Anda di halaman 1dari 48

PADA KLIEN POST PARTUM

Pengertian

Periode post partum atau puerperium atau


nifas adalah periode atau masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Murray & Kinney, 2007).
ASPEK BIOFISIK
A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
Perubahan sistem reproduksi selama periode post
partum terjadi di semua organ reproduksi interna
( uterus, serviks, vagina dan tuba fallopii) dan
otot-otot serta ligamen di sekitarnya.
Robekan perineum atau episiotomi juga
mengalami penyembuhan
1. UTERUS
 Setelah plasenta lepas, involusio mulai
terjadi, sehingga bisa mengontrol terjadinya
perdarahan. Involusio uteri tergantung pada
tiga proses:
- Kontraksi dari serabut-serabut otot
- Proses katabolisme
- Regenerasi dari epitelium uterus
 Meskipun jumlah total sel tidak berubah,
sel-sel otot yang membesar melalui proses
perubahan katabolisme dalam sitoplasma
protein menyebabkan menurunnya ukuran
sel.
 Hasil dari proses katabolisme diabsorbsi
oleh bloodstream dan dikeluarkan melalui
urine sebagai sampah nitrogen.
 Regenerasi epitelium uterus mulai segera
setelah persalinan. Bagian luar dari lapisan
endometrium dikeluarkan bersama
plasenta. Dalam waktu 2-3 hari desidua
terpisah menjadi 2 lapisan. Lapisan pertama
adalah superficial dan dilepaskan dalam
lokhia. Lapisan basal yang mengandung
kelenjar endometrial tetap utuh dan sebagai
dasar pembentukan endometrium baru.
 Regenerasi endometrium kecuali tempat
menempelnya plasenta terjadi 2 sampai 3
minggu.
 Tempat penempelan plasenta dengan
diameter 7 cm, sembuh oleh proses
exfoliation (scaling off of dead tissue).
 Penyembuhan tempat menempelnya
plasenta terjadi lebih lambat memerlukan
waktu 6 – 7 minggu.
a. Penurunan fundus uteri
 Lokasi dari fundus uteri menunjukkan
apakah involusio berlangsung secara normal
atau tidak.
 Segera setelah persalinan fundus uteri dapat
dipalpasi diantara simpisis pubis dengan
umbilicus dengan berat sekitar 1000 gram.
 Dalam 12 jam tinggi fundus uteri setinggi
pusat atau berkisar di atas atau dibawah
pusat.
 Pada hari kedua fundus uteri turun sekitar 1
cm atau satu jari perhari.
 Fundus uteri turun ke dalam rongga pelvis pada
hari ke sepuluh dan tidak dapat dipalpasi di
abdominal.
 Proses penurunan fundus lebih lambat pada
uterus yang teregang selama kehamilan dengan
janin lebih dari satu, janin besar atau hidramnion.
 Proses involusio yang berlangsung tidak baik
disebut subinvolusio sehingga menyebabkan
perdarahan post partum
 Berat uterus dalam satu minggu setelah persalinan
adalah 500 gram, sedangkan pada 6 minggu
setelah persalinan berat uterus berkisur 60 gram.
LOCHEA
- Lochea Rubra
 Keluar hari 1-3 setelah melahirkan.
 Warna darah: merah tua, komponen utama:
darah yang mengandung sedikit lender, sisa
desidua dan sisa-sisa jaringan tempat plasenta
menempel.
- Lochea Serosa
 Warna merah jambu
 Keluar sampai hari ke 10 dan mengandung
darah tua, serum,leukosit dan sisa-sisa
jaringan.
- Lochea Alba
 Lebih tipis, lebih sedikit, lebih putih terjadi
setelah hari ke 10 dan mengandung leukosit,
sel epitel,lender, serum dan desidua.
 Pada akhir minggu ketiga lokhia biasanya tidak
nampak meskipun masih keluar lender
kecoklatan selama 6 minggu.
c. SERVIKS
 Segera setelah persalinan serviks menjadi
lunak. 18 jam setelah melahirkan srviks
memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa
hari setelah melahirkan. Ektoserviks
(bagian serviks yang menonjol ke vagina)
memar dan terdapat laserasi-laserasi kecil
sehingga mudah terjadi infeksi.
d. VAGINA DAN PERINEUM
 Estrogen yang menurun menyebabkan
penipisan mukosa vagina dan hilangnya
rugae. Vagina yang teregang akan kembali
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8
minggu setelah bayi lahir. Rugae kembali
terlihat sekitar minggu ke empat meskipun
tidak menonjol seperti nulipara. Rugae
memipih secara permanen. Mukosa tetap
atropi pada wanita yang menyusui sampai
menstruasi dimulai kembali.
e. TOPANGAN OTOT PANGGUL
 Struktur penopang uterus dan vagina bisa
mengalami cidera sewaktu melahirkan dan
masalah ginekologi dapat timbul di
kemudian hari. Jaringan penopang dasar
panggul yang terobek dan teregang saat ibu
melahirkan memerlukan waktu sampai 6
bulan untuk kembali ke tonus semula.
B. SISTIM ENDOKRIN
1. Hormon Plasenta
 Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormon-hormon yang
diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan
hormon HPL, estrogen dan kortisol serta
placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar
gula darah menurun pada masa
puerperium.
2. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
 Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyususi
berbeda.
 Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui berperan dalam menekan ovulasi.
 Kadar prolaktin meningkat sampai 6 minggu
setelah melahirkan, dipengaruhi oleh
kekerapan menyususi, lama setiapkali
menyusui dan banyaknya makanan tambahan
yang diberikan, juga oleh kekuatan menghisap.
