Anda di halaman 1dari 16

AKSESIBILITAS

GEDUNG 5 FAKULTAS TEKNIK UNS

Dosen Pembimbing :

Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch.

Nurfatika Sekar Wardani I0217069

Oktarina Nathania Putri I0217070

Edison Eklesia Rumbekwan I0217094


LATAR BELAKANG Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas pada bangunan institusi pendidikan sering
Aksesibilitas adalah kemudahan kali dinomorduakan lantaran tidak adanya regulasi
yang disediakan bagi semua orang khusus yang mengatur pelaksanaan pendidikan
termasuk penyandang disabilitas dan
lansia guna mewujudkan kesamaan bagi penyandang disabilitas. Dalam hal ini,
kesempatan dalam segala aspek universitas dirasa tepat sebagai bahan studi kasus
kehidupan dan penghidupan. yang akan diangkat untuk melihat sejauh mana
Standar aksesibilitas bangunan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
gedung, fasilitas dan lingkungan terakomodasi. Dibandingkan dengan bangunan
termasuk detil ukuran dan
penerapannya diatur melalui Peraturan institusi pendidikan lainnya, universitas memiliki
Menteri Pekerjaan Umum (Permen cakupan yang lebih luas dan beragam, baik dilihat
PU) Nomor 30 Tahun 2006. dari penggunanya maupun fasilitas yang terdapat di
dalamnya.
a. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud aksesibiltas?
2. Bagaimana penerapan penggunaan aksesibilitas dalam
bangunan dan lingkungan?
b. Tujuan
3. Bagaimana penerapan lift yang baik dan benar sesuai
Tujuan utama dibuatnya makalah ini
dengan aturan dalam bangunan dan lingkungan?
adalah untuk lebih mengetahui tentang
aksesibiltas dan penerapannya pada bangunan,
sehingga penulis dapat mempelajari dan
mengkritisi sebuah bangunan.

c. Lingkup Batasan
Kenyamanan lift untuk penyandang disabilitas terkhusus
tunadaksa yang bergerak menggunakan kursi roda dan
tunanetra.
PENGERTIAN AKSESBILITAS
Aksesibilitas adalah keadaan atau ketersediaan hubungan dari satu tempat
ke tempat lainnya atau kemudahan seseorang atau kendaraan untuk bergerak
dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan
yang wajar.

Menurut wikipedia, Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh


orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Aksesibilitas juga
difokuskan pada kemudahan bagi penderita disabiltas untuk menggunakan
fasilitas seperti pengguna kursi roda harus bisa berjalan dengan mudah di trotoar
ataupun naik keatas angkutan umum.
PENGERTIAN PENYANDANG
DISABELITAS Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas
penyandang diartikan dengan orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disebutkan bahwa “Penyandang disabilitas adalah
disabilitas yang berarti cacat atau setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
ketidakmampuan6. Istilah disabilitas berasal dari
bahasa inggris dengan asal kata different ability, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka
yang bermakna manusia memiliki kemampuan waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
yang berbeda. Istilah tersebut digunakan sebagai
pengganti istilah penyandang cacat yang lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan
mempunyai nilai rasa negatif dan terkesan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan
diskriminatif.
warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Jenis-Jenis Penyandang
Disabilitas
Adapun jenis dan penyebab kecacatan bisa
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

a) Cacat didapat (Acquired) penyebabnya bisa karena


kecelakaan lalu lintas, perang/konflik bersenjata atau
akibat penyakit-penyakit kronis.

b) Cacat bawaan/sejak lahir (Congenital), penyebabnya antara


lain karenakelainan pembentukan organ-organ (organogenesis)
pada masa kehamilan,karena serangan virus, gizi buruk,
pemakaian obat-obatan tak terkontrol atau Karena penyakit
menular seksual.
Menurut UU Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta
permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
1. Penyandang Cacat Fisika.
a. Tuna Netra
b. Tuna Rungu / Wicara
c. Tuna Daska
d. penyandang Cacat Mental
 Tuna Laras
 Tuna Grahita
Persyaratan Aksesibilitas Penyandang
Disabilitas
Dalam merencanakan, dan melaksanakan pembangunan bangunan gedung dan lingkungan, harus
dilengkapi dengan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas serta wajib memenuhi persyaratan teknis fasilitas
dan aksesibilitas. Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi:

