Anda di halaman 1dari 13

Teknik Plumbing 2

Kelompok 6 :
 Andriani Lusiana
 Ikhwan Taufiqurrahman
 Indah Permata Sari
 Jihan Afifah Fauziyah
 Nisrina Huwaida
 Rafli Teguh Imani Putra

3 STR B
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Penentuan Diameter
Pipa Hazzen William Formula
 Formula Hazen-Williams dikembangkan atas
dasar empiris yang umumnya hanya digunakan
pada kondisi aliran turbulen. Formula ini banyak
digunakan dalam permodelan distribusi air
minum terutama di Amerika Serikat. Dalam JICA,
1974 dijelaskan bahwa formula Hazen Williams
dapat dituliskan sebagai berikut :

Pada formula Hazen Williams faktor/koefisien (C)


yang digunakan dari kekasaran relatif pipa. Faktor C
yang semakin besar menunjukkan pipa semakin
mulus, sedangkan faktor C yang semakin rendah
menunjukkan pipa semakin kasar.
• Pipa besi cor, baru 130 • Pipa besi galvanis 110 – 120
• Pipa besi cor, tua 100 • Pipa beton (baru, bersih) 120 – 130

• Pipa baja, baru 120 – 130 • Pipa beton (lama) 105 – 110
• Alumunium 135 – 140
• Pipa baja, tua 80 – 100
• Pipa bambu (betung, wulung, tali) 70 – 90
• Pipa dengan lapisan semen 130 – 140
• Pipa dengan lapisan asphalt 130 – 140
• Pipa PVC 140 – 150
Kebutuhan Air/orang/hari
Kebutuhan minimal setiap orang akan air bersih per hari adalah 60
liter atau 0,06 m3.
Secara kuantitas jumlah kebutuhan air untuk ruah tangga per kapita
tidaklah sama di setiap daerah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum juga membagi standar kebutuhan air
minum berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut :
 Pedesaan dengan kebutuhan 60 Liter/ Kapita/ hari
 Kota kecil dengan kebutuhan 90 Liter/ Kapita/ hari
 Kota sedang dengan kebutuhan 110 Liter/ Kapita/ hari
 Kota besar dengan kebutuhan 130 Liter/ Kapita/ hari
 Kota metropolitan dengan kebutuhan 150 Liter/ kapita/ hari
Menurut Pergub DKI Jakarta No. 122 tahun 2005
Lanjutan...Pergub DKI Jakarta No. 122 tahun 2005
Sistem Pemipaan Plumbing
Ada dua cara system pengaturan air yaitu : system horizontal dan system
vertical.
Sistem horizontal adalah system pemipaan yang banyak digunakan untuk
mengalirkan kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumah-
rumah tinggal yang tidak bertingkat. Ada dua cara yang dipakai untuk sistem
pemipaan horizontal, yaitu sebagai berikut :
 a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir.
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih
efisien dan kerugiannya adalah daya pancar pada titik kran tidak
sama, semakin jauh semakin kecil daya pancarannya.
 b. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak,
padahal kekuatan daya pancar air ke semua titik-titik akan
menghasilkan air yang sama.
Sistem Vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan system vertical
banyak digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi.
Pengambilan sumber air bersih sistem vertikal ini adalah melalui
jaringan PDAM dengan sumber cadangan dari sumur artesis, untuk
bangunan berlantai banyak disediakan bak reservoir yang terdiri
dari ground reservoir dan top reservoir.
Sistem distribusi air bersih untuk bangunan berlantai banyak
Pipa pembuangan/pipa vertical di pasang pada shaft untuk air hujan
yang dapat dibuang sejajar dengan pipa-pipa plambing lainnya. Pipa ini
dipasang sesuai dengan luas atap yang menampung air hujan tersebut.
Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus diketahui atap
yang menampung air hujan tersebut dalam luasan M². Sebagai standard ukuran
pipa pembuangan dibuat tabel sebagai berikut :

Diameter (inci) Luasan Atap (M2) Volume (Liter/Menit)


3 s.d - 180 255
4 385 547
5 698 990
6 1.135 1.610
8 2.445 3.470
Untuk menghitung/mencari jumlah dan besar pipa tegak untuk air hujan,
dapat dicari dengan cara sebagai berikut. Contoh Soal 1 :
Luas atap = 1.000 M²
Hujan rata-rata di Indonesia antara 300 – 500 mm/m²/jam = 5 – 8 liter/menit
Curah hujan = 1.000 m² x 5 – 8 liter/menit = 5.000 – 8.000 liter/menit
Luas atap 1.000 m²
dalam tabel paling efisien menggunakan diameter 6” dengan kapasitas +/- 1.610
liter/menit.

Jika curah hujan = 10.000 liter/menit, maka air hujan akan mengalir ke
bawah dalam waktu 1 x 6” = 10.000 : 1.610 = 6 menit. Untuk mempercepat
pembuangan air diperlukan pipa 6” sebanyak 6 buah yang tersebar letaknya
sehingga air di atas atap pada saat tertentu akan terbuang keluar dalam waktu 1
(satu) menit.

Setelah mengetahui jumlah dan besar diameter tegak pipa air hujan, air
hujan tersebut dapat dialirkan melalui saluran-saluran kota praja atau dapat
dialirakan ke dalam sumur-sumur beton yang ditanam ke dalam galian tanah yang
luarnya di pasang batu-batu koral/batu karang dan ijuk, sebagai tempat
penyerapan.
Referensi
 Zulkarnain. 2010. Pengetahuan Perpipaan.
http://sungaibataleke.blogspot.com/2010/10/pengetahuan- perpipaan.
Diakses pada 26 Maret 2016
 https://id.scribd.com/document/126679360/Perancangan-System-
Plumbing
 http://mulyadi202.blogspot.com/2014/03/menghitung-kebutuhan-air-
bersih-untuk.html?m=1
Thank you
Any question?

Anda mungkin juga menyukai