C. ABDOMEN
 Dalam 2 minggu setelah melahirkan dinding
abdomen wanita akan rileks, diperlukan waktu
sekitar 6 minggu untuk kembali ke keadaan
semula. Kulit kembali elastic tetapi sejumlah
striae menetap.
 Pengembalian tonus otot tergantung kondisi
tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat,
dan jumlah jaringan lemak.
 Pada keadaan tertentu seperti bayi besar atau
hamil kembar, otot-otot dinding abdomen
memisah disebut diastasis rekti abdominis.
D. SISTEM URINARIUS
 Perubahan hormone pada masa hamil (steroid
yang tinggi) menyebabkan peningkatan fungsi
ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah melahirkan menyebabkan penurunan
fungsi ginjal.
 Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan.
 Diperlukan waktu sekitar 2 – 8 minggu agar
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter
serta pelvis ginjal kembali ke keadaansebelum
hamil.
E. SISTEM CERNA
 Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan apalagi
setelah hilang efek analgesia, anesthesia dan
keletihan.
 Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna terjadi setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anestesi memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
 Defekasi
BAB secara spontan bias tertunda selama 2-3
hari setelah melahirkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada
awal post partum, diare sebelum persalinan,
huknah sebelum melahirkan, kurang makan
atau dehidrasi.
Ibu sering menyatakan nyeri saat defekasi
akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid.
E. PAYUDARA
 Konsentrasi hormone yang menstimulasi
perkembangan payudara selama hamil
(estrogen, progesterone, HcG, prolaktin,
kortisol dan insulin) menurun secara cepat
setelah bayi lahir.
 Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon
untuk kembali ke kadar sebelum hamil
tergantung dari ibu menyusui atau tidak.
- IBU TIDAK MENYUSUI
 Pada wanita yang tidak menyusui dan tidak
menggunakan obat antilaktogenik, kadar
prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan
eksresi kolostrum menetap selama beberapa hari
pertama setelah wanita melahirkan.
 Pada jaringan payudara, saat dipalpasi pada hari
kedua dan ketiga ditemukan adanya nyeri karena
dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga dan
keempat bias terjadi pembengkakan
(engorgement). Payudara teregang (bengkak),
kras,nyeri biladitekan dan hangat jika diraba
(kongesti pembuluh darah).
 Distensi payudara terutama disebakan oleh
kongesti sementara vena dan pembuluh
limfatik bukan akibat penimbunan air susu.
Pembengkakan dapat hilang dan rasa
tidaknyaman berkurang dalam 24-36 jam.
Apabila bayi belum menghisap (atau
dihentikan) laktasi berhenti dalam beberapa
hari sampai satu minggu.
- Ibu Yang Menyusui
 Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak
dan kolostrum dikeluarkan. Setelah laktasi
dimulai payudara teraba hangat dan keras.
Rasa nyeri menetap selama sekitar 48 jam.
Susu putih kebiruan dikeluarkan dari putting
susu.
 Putting susu perlu dikaji erektilitasnya sebagai
kebalikan dari inverse dan untuk menemukan
apakah ada fisura atau keretakan.
F. SISTEM KARDIOVASKULER
1. Volume Darah
 Perubahan volume darah tergantung pada
beberapa factor misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
fisiologis).
 Respon wanita dalam menghadapi kehilangan
darah selama masa post partum dini berbeda dari
respons wanita tidakhamil.
 Perubahan fisiologis setalah melahirkan yang
melindungi wanita:
- Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang
mengurangi ukuran pmbuluh darah maternal 10%
sampai 15%
- Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang
menghilangkan stimulus vasodilatasi dan
- Terjadinya mobilisasi air ekstra vaskuler yang
disimpan selama wanita hamil.
2. Curah Jantung
 Denyut jantung, volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil.
Segera setelah wanita melahirkan,keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-
60menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke
sirkulasi umum.
 Curah jantung normal 8-10 minggu setelah
melahirkan.
3. Tanda-tanda Vital
- Temperatur
 Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai
38 0C sebagai efek dari dehidrasi persalinan.
Setelah 24 jam seharusnya tidak demam.
- Denyut Nadi
 Denyut nadi, volume sekuncup serta curah
jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah
bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan
frekunsi yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8
sampai ke 10 setelah melahirkan denyut nadi
kembali ke frekuensi sebelum hamil.
-
Pernapasan
 Pernapasan berada pada rentang normal
- Tekanan Darah
 Tekanan darah sedikit berubah atau menetap.
Hipotensi ortostatik yang diindikasikan oleh
rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam
pertama, karena pembengkakan limpa yang
terjadi setelah melahirkan.
H. SISTEM NEUROLOGI
 Rasa tidak nyaman neurologis akan menghilang
setelah wanita melahirkan.