• Ukuran Dasar ruang • Lift tangga (stairway lift)


• Jalur pedestrian • Toilet
• Jalur pemandu • Pancuran
• Area parkir • Wastafel
• Pintu • Telepon
• Ram • Perlengkapan dan peralatan kontrol
• Tangga • Perabot
• Lift • Rambu dan marka
LOKASI
DENAH GEDUNG V

Lantai Dasar Lantai II

Lantai III
Lantai I
POTONGAN DAN TAMPAK

Potongan A-A’ Tampak Depan

Potongan B-B’
Tampak Belakang
Tampak Samping Kiri Tampak Samping Kanan
BAHASAN
Bahasan berisi mengenai keadaan Gedung 5
Fakultas Teknik UNS, yang meliputi user (kegiatan),
perancangan lift dan desain peletakan lift.

1. User 2. Perancangan Lift


Perancangan difokuskan pada tuna daksa Mengacu pada standar yang ditetapkan dalam Peraturan
(pengguna kursi roda) dan tuna netra di mana luasan Menteri No. 30 tahun 2006, ada 11 hal yang harus
area dan kejelasan informasi yang jelas menjadi acuan. diperhatikan dalam perancangan lift ramah difabel terkait
Karena pengguna gedung V fakultas Teknik UNS dengan area tunggu, lantai, dinding, panel, maupun indikator
terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu kaum yang digunakan. Berikut pemaparan tiap indikator.
difabel dan non difabel, maka standar ukuran
perancangan akan disesuaikan namun tetap dalam
rentang yang dapat dijangkau oleh kaum difabel.
d. Indikator Visual dan Suara
Pada ruangan lift juga diberikan indikator visual dan suara
yang menunjukkan tujuan lantai.
e. Lebar lift
a. Dibuat perbedaan permukaan bagian muka lantai pada Ukuran ruang lift dibuat dapat memuat pengguna kursi roda,
fasilitas lift dengan ruang maksimal 1,25 cm. mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift, yaitu
b. Lebar ruang tunggu 150 cm x 150 cm. Pada ketiga sisi ruangan lift juga diberikan
handrail atau pegangan tangan dengan ketinggian 85 cm
Ukuran lebar ruang tunggu masuk lift dibuat memenuhi
syarat yakni 185 cm, agar pengguna kursi roda dapat f. Permukaan dinding
menunggunakan ruang tunggu sebelum masuk lift dengan Permukaan dinding pada lift menggunakan material yang
baik. dapat memantulkan bayangan.
c. Panel/ tombol lift
Ketentuan tinggi panel/tombol lift yang berada baik diluar
maupun di dalam lift yakni untuk tinggi panel luar 90 -110
cm dan untuk tinggi panel lift yang berada di dalam
memiliki tinggi antara 90-120 cm. Selain itu, panel/tombol
lift menggunakan huruf braille sebagai akses untuk
pengguna tunanetra, sehingga individu tunanetra
mengetahui lantai yang akan dituju dengan menekan tombol
yang telah bertuliskan braille. Potongan
Peletakan Lift

Lift yang direncanakan akan diletakkan pada ruang terbuka


dekat dengan tangga menggantikan ruang himpunan teknik
sipil. Ruang tersebut dipilih karena mencukupi standar ukuran
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri No. 30 tahun 2006
dan juga letaknya yang berada ditengah-tengah bangunan
memudahkan pengguna untuk menjangkau seluruh ruang-
ruang yang terdapat dalam gedung 5 fakultas teknik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Tula, Jerry J. “Pelayanan Penyandang Disabilitas dalam Menggunakan Berbagai
Sarana Aksesibilitas.” Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. (2015).
Silva, C. (2011). Universal design. In N. Cohen & P. Robbins (Eds.), Green cities:
An A-to-Z guide (pp. 433-435). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications Ltd. doi:
10.4135/9781412973816.n135

Anda mungkin juga menyukai