MSi
Asisten : Yonathan Arderian Manik
Imelda Rizqiyah
Nindy Auliana
Septria Murnika

INDUKSI HIPERLIPIDEMIA SECARA IN VIVO PADA TIKUS


GALUR Sprague dawley SERTA ANALISIS KONDISI KLINIS,
SERUM, DAN HEPAR TIKUS

Kelompok 5
Elgiani Yassifa Yulia Nurinsani G84160096
Siti Syahmina Budiarso G84160062
Ari Tri Ramdhani G84160075
Naily Fitrotun Ni’mah G84160082

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk


mengatur proses kimiawi di dalam tubuh. Kolesterol merupakan jenis lipid yang
digunakan untuk membentuk membran sel, berperan dalam pembentukan garam
empedu, kortikosteroid di adrenal, estrogen, dan androgen (van Leeuwen dan
Poelhuis 2009). Kadar kolesterol dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan
terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada penyakit jantung
koroner. Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi jumlah kolesterol darah
melebihi batas normalnya (batas kolesterol dikatakan optimal adalah di bawah
200 mg/dL, dan perbatasan tingginya adalah sebesar 200 – 239 mg/dL) (van
Leeuwen dan Poelhuis 2009).
Hiperkolesterolemia tergolong salah satu faktor risiko utama terjadinya
penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia, yaitu sekitar 18 % menyebabkan
penyakit serebrovaskuler dan sekitar 56 % penyakit jantung iskemik
(Rahayuningsih dan Nofianti 2015). Penyakit hiperkolesterolemia memiliki
prevalensi yang cenderung meningkat terutama pada kalangan usia lanjut dan
perempuan pasca-menopause (Gitawati et al. 2015). Hiperkolesterolemia yang
berujung pada penyakit kardiovaskuler telah menyebabkan korban meninggal
dunia hingga 9 juta jiwa setiap tahun dan diperkirakan jumlahnya akan terus
meningkat hingga 19 juta jiwa pada tahun 2020 (Anggraeni et al. 2012).
Pengobatan hiperkolesterolemia membutuhkan waktu yang lama dan biaya
yang tidak sedikit (Gitawati et al. 2015). Selain menjaga pola makan dan
berolahraga, penderita hiperlipidemia biasanya mengonsumsi obat sebagai terapi
hiperlipidemia. Obat komersial yang paling sering digunakan pada terapi
hiperlipidemia adalah obat dari golongan statin (Paradina et al. 2015). Golongan
statin dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase yang merupakan
enzim kunci dalam sintesis kolesterol. Penghambatan aktivitas enzim tersebut
diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Namun,
pengonsumsian obat komersial dapat menimbulkan efek samping berupa
rabdomiosis, mioglobinuria, dan miopati (Arief et al. 2012). Oleh karena itu,
diperlukan suatu produk anti-hiperlipid yang berasal dari bahan alam atau
tergolong alami sehingga lebih murah dan aman, namun tetapi memiliki
efektivitas yang sama dengan senyawa anti-hiperlipidemia sintetik yang beredar di
pasaran / komersial.
Hingga saat ini banyak dilakukan penelitian terkait hiperkolesterolemia
baik dari sisi senyawa bahan alam yang dapat mengatasi tingginya kadar
kolesterol maupun penelitian terkait pencegahan hiperkolesterolemia. Sebelum
dilakukan uji ke manusia, terlebih dahulu dilakukan uji ke hewan coba. Hewan
coba merupakan setiap hewan yang digunakan pada sebuah penelitian biologis
dan biomedis yang dipilih berdasarkan standar dasar yang diperlukan dalam
sebuah penelitian (Hau dan Hoosier 2003). Anggota rodensia seperti tikus
merupakan hewan coba yang banyak digunakan dalam penelitian. Tikus
digunakan sebagai hewan model untuk analisis biomedis contohnya penyakit
kardiovaskular, metabolik, neurologik, perilaku, kanker, dan ginjal (Suckow et al.
2006). Tikus merupakan hewan model yang baik untuk penyakit kardiovaskular
terutama hipertensi dan stroke (Iannaccone dan Jacob 2009). Beberapa alasan
penggunaan tikus (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba, antara lain karena
hewan ini memiliki sistem metabolisme yang mirip dengan manusia (Lestari,
2013), dapat ditemukan dan ditangani dengan mudah, serta diharapkan
pengambilan data dapat lebih akurat dibandingkan jika menggunakan mencit
sebagai hewan coba, karena tubuh mencit yang relatif lebih kecil.
Tikus putih yang biasanya digunakan untuk percobaan di dalam
laboratorium yang dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long
Evans dan Wistar. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur
Sprague Dawley berjenis kelamin jantan. Sebelum diperlakukan menggunakan
senyawa uji, hewan coba terlebih dahulu dikondisikan sesuai variabel yang
diinginkan. Pada pengujian hiperkolesterolemia, hewan coba dikondisikan
memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Peningkatan kadar kolesterol hewan coba
dapat dilakukan dengan pemberian pakan tinggi kolesterol (high fat diet) ataupun
induksi menggunakan senyawa kimia.
Tujuan percobaan ini adalah membuat dan melihat efektifitas pakan tinggi
kolesterol dalam induksi hiperlipidemia pada tikus, mengukur kadar lipid darah
(kolesterol) tikus Sprague-Dawley dan menganalisis keterkaitan antara kondisi
klinis dengan kadar lipid darah.

METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen


Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor, pada hari Jumat, 15 Februari sampai dengan 12 April 2019 pukul 08.00 –
11.00 WIB.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan pakan diantaranya adalah


kuning telur, minyak kelapa, pakan standar, lemak sapi, fruktosa, lemak kambing,
sukrosa dan aquades. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan kurva standar
kolesterol diantaranya adalah standar kolesterol, asam asetat anhidrat, H2SO4 dan
kloroform. Bahan-bahan yang digunakan pada pengukuran kadar kolesterol pakan
diantaranya adalah pakan tinggi lemak, alkohol, eter, dan H2SO4. Bahan-bahan
yang digunakan pada perlakuan hewan uji diantaranya adalah tikus Sprague
Dawley, ketamine, xylazina, EDTA, dan NaCl 0,9%. Bahan-bahan yang
digunakan pada pengukuran kadar kolesterol serum darah adalah serum atau
plasma, alkohol, eter, kloroform, asam asetat anhidrida dan H2SO4. Bahan-bahan
yang digunakan pada pembuatan kurva standar tetrametoksipropana adalah TMP,
TBA 1%, akuades, butanol, piridin, dan asam asetat 50%. Bahan-bahan yang
digunakan pada analisis lipid peroksida adalah serum atau plasma tikus, KCl
1.15%, SDS 8.1%, asam asetat, butanol, dan piridin. Bahan-bahan yang
digunakan pada pengukuran alanin amino transferase (ALT) adalah serum atau
plasma tikus dan reagen ALT. Bahan-bahan yang digunakan pada pengukuran
aspartat aminotransferase (AST) adalah serum atau plasma tikus dan reagen AST.
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan pakan diantaranya adalah oven,
mortar, pipet Mohr, dan gelas piala. Alat-alat yang digunakan pada pembuatan
kurva standar kolesterol diantaranya adalah tabung reaksi, pipet Mohr,
spektrofotometer, dan gelas piala. Alat-alat yang digunakan pada pengukuran
kadar kolesterol pakan diantaranya adalah hot plate, vorteks, tabung reaksi, pipet
Mohr, spektrofotometer, dan gelas piala. Alat-alat yang digunakan pada perlakuan
hewan uji diantaranya adalah alat-alat bedah, toples besar, gelas piala, eppendorf,
timbangan analisis, sentrifus, spuit 1 cc, pipet Mohr, dan mikropipet. Alat-alat
yang digunakan pada pembuatan kurva standar tetrametoksipropana diantaranya
adalah vortex, tabung reaksi, pipet Mohr, spektrofotometer, dan gelas piala. Alat-
alat yang digunakan pada analisis lipid peroksida diantaranya adalah vortex,
mikropipet, tabung reaksi, pipet Mohr, spektrofotometer, dan gelas piala. Alat-alat
yang digunakan pada pengukuran alanin amino transferase (ALT) dan aspartat
aminotransferase (AST) diantaranya adalah vortex, mikropipet, tabung reaksi,
pipet Mohr, spektrofotometer, dan gelas piala.

Prosedur Percobaan

Pembuatan Pakan Kolesterol


Kuning telur dioven dengan suhu 70oC selama 24 jam lalu digerus hingga
halus. Pakan kolesterol dibuat dengan komposisi yang berbeda-beda. Bahan yang
menjadi variabel tetap diantaranya adalah 3% kuning telur, 2% minyak kelapa,
dan pakan standar. Bahan yang menjadi variable bebas diantaranya adalah 10%
lemak sapi, 10% fruktosa, 10% lemak kambing, 10% sukrosa, 10% campuran
lemak sapi:sukrosa (1:1), campuran lemak kambing:gula (1:1), campuran lemak
kambing:sapi:sukrosa (1:1:1). Semua bahan dicampurkan di dalam wadah besar,
lalu dibentuk bulat-bulat kecil. Selanjutnya pakan tikus dioven hingga kering dan
disimpan di tempat kering.