I. SISTEM MUSKULOSKELETAL
 Adaptasi system musculoskeletal ibu yang
terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat
ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi
lengkap pada minggu ke 6 - ke 8 setelah
melahirkan.
J. SISTEM INTEGUMEN
 Kloasma yang muncul saat hamil biasanya
hilang saat kehamilan berakhir.
Hiperpigmentasi di areola dan lina nigra tidak
menghilang seluruhnya, pada beberapa wanita
akan menetap.
 Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,
paha dan panggul akan memudar tetapi tidak
hilang seluruhnya.
 Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma,
eritema palmar dan epulis biasanya berkurang
sebagai respons terhadap penurunan kadar
estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada
beberapa wanita spider nevi menetap.
 Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada
waktu hamil biasanya akan menghilang setelah
melahirkan, tetapi rambut yang kasar biasanya
akan menetap.
 Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada
keadaan sebelum hamil.
 Perubahan yang palaing jelas di sistim integumen
adalah diaphoresis.
ADAPTASI PSIKOSOSIAL
POSTPARTUM (Reva Rubin)
 Taking In
- focus terutama pada dirinya, kebutuhan untuk
cairan,makan dan istirahat.
- Tugas utana pada fase ini adalah
mengintegrasikan pengalaman melahirkannya
ke dalam realita.
 Ibu berulang-ulang menceritakan
pengalaman melahirkannya. Proses ini
membantu ibu ke arah realita bahwa
kehamilannya telah berlalu,bayi telah lahir
sehingga bayi terpisah dari dirinya.

 berlangsung 2 hari namun penelitilain


mengobservasi bahwa perilaku itu terjadi
selama 24 jam atau kurang.
 Taking Hold
- Ibu menjadi lebih mandiri, lebih konsentarsi tentang
pengaturan fungsi tubuhnya dan bertanggungjawab
untuk merawat diri sendiri.
 Ketika ibu lebih nyaman dan mampu mengontrol
tubuhnya, perhatian ibu berpindah kepada kebutuhan
bayi. Dia membandingkan bayinya dengan bayi yang
lain untuk memvalidasi kesehatan dan kesejahteraan.
Dia tertarik (welcome) informasi yang luas tentang
merawat bayinya.
 Letting Go
 Fase letting go adalah waktu pelepasan untuk ibu dan
seringkali untuk ayahnya. Jika anak pertama

