Anda di halaman 1dari 13

FINANCIAL DISTRESS

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Apakah Financial Distress ??
Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan Mengalami
Financial Distress ??
Beberapa hal yang mungkin dilakukan perusahaan, yaitu:

1. Menjual aset-aset utamanya.


langkah-langkah yang terkait
2. Merger dengan perusahaan lain.
dengan aset perusahaan atau
3. Mengurangi belanja modal untuk disebut dengan asset restructuring.
penelitian dan pengembangan.

4. Menerbitkan saham atau obligasi baru. langkah terkait sisi kanan


laporan posisi keuangan
5. Negoisiasi dengan bank atau kreditor lainnya. perusahaan (sisi pendanaan)
6. Mengkonversi utang menjadi ekuitas. dan merupakan contoh
financial restructuring.
7. Mengajukan permohonan kepailitan.
Manfaat melaksanakan asset restructuring:

– Perusahaan menjual aset-aset yang tidak terkait dengan bisnis utama perusahaan,
misalnya anak perusahaan atau divisi yang tidak berkontribusi kepada keuntungan
perusahaan.

– Hasilnya dari asset restructuring adalah perusahaan memilki struktur organisasi baru
yang lebih ramping dan dapat fokus pada strategi baru yang sesuai dengan core
bussiness perusahaan.
Kebangkrutan, Likuidasi dan Reorganisasi
Kebangkrutan (bankruptcy) adalah
sebuah upaya hukum yang pemo-
honnya dapat diajukan sendiri
(voluntary) oleh perusahaan atau
Likuidasi berarti menghen-
dapat diajukan oleh kreditor
(involuntary). tikan kegiatan operasi
perusahaan
(going concern).
Reorganisasi adalah pilihan
untuk mempertahankan
kelangsungan usaha (going -
concern) perusahaan,
diantaranya dengan menerbit-
kan efek baru untuk menggan-
tikan efek lama.
Likuidasi
Dalam Chapter 7 of the Bankruptcy Reform Act of 1978, langkah-langkah likuidasi mencakup:
• Permohonan diajukan kepada Pengadilan Federal. Permohonan bisa diajukan sendiri oleh perusahaan
(voluntary) maupun oleh kreditor (involuntary). Kurator (bankruptcy trustee) ditunjuk oleh kreditor untuk
mengambil alih aset debitur. Kurator bertugas melakukan likuidasi aset. Setelah aset dilikuidasi, dan dikurangi
pembayaran biaya-biaya administrasi, hasil likuidasi dibagikan kepada kreditor. Jika aset masih tersisa setelah
digunakan untuk membayar biaya-biaya dan pembayaran kepada kreditor, maka sisanya dibagikan kepada
pemegang saham.
• Setelah perusahaan ditetapkan bangkrut, maka proses likuidasi dimulai. Pembagian hasil likuidasi dilakukan
berdasarkan urutan prioritas berikut:
– Beban administrasi terkait proses likuidasi perusahaan yang bangkrut
– Klaim-kaliam tanpa jaminan (unsecured claims) yang terjadi setelah pengajuan permohonan involuntary
bankruptcy
– Upah, gaji dan komisi
– Iuran kepada dana pensiun yang terjadi dalam 180 hari sebelum tanggal pengajuan permohonan
kebangkrutan
– Klaim dari konsumen
– Klaim pajak
– Klaim kreditor baik dengan atau tanpa jaminan
– Klaim dari pemegang saham preferen
– Klaim dari pemegang saham biasa
Reorganisasi
Dalam chapter 11 of the federal bankruptcy reform act of 1978, langkah-langkah reorganisasi adalah sebagai
berikut:
• Permohonan dapat diahjukan oleh perusahaan (voluntary petition) atau oleh 3 atau lebih kreditor
(bisa diajukan 1 kreditor jika jumlah kreditor kurang dari 12). Permohonan kepailitan oleh kreditor
(involuntary petition) harus disertai keterangan bahwa perusahaan tidak membayar utangnya. Pada umumnya,
hakim federal menerima permohonan dan menetapkan waktu untuk menyampaikan bukti dari klaim kreditor
dan pemegang saham. Pada umumnya, perusahaan masih tetap beroperasi.
• Waktu untuk menyiapkan rencana reorganisasi adalah 120 hari. Setelah diajukan, perusahaan diberi waktu
180 hari untuk meminta persetujuan terhadap rencana tersebut.
• Kreditor dan pemegang saham dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Sekelompok kreditor dianggap
menerima rencana jika 2/3 dari kelompok tersebut (berdasarkan jumlah kredit) dan ½ dari kelompok tersebut
(berdasarkan jumlah kreditor) menyetujui rencana reorganisasi.
• Setelah disetujui kreditor, rencana reorganisasi disahkan oleh pengadilan.
• Pembayaran dalam bentuk kas, aset property dan efek dilakukan kepada kreditor dan pemegang saham.
Rencana reorganisasi bisa juga mencakup penerbitan efek baru.
Private Workout VS Formal Bankruptcy
Sejumlah penelitian membandingkan private workouts dengan formal bankruptcies. Beberapa hasilnya
antara lain :