Pembuatan Kurva Standar Kolesterol


Larutan standar kolesterol dengan konsentrasi 10, 20, dan 40 mg/dL
disiapkan. Sebanyak 5 mL larutan tersebut dimasukkan ke tabung reaksi.
Sebanyak 2 mL asam asetat anhidrat ditambahkan ke masing-masing tabung.
Sebanyak 0.1 mL H2SO4 diteteskan sedikit demi sedikit ke campuran tersebut.
Campuran tersebut dikocok sampai homogen dan didiamkan pada ruang gelap
selama 15 menit. Campuran tersebut lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 420 nm. Pembuatan blanko standar kolesterol dilakukan dengan
mengganti standar kolesterol dengan kloroform dengan volume yang sama yaitu 5
mL.

Pengukuran Kadar Kolesterol Pakan


Pakan yang sudah kering ditumbuk hingga halus. Sebanyak 0.1 g pakan
tersebut dicampurkan dengan 12 mL alkohol:eter (3:1). Campuran tersebut
dihomogenkan sampai larut sempurna menggunakan vorteks. Campuran tersebut
dipindahkan ke tabung sentrifus lalu disentrifus selama 2 menit dengan kecepatan
500 rpm. Supernatan yang didapat dipindahkan ke tabung reaksi. Tabung tersebut
dipanaskan di hotplate sampai campuran menjadi kering. Endapan yang terbentuk
dari hasil pemanasan lalu dilarutkan dengan 5 mL kloroform sampai larut
sempurna. Campuran tersebut ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat lalu
diteteskan sedikit demi sedikit 0.1 mL H2SO4. Campuran tersebut dikocok sampai
homogen dan didiamkan pada ruang gelap selama 10 menit. Campuran tersebut
lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Pengukuran kadar
kolesterol dilakukan secara triplo atau tiga kali pengulangan.

Perlakuan Hewan Uji


Tikus yang sudah diadaptasi dan diinduksi pakan tinggi lemak selama 2
minggu diambil darahnya dan dinekropsi. Pengukuran bobot badan dan sisa pakan
dilakukan setiap hari selama 2 minggu. Tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum
pengambilan darah. Tikus dianastesi menggunakan ketamine (70 mg/kgbb) atau
xylazina (7 mg/kgbb) secara intraperitoneal. Saat teranastesi, tikus diambil
darahnya pada bagian ekor mulai dari pangkal hingga ujungnya. Darah diambil
dengan spuit 1 cc. Pengurutan dilakukan hingga diperoleh volume darah sesuai
dengan yang dibutuhkan. Selanjutnya, bagian ekor ditetsi dengan betadine. Darah
diberi antikoagulan dan didiamkan selam 15 menit. Tabung kemudian disentrifus
selama 30 menit dan serum dipisahkan menggunakan mikropipet. Pengambilan
organ hati dilakukan dengan cara melakukan sayatan sepanjang toraks dampai
pubis. Hati dan organ lain yang telah diambil, selanjutnya dimasukkan ke dalam
NaCl 0,9% dan ditimbang.

Pengukuran Kadar Kolesterol Serum Darah


Sebanyak 12 mL campuran alkohol:eter (3:1) dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus 15 mL. Serum atau plasma sebanyak 0.2 mL dimasukkan secara
perlahan. Tabung divorteks selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit.
Tabung disentrifus selama 3 menit dan didekantasi. Supernatan dipisahkan ke
dalam gelas piala 50 mL, lalu diuapkan dalam penangas air. Residu diekstraksi
dengan kloroform 2 kali, lalu ekstrak di tuangkan kedalam tabung berskala.
Kloroform ditambahkan hingga volume menjadi 5 mL. Sebanyak 3 tabung reaksi
disiapkan. Tabung C berisi 5 mL ekstrak kloroform, 2 mL asam asetat anhidrida
dan 0,1 mL H2SO4. Tabung S berisi 5 mL standar kolesterol, 2 mL asam asetat
anhidrida dan 0,1 mL H2SO4. Tabung B berisi 5 mL kloroform, 2 mL asam asetat
anhidrida dan 0,1 mL H2SO4. Tabung dikocok dan didiamkan selama 15 menit,
lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.