 Pasangan harus menghentikan peran sebelumnya
sebagai pasangan belum ada anak dan mengakui
hilangnya gaya hidup tanpa sesuatu yang dipikirkan.
 Ibu juga menghentikan harapan idealis tentang
pengalaman melahirkan. Sebagai contoh ibu
merencanakan untukmelahirkan pervaginam dengan
minimal atau tanpa anestesi tetapi ternyta harus SC.
Atau ibu dan suami kurang puas terhadap berat bayi,
jenis kelamin dan karakteristik bayi. Merekan harus
melepaskan fantasinya dan menerima realita bayinya.
 Kehilangan ini sering memprovokasi perasaan
berduka yang halus sehingga mereka tidak menyadari
(unexamined) dan tidak mengakui.
 Ibu menyatakan cemas tentang kemampuannya
merawat bayi.
 Fase taking hold berlangsung beberapa hari, telah
disebut sebagai “teachable, reachable,referable
moment”. Merupak waktu yang tepat untuk
memberikan instruksi dan demonstrasi.
PROSES ADAPTASI KELUARGA

AYAH

Perkembangan keterikatan ayah kepada bayinya disebut engrossment


(memikat,mengasikkan).
Dicirikan oleh tertarik pada bagaimana bayi melihat dan berespon,
kemudian ingin menyentuh dan memegang bayi. Beberapa ayah
komentar tentang ciri-ciri khusus bayi dan melihat bayi dengan sungguh-
sungguh. Mereka menunjukkan atraksi kuat pada bayinya dan
mengekpresikan kegembiraannya.

Perilaku kelekatan ayah sejajar dengan perilaku ibu. Akan meningkat


ketika bayi bangun, membuat kontak mata dan respon pada suara ayah.
Ayah yang berpartisipasi aktif dalam persalinan akan mengalami
keterikatan yang lebih awal dan lebih kuat ikatan dengan bayinya. Faktor-
faktor seperti hubungan dengan orang tuanya, pengalaman dengan anak
sebelumnya dan hubungan dengan ibu merupakan variabel penting
SIBLINGS

Respon sibling terhadap adiknya tergantung pada usia dan tingkat


perkembangan. Todler biasanya tidak tahu tentang kelahiran yang akan
dating. Mereka melihat bayi sebagai pesaing atau takut kasih saying orang
tuanya akan digantikan oleh bayi. Perilaku negative akan muncul dan
mengindikasikan tingkat stress. Perilaku ini termasuk masalah tidur, upaya
mencari perhatian dan regresi ke perilaku lebih infantile seperti
mengompol, mengisap ibu jari. Beberapa anak bermusuhan dengan ibu
terutama ketika ibu menggendong bayi.

Sibling usia preschool lebih sering melihat daripada menyentuh. Sebagian


besar waktunya digunakan dekat dengan bayi dan berbicara kepada ibu
tentang bayi.
EYANG

Keterlibatan eyang dengan cucu tergantung kepada beberapa factor.


Salah satu factor penting adalah kedekatan. Eyang yang tinggal dekat
dan sering melihat anak,maka kelekatannya lebih kuat.
Harapan tentang peran eyang juga sebuah factor bagaimana eyang
beradaptasi terhadap kelahiran cucu. Beberapa eyang merasa bahwa
perannya sebagai orang kedua setelah orangtuanya sehingga dia
berusaha keras dalam perawatan dan mengasuh anaknya.
Eyang seringkali sebagai support system terutama pada orang tua baru.
Nenek membantu mengerjakan tugas-tugas di rumah dan merawat
bayi sehingga memberikan kesempatan ibu untuk sembuh,kembali
seperti sebelum melahirkan dan menjalani proses transisi sebagai
orang tua.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADAPTASI
KELUARGA

 Nyeri yang tidak hilang-hilang/berkelanjutan


 Kelelahan yang kronis
 Pengetahuan tentang kebutuhan bayi
 Harapan terhadapbayi
 Pengalaman sebelumnya dengan bayi
 Temperamen ibu
 Karakteristik bayi
 Kejadian yang tidak terantisipasi: SC, lahir premature
atau bayi sakit, bayi kembar

Anda mungkin juga menyukai