• Berdasarkan data historis, setengah dari financial restructurings dilakukan dengan skema private
workouts, walaupun akhir-akhir ini formal bankruptcies mulai banyak digunakan
• Perusahaan yang mampu bangkit dari financial distress dengan menggunakan skema private
workouts mengalami kenaikan harga saham yang jauh lebih tinggi daripada perusahaan yang
bangkit dari financial distress dengan skema formal bankuptcies
• Biaya langsung (direct cost) skema private workouts jauh lebih murah dari pada biaya formal
bankruptcies
• Top management biasanya sama-sama mengalami penurunan gaji atau bahkan kehilangan jabatan
baik dalam private workouts maupun formal bankruptcies
kemudian timbul pertanyaan, mengapa ada perusahaan
yang memilih untuk menggunakan formal bankruptci
es ?

Marginal
Holdouts
Firm

Lack Of
Complexity Informatio
n
Prepackage Bankruptcy
• Merupakan sebuah kebangkrutan di mana debitur dan kreditur pra-menegosiasikan
rencana reorganisasi dan kemudian hasil negosiasi tersebut berakhir dengan
permohonan pailit.
• Manfaat utama adalah hal ini memaksa semua pihak untuk menerima reorganisasi
kebangkrutan. Menawarkan banyak keuntungan dari kebangkrutan pada umumnya
jauh lebih efisien
• Permohonan disebut prepackage jika pada perusahaan mengajukan permohonan
ke pengadilan, namun pada saat yang sama, juga sudah melampirkan rencana
reorganisasi lengkap dengan persetujuan dari kreditor.
Z-Score Model
Edward Altman menciptakan model dengan menggunakan sejumlah rasio dalam laporan keuangan dan
menganalisis beberapa diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manfuktur yang sahamnya
diperdagangkan di bursa (publicly traded manufacturing firms).
Model tersebut adalah sebagai berikut:

𝐸𝐵𝐼𝑇 𝑁𝑒𝑡 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠
• 𝑍 = 3,3 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 + 1,2 + 1,0 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 + 0,6 + 1,4
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑒 𝑜𝑓 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠

Dimana:
• Z adalah indeks kebangkrutan (index of bankruptcy)
• Jika Z-score kurang dari 2,675, hal ini mengindikasikan bahwa peusahaan memiliki kemungkinan 95% untuk
bangkrut dalam waktu 1 tahun.
• Akan tetapi, hasil Altman Z-score menunjukkan bahwa score 1,81 sampai 2,99 merupakan grey area.
Dalam penerapannya kebangkrutan diprediksi akan terjadi jika Z ≤ 1,81 dan perusahaan diprediksi tidak
bangkrut jika Z ≥ 2,99.
Z-Score Model
Pada mulanya Altman Z-score, hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur yang sahamnya diperdagang
kan di bursa.
Altman kemudian merevisi modelnya agar dapat diterapkan untuk perusahaan non publik dan bukan perusahaan
manufaktur. Model tersebut adalah sebagai berikut:

𝑁𝑒𝑡𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐸𝐵𝐼𝑇 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦


𝑍 = 6,56 + 3,26 + 1,05 + 6,72
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Dimana jika:
• Z < 1,23 adalah indikasi perusahaan diprediksi akan bangkrut
• 1,23 ≥ Z ≤ 2,90 adalah grey area
• Z > 2,90 adalah indikasi perusahaan tidak bangkrut

Anda mungkin juga menyukai