Pembuatan Kurva Standar Tetrametoksipropana (TMP)


Standar antioksidan dibuat dari TMP 60 µM, kemudian diencerkan menjadi
0; 0,9; 1.8; 2.7; 3.6; 4.5; dan 5.0 µM dengan volume akhir 3 mL. Larutan dari
masing-masing konsentrasi diambil sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi yang
sudah diberi label. Larutan TBA 1% ditambahkan sebanyak 0.5 mL di dalam
asam asetat 50%. Campuran tersebut dididihkan dengan suhu 95ºC selama 60
menit. Setelah itu, didinginkan di suhu ruang dan ditambahkan akuades 0.5 mL.
Campuran tersebut diberi 2.5 mL butanol:piridin, lalu divorteks. Standar tersebut
dimasukkan ke dalam sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Lapisan atas diambil untuk dimasukkan ke dalam kuvet dan dianalisis dengan
spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 532 nm.
Analisis Lipid Peroksida
Hati tikus ditimbang dan dicuci dengan KCl 1.15% dingin, dikeringkan
dengan menggunakan kertas saring. Hati dihomogenkan dengan menggunakan 20
mL KCl 1.15% dingin dengan konsentrasi 10% b/v. Homogenat hati diambil 2
mL untuk stock uji MDA dan kurang lebih 18 mL dimasukkan ke dalam sentrifus,
diambil supernatan, dan disimpan untuk uji selanjutnya. Homogenat dari stock
diambil 0.1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup. SDS 8.1%
ditambahkan sebanyak 0.2 mL dan asam asetat 20% sebanyak 1.5 mL kemudian
diatur pH menjadi 3.5 oleh NaOH 1 M. Akuades dan TBA 1% dalam pelarut asam
asetat 50% masing-masing ditambahkan sebanyak 0.7 mL dan 1.5 mL, dididihkan
selama 60 menit. setelah itu, sampel tersebut didinginkan dalam suhu ruang.
Sampel ditambahhkan butanol:piridin sebanyak 5 mL dan akuades 1 mL. Sampel
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas hasil
sentrifugasi dipindahkan ke dalam kuvet dan dianalisis dengan spektrofotometer
menggunakan panjang gelombang 532 nm.

Analisis Kerusakan Hati dengan Alanin Amino Transferase (ALT)


Serum sebanyak 100 µL dicampurkan dengan 1000 µL reagen ALT.
Campuran tersebut dihomogenkan dan diinkubasi selama 1 menit dengan suhu
37ºC. Sampel tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 340 nm.
Hasil absorbansi dicatat pada menit ke-1, ke-2, dan ke-3. Kadar ALT dihitung
dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer.

Analisis Kerusakan Hati dengan Aspartat Aminotransferase (AST)


Serum sebanyak 100 µL dicampurkan dengan 1000 µL reagen AST.
Campuran tersebut dihomogenkan dan diinkubasi selama 1 menit dengan suhu
37ºC. Sampel tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 340 nm.
Hasil absorbansi dicatat pada menit ke-1, ke-2, dan ke-3. Kadar AST dihitung
dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Induksi hiperlipidemia pada hewan coba dilakukan sebagai persiapan


percobaan. Umumnya uji senyawa anti-hiperlipidemia membutuhkan hewan uji yang
sebelumnya sudah diinduksi hiperlipidemia. Kondisi ini dapat dibuat dengan
mengganti pakan standar hewan coba menjadi pakan tinggi lemak (high fat diet)
selama 14-28 hari.

Tabel 1 Standar kolesterol


Konsentrasi kolesterol A terukur A terkoreksi
Blanko 0 -
2.0 0.127 0.127
4.0 0.262 0.262
6.0 0.401 0.401
8.0 0.532 0.532
standar kolesterol pakan
0.6
y = 0.0067x - 0.0032
0.5 R² = 0.9998

0.4

0.3

0.2

0.1

0
-20 0 20 40 60 80 100
-0.1

Gambar 1 Kurva Standar Kolesterol

Cara lain dalam induksi hiperlipidemia pada tikus adalah pemberian senyawa
kimia seperti poloxamet atau propiltiourasil. Pembuatan pakan pada praktikum ini
dilakukan dengan mencampur 3% kolesterol, 2% minyak kelapa, 10% bahan variabel
(bervariasi pada tiap meja), dan pakan standar (Tabel 1). Penghitungan kadar
kolesterol pakan dilakukan berdasarkan persamaan yang diperoleh dari kurva standar
yang sudah dibuat terlebih dahulu menggunakan larutan standar pada konsentrasi
berbeda (Gambar 1).
Penentuan kadar kolesterol pakan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
menggunakan metode Liebermann-Buchard. Secara kualitatif, pada uji Liebermann-
Buchard, kolesterol akan larut dalam kloroform dan bereaksi dengan asam kuat
membentuk suatu kompleks warna. Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya
kolesterol. Secara kuantitatif, kompleks warna yang terbentuk dari reaksi kolesterol
dengan pereaksi Liebermann-Burchard diukur serapannya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 420 nm (Bintang 2010).

Tabel 2 Konsentrasi kolesterol pakan


Sampel Absorbansi [Kolesterol] (mg/dL)
Meja 1 (lemak sapi) 0.319 48.089
Meja 2 (fruktosa) 1.264 189.134
Meja 3 (lemak kambing) 0.980 147.746
Meja 4 (sukrosa) 0.314 47.343
Meja 5 (lemak sapi:sukrosa (1:1)) 0.655 98.239
Meja 6 (lemak kambing:sukrosa (1:1)) 0.447 67.194
Meja 7 (lemak sapi:lemak kambing:sukrosa (1:1:1)) 0.390 58.687
Contoh perhitungan :
A terkoreksi = A terbaca – A blanko
= 1.264 – 0.000
= 1.264
Y = 0.0067X – 0.0032
A terkoreksi = 0.0067[kolesterol] – 0.0032
[kolesterol] = 189.134 mg/dL
Tabel 3 Bobot tikus masa adaptasi dan perlakuan
Bobot pada minggu ke- (gram) Rerata bobot badan
Tikus
1 2 3 4 (gram)
1 208.80 233.17 245.50 229.0 229.120
2 183.20 202.67 220.83 226.0 208.175
3 169.40 189.17 199.67 250.5 202.180

Makanan berperan penting dalam mempengaruhi kadar kolesterol dalam


darah (Priambudi, Rindiani dan Amareta 2014). Kolesterol meningkat karena
asupan yang berasal dari lemak hewani. Senyawa kolesterol ini disintesis dari
banyak jaringan dari Asetil Ko-A dan merupakan prekursor utama semua steroid
lain dalam tubuh, jika jumlahnya berlebihan akan menyebabkan kolesterol dalam
tubuh meningkat (Ramadhan 2011).
Kelebihan kolesterol dapat terjadi karena faktor keturunan, terutama jika
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat penyakit kolesterol dan
kardiovaskular. Hiperkolesterol merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan
adanya kenaikan kolesterol LDL, kenaikan kadar kolesterol total dan trigliserida
serum. Tingginya kadar kolesterol total dengan peningkatan kadar LDL dan
rendahnya kadar kolesterol HDL dapat meningkatkan resiko aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskuler. Cara menurunkan kadar profil lipid adalah dengan
menghambat aktivitas enzim HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
A) reduktase. Penghambatan aktivitas HMG-CoA reduktase akan menurunkan
sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam
membran hati dan jaringan ekstrahepatik (Hafidz et al. 2017). Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1998) kadar kolesterol normal pada tikus sebesar 10-54 mg/dl.
Tikus merupakan hewan coba yang banyak digunakan dalam penelitian.
Tikus digunakan sebagai hewan model untuk analisis biomedis contohnya
penyakit kardiovaskular, metabolik, neurologik, perilaku, kanker, dan ginjal.
Tikus merupakan hewan model yang baik untuk penyakit kardiovaskular terutama
hipertensi dan stroke (Iannaccone dan Jacob 2009). Penelitian mengenai gangguan
terhadap tekanan darah banyak dilakukan menggunakan hewan coba tikus. Hal ini
dikarenakan tikus memiliki sistem faal yang mirip dengan manusia, tersedia
dalam jumlah yang banyak, mudah dibiakan, harga yang murah dan galur yang
bervariasi (Johnson 2012). Tikus yang sering digunakan adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) galur Wistar, Long Evans, dan Sprague-Dawley. Galur tikus Sprague-
Dawley (SD) dan Long-Evans merupakan pengembangan dari tikus galur Wistar.
Galur ini berasal dari peternakan Sprague-Dawley, Madison, Wiscoustin. Ciri-ciri
galur SD yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit, telinga yang tebal
dan pendek dengan rambut halus. Mata tikus putih berwarna merah dan ciri yang
paling terlihat adalah ekornya yang lebih panjang dari tubuhnya.

Tabel 4 Konsumsi pakan tikus masa adaptasi dan perlakuan


Konsumsi pada minggu ke- (gram) Rerata konsumsi pakan
Tikus
1 2 3 4 (gram)
1 18.00 17.71 18.29 12.83 16.71
2 16.40 16.71 16.14 14.50 15.94
3 16.60 14.00 14.43 11.83 14.21
Tabel 5 Kondisi klinis tikus
Tikus Awal perlakuan Akhir perlakuan
Mata: merah jernih Mata: merah jernih
Bulu: putih bersih Bulu: putih bersih
1
Keaktifan: hiperaktif Keaktifan: hiperaktif
Luka: tidak ada Luka: ada (bekas suntikan dan sayatan di ekor)
Mata: merah jernih Mata: merah jernih
Bulu: putih bersih Bulu: putih bersih
2
Keaktifan: hiperaktif Keaktifan: hiperaktif
Luka: tidak ada Luka: ada (bekas suntikan dan sayatan di ekor)
Mata: merah jernih Mata: merah jernih
Bulu: putih bersih Bulu: putih bersih
3
Keaktifan: hiperaktif Keaktifan: hiperaktif
Luka: tidak ada Luka: ada (bekas suntikan dan sayatan di ekor)

Tikus memiliki lama hidup berkisar antara 4-5 tahun dengan berat badan
umum tikus jantan berkisar antara 267-500 gram dan betina 225-325 gram. Galur
ini memiliki pertumbuhan yang cepat, tempramen yang baik dan kemampuan
laktasi yang tinggi (Carere dan Maestripieri 2013). Sedangkan galur wistar
memiliki karakteristik yaitu kepala tikus yang lebar, telinga panjang, dan memiliki
panjang ekor yang kurang dari panjang tubuhnya. Tikus Wistar lebih aktif
(agresif) dari pada jenis lain seperti tikus Sprague-Dawley (Sirois 2005).
Hipertiroid merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin
yang disebabkan karena peningkatan produksi hormon tiroid secara berlebihan
oleh kelenjar tiroid. (Fumarola et al, 2010). Propylthiouracil atau PTU merupakan
obat untuk penyakit hipertiroid. Propylthiouracil adalah obat yang digunakan
untuk menangani gejala-gejala keringat berlebih, berat badan menurun, mudah
emosi, pembesaran kelenjar tiroid serta tremor yang biasa terdapat pada penyakit
hipertiroid dimana terdapat banyak hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan mencegah
pengikatan iodine ke thyroglobulin sehingga mencegah produksi hormon tiroid.
Selain itu obat anti tiroid memiliki efek imunosupresan yang dapat menekan
produksi limfosit, HLA, sel T dan natural killer sel (Fumarola et al, 2010).
Manfaat obat ptu yang lain adalah untuk mengobati penyakit Graves dan
pembesaran tiroid.

Tabel 8 Analisis lipid peroksida darah


Absorbansi
Sampel [MDA] (mg/dL)
Terukur Terkoreksi
Blanko 0.148 0 0
Sampel 0.253 0.105 2.056
0.356 0.208 3.166
Rata-rata 2.611
Contoh perhitungan:
Y = 0,0928x – 0.0858
0.235 = 0,0928x – 0.0858
X = 2.056 mg/dL
Tabel 7 Kurva standar TMP
Konsentrasi (µM) Absorbansi terukur Absorbansi terkoreksi
0 (blanko) 0.148 0
0.5 0.074 -0.074
1.0 0.129 -0.019
1.5 0.182 0.034
3.0 0.305 0.157
6.0 0.649 0.501

Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan bersifat sangat reaktif. Radikal
bebas dapat terbentuk didalam tubuh. Beberapa radikal bebas yang terbentuk
dalam tubuh adalah epoksida, aldehid, dan keton. Salah satu senyawa aldehid
yang terbentuk adalah malondialdehid (MDA). Kadar MDA didalam tubuh dapat
diukur dengan menggunakan metode TBA. Malonildehida (MDA) merupakan
hasil proses oksidasi lemak tak jenuh jamak oleh senyawa radikal bebas di dalam
tubuh, sehingga MDA dapat digunakan sebagai indicator oksidatif keberadaan
radikal bebas dan indicator kerusakan oksidatif membrane sel di dalam tubuh
(Astuti et al. 2009). Produk MDA ini akan bereaksi dengan protein tubuh dan
menyebabkan pembentukan senyawa yang bersifat karsinogen, dan sebagai
senyawa mutagen. Akibatnya, membran sel akan mengalami kerusakan dan
berakibat timbulnya penyakit penyakit degeneratif (Astuti et al. 2009).
Pemberian pakan dengan kolesterol tinggi dapat menaikan konsentrasi lipid
peroksida. Kadar MDA yang didapatkan pada praktikum sebesar 2,056 mg/dL dan
3,166 mg/dL. Konsentrasi lipid peroksida darah dalam keadaan normal sekitar
0.46 ng/mL, berdasarkan data yang diperoleh, serum darah menunjukkan kondisi
hyperlipidemia. Hal ini sesuai dengan penelitia Alviani (2007) bahwa konsentrasi
lipid peroksida hati kelompok hyperlipidemia yang diberi pakan kolesterol sebesar
0.25% lebih besar lima kali secara bermakna dari pada kelompok normal.
Prinsip uji ALT adalah serum darah tikus sebanyak 0,1 ml dicampur dengan
1 ml reagen. Setelah satu menit didiamkan, absorban dibaca pada panjang
gelombang 340 nm dan diulangi lagi pada menit ke-2, 3, dan 4. Plasma yang
diukur absorbansinya diinkubasikan pada suhu kamar. Reagen yang digunakan
dalam pengukuran ALT mengandung bufer Tris, Lalanin, -oksoglutarat, Laktat
dehidrogenase (LD), dan NADH. Sedangkan reagen AST mengandung bufer Tris,
L-aspartat, oksoglutarat, Laktat dehidrogenase, dan NADH.

Kurva Standar TMP


0.6
0.5 y = 0.0928x - 0.0858
0.4 R² = 0.9471
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 1 2 3 4 5 6 7
-0.2

Gambar 2 Kurva standar TMP


Tabel 8 Analisis lipid peroksidasi hati
Absorbansi
Sampel [MDA] (mg/dL)
Terukur Terkoreksi
Blanko 0.148 0 0
Sampel 0.485 0.337 4.556
Contoh perhitungan :
Y = 0.0928X – 0.0858
0.485 = 0.0928X – 0.0858
X = 4.556 mg/dL

Reaksi pada pengukuran aktivitas ALT terbagi dalam dua tahap. Pertama
L-alanin bereaksi dengan -oksoglutarat dengan bantuan enzim ALT dari sampel
menjadi Lglutamat dan piruvat. Reaksi kedua, piruvat yang dihasilkan dari reaksi
pertama akan bereaksi dengan NADH menggunakan katalis enzim LD
menghasilkan laktat dan NAD. Pengukuran aktivitas AST juga terbagi dalam dua
tahap. Tahap pertama, L-aspartat bereaksi dengan -oksoglutarat dengan bantuan
enzim AST dari sampel menjadi Lglutamat dan oksaloasetat. Kemudian
oksaloasetat akan bereaksi dengan NADH menghasilkan L-malat dan NAD (Iqbal
2008)
Alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST)
merupakan jenis enzim intraseluler yang berfungsi mengkatalis pemindahan
gugus amino dari alfa amino ke asam alfa keto. Enzim ALT memindahkan gugus
amino dari alanin ke –ketoglutarat sehingga terbentuk piruvat dan glutamat.
Sedangkan AST juga memindahkan gugus amino dari aspartat ke –ketoglutarat
sehingga terbentuk oksaloasetat dan glutamate.
Hasil praktikum (Tabel 9 dan Tabel 10) secara deskriptif, kedua enzim
menunjukkan nilai yang fluktuatif. Efek kerusakan hati tampak sama sekali,
ditunjukkan dengan aktivitas ALT aktivitasnya mencapai 274,04 mg/mL. Bahkan,
aktivitas AST melebihi batas normal sama sekali. Jadi, data setelah transformasi
tetap menunjukkan bahwa fungsi hati tikus terganggu akibat kondisi
hiperlipidemia (Iqbal 2008).

Tabel 9 Kadar AST pada serum darah


Sampel ΔA1 ΔA2 ΔA3 ΔA/menit [AST] (mg/mL)
Serum 0.123 0.118 0.119 0.12 209.52
Contoh perhitungan :
ΔĀ/menit =

8 9
=
= 2,4085
[AST] = ΔĀ/menit x 746
= 0.12 x 1746
= 209.52 mg/mL
Tabel 10 Kadar ALT pada serum darah
Sampel ΔA1 ΔA2 ΔA3 ΔA/menit [AST] (mg/mL)
Serum 0.156 0.157 0.156 0.155 274.04
Contoh perhitungan :
ΔA ΔA ΔA
ΔĀ/menit =
6 7 6
=
= 0.155

[ALT] = ΔĀ/menit x 768


= 0.155 x 1768
= 274.04 mg/mL.

SIMPULAN

Perlakuan induksi hiperlipidemia yang dilakukan selama tiga minggu


terhadap tikus jantan Sprague-Dawley menggunakan pakan tinggi kolesterol
menunjukkan hasil yang baik, dimana bobot tikus mengalami peningkatan setiap
harinya. Hasil uji klinis yang dilakukan menunjukkan bahwa tikus yang diinduksi
hiperlipidemia mengalami kerusakan pada organ hati, ditunjukkan dengan kadar
MDA, AST, dan ALT yang cukup tinggi. Kadar lemak yang cukup tinggi ini
dapat mengakibatkan gangguan bahkan kerusakan pada organ hati.

DAFTAR PUSTAKA

Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun jati belanda terhadap peroksida lipid
hati tikus hiperlipidemia [skripsi]. Bogor (ID): Biokimia FMIPA IPB
Anggraeni D, Adji D, Sutrisno B. 2012. Identifikasi leptin pada kesembuhan luka
tikus yang diberi pakan lemak tinggi dan aplikasi zinc topikal. Jurnal
Veteriner Indonesia. 13(4): 395-401. Arief et al. 2012
Astuti S, Muchtadi D, Astawan A, Purwantara B, Wresdiyati T. 2009. Pengaruh
pemberian tepung kedelai kaya isoflavon terhadap kadar malonaldehida,
aktivitas supeperoksida dismutase testis pada profil Cu,Zn-SOD tubuli
seminiferi testis tikus jantan. J teknologi indutri pangan. 20(2): 129-134
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID) : Erlangga.
Carere C dan Maestripieri D. 2013. Animal Personalities: Behavior, Physiology,
and Evolution. Chicago (USA): University of Chicago Pr.
Fumarola AA, Di Fiore M, Dainelli G, Grani, dan Calvanese A. 2010. Medical
treatment of hyperthiroidism: state of the art: Exp Clin Endocrinol
Diabetes.
Gitawati R. Widowati L, Suharyanto F. 2015. Penggunaan jamu pada pasien
hiperlipidemia berdasarkan data rekam medik di beberapa fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(1): 41-
48.
Hafidz KA, Puspitasari N, Azminah, Yanuar A, Artha Y, Mun’im A 7 HMG-
CoA reductase inhibitory activity of gnetum gnemon seed extract and
identification of potential inhibitors for lowering cholestrol level. J Young
Pharm. 9(4): 65-559
Hau, J and Van Hoosier, G.L.Jr. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science.
USA: CRC Press. 69. Iannaccone dan Jacob 2009
Iannaccone PM, Jacob HJ. 2009. Rats!. Dis Model Mech. 2(5-6):206-210.
Paradina YB, Sari DI, Kartinah N. 2015. Pengaruh pemberian simvastatin
terhadap profil farmakokinetika rivaroxaban. Jurnal Pharmascience. 2(1):
44-49.
Priambudi PA, Rindiani, Amareta DI. 2014. Efek pemberian buah pepino
(Solanum maricatum) terhadap perubahan kadar kolesterol total pada tikus
hiperkolesterolemia. Jurnal Ilmia Inovasi. 14(3): 234-238.
Rahayuningsih N, Nofianti T. 2015. Efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah
strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) pada tikus putih dari daerah
Bandung. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 1(13): 1-8.
Ramadhan FF. 2011. Pengaruh pemberian nata de coco terhadap kadar kolesterol
total dan trigliserida pada tikus hiperkolesterolemia [skripsi]. Program
studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Sirois M. 2005. Laboratory Animal Medicine : Principles and Procedures. United
States of America: Mosby Inc.
Smith BJB dan Mangkoewidjojo S. 1998. Pemeliharaan Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia. Iqbal M. 2008. Akumulasi lipid di hati dan akibatnya terhadap
fungsi hati pada kelinci hiperlipidemia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Van Leeuwen AM, Poelhuis DL 9 Davi’s Comprehensive Handbook of
Laboratory and Diagnostic Test. Philadelphia (US): Davis Company

Anda mungkin juga menyukai