HEPATITIS B
Oleh :
Yusmaharanis
1811901047
Pembimbing :
dr. Abdul Karim, Sp.PD
Faktor Agent virus dibagi atas 4 subtipe adw, adr, ayw, dan ayr
yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya
Faktor Lingkungan
VIDEO PATOFISOLOGI
HEPATITIS B
Patofisiologi Hepatitis B
Mendorong organ
Merangsang Kerusakan sel intraabdominal
hipotalamus hati dan empedu
• Hepatomegali
• Demam ringan • Splenomegali
• Ikterus • Eritema palmar
• Hepatomegali • Spider nevi
• Vaskulitis
Pemeriksaan Penunjang
HBsAg Anti HBeAg Anti Anti HBc Total DNA-VHB
HBs HBe IgM Anti HBc
Periode Inkubasi + - - - - - +
+ - Hepatitis B kronik
- + Hepatitis B akut
- - Fungsi hati yang Abnormal yang bukan
disebabkan virus Hepatitis B
Hepatitis B Kronis
TATALAKSANA Pada saat ini dikenal 2 kelompok
terapi untuk terapi hepatitis B kronik, yaitu:
Hepatitis B Akut
Kelompok Imunomodulator
Infeksi virus hepatitis B akut
Interferon
tidak membutuhkan terapi
Timosin alfa 1
antiviral.
Vaksinasi terapi
Terapi yang diberikan hanya
Kelompok Terapi Antivirus
terapi suportif dan
Lamivudin
simptomatik karena sebagian
Adefovir dipivoksil
besar infeksi hepatitis B akut
Entekavir
pada dewasa dapat sembuh
Telbivudin
spontan.
Tenofovir
Lanjutan TATALAKSANA . . .
Obat Indikasi Dosis anjuran untuk Dewasa Rute Pemberian Efek Samping
Lamivudin Hepatitis B Kronik 100 mg sekali sehari (150 mg s Oral Nyeri kepala, pusing berputar,
ekali sehari jika terdapat ko-inf insomnia, rasa lelah, mulut kering,
eksi dengan HIV) dan perut tidak terasa enak
Adefovir Hepatitis B Kronik 10 mg sekali sehari Oral Nyeri kepala, diare, astenia, dan
nyeri abdomen
Entekavir Hepatitis B Kronik 0,5 – 1 mg sekali sehari Oral Nyeri kepala, rasa lelah, pusing
berputar, dan mual
Telbivudin Hepatitis B Kronik 600 mg sekali sehari Oral Rasa lelah, nyeri kepala, nyeri
abdomen, ISPA, serta mual dan
muntah
Interferon alfa-2b Hepatitis B Kronik 5 juta unit sekali sehari atau 10 Subkutis atau Gejala seperti flu (nyeri kepala,
juta unit tiga kali seminggu intramuscular demam, menggigil, myalgia, dan
malaise
Interferon alfa-2a Hepatitis B Kronik 180 mcg sekali seminggu subkutis
pegylated
DIAGNOSIS BANDING
KOMPLIKASI
Sirosis hepatis
Karsinoma hepatoseluler
PROGNOSIS
• Mortalitas keseluruhan dari VHB akut 1-3%
• 25-30% pasien kronis akan mengalami Hepatitis
B kronik progresif yang berakhir dengan sirosis
hepatis fulminan dengan nekrosis hati massif
• Tingkat keparahan penyakit Usia
Bab III
Kesimpulan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. L
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status pernikahan : Kawin
Alamat : Sungai Mandau
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 26 Januari 2019
(Via Igd pukul 10:26 WIB)
Ruang : Safa 7
No. MR : 21.22.26
Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Nyeri perut memberat sejak ± 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Tengku Rafi’an Siak via IGD dengan keluhan nyeri p
erut sejak ± 4 hari SMRS. Pasien ini merupakan rujukan puskesmas sungai Mandau. Ny
eri dirasakan di perut kanan atas. Nyeri bertambah berat saat beraktivitas dan berkurang
saat dibawa istirahat. Keluhan juga disertai dengan mual, muntah, anoreksia, dan sering
kelelahan.
Selain itu pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan sejak 1 bulan ini dengan baju sehari – hari terasa longgar. Pasien mengaku BAK
bewarna pekat seperti air teh dan Tidak ada BAB sejak ± 6 hari SMRS.
Keluhan lain seperti batuk (-), sesak nafas (-), gatal-gatal di seluruh tubuh (-) d
an demam (+). Demam hilang timbul sejak ± 1 minggu SMRS. Demam tidak disertai den
gan menggigil. Pasien juga mengatakan badannya tiba – tiba berwarna kuning setelah ti
dak ada demam lagi ± 2 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
(RPD) (RPK)
Pasien pernah menderita nyeri perut Pasien menyatakan bahwa
seperti ini sebelumnya. Dan meminum obat lalu tidak ada anggota keluarga yang
sembuh. Penderita baru pertama kali mengalami mengalami hal yang serupa dengan
mata kuning. Riwayat kontak dengan penderita pasien. Riwayat penyakit kuning,
penyakit kuning (-), Riwayat tranfusi darah, diabetes melitus, alergi, hipertensi,
riwayat memakai obat –obatan lewat jarum suntik, penyakit penyakit jantung didalam
TB, diabetes melitus, riwayat hipertensi, riwayat keluarga disangkal pasien.
penyakit jantung, riwayat alergi disangkal pasien.
Serologi
- HBsAg : Reaktif
Lanjutan pemeriksaan penunjang . . .
HBsAg : Reaktif
Lanjutan FOLLOW-UP. . . 3. Senin, Nyeri pe TD : 100/60 Hepatitis - N. IVFD Aseri
28/01/ rut kana mmHg B reaktif ng 20 tpm
2. Minggu Nyeri per TD : 110/80 m Hepatitis - N. IVFD Asering
ut kanan 2019 n atas ( N : 90 x/men - Inj. Omeprazo
, 27/01/ mHg B reaktif 20 tpm
atas (+),
2019 N : 88 x/menit - Inj. Omeprazole
+), mual it le 2 x 40 mg
mual (+),
muntah (- R : 18 x/menit 2 x 40 mg (+), mun R : 24 x/men - Inj. Ondansetr
), penuru
T : 36,8 oC - Inj. Ondansetron tah (-), p it on 2 x 4 mg
nan nafsu
Tampak sklera 2 x 4 mg
makan (+ enuruna T : 36,3 oC - Inj. Cefriaxon
), Badan l ikterik, kulit kun - Inj. Cefriaxone 2
emas (+) n nafsu Tampak skle e 2 x 1 aff
ing, Nyeri teka x1
n abdomen ku - Curcuma 3 x 20
makan ( ra ikterik, kul - Inj. Cefotaxim
adran kanan at mg +), Bada it kuning, Ny e2x1
as (+), hepato - Hepa Q 3 x 1 n lemas eri tekan abd - Curcuma 3 x
megali (+) - Sebivo 1 x 600
(+) omen kuadr 20 mg
mg
an kanan ata - Hepa Q 3 x 1
Hb : 10,0
SGOT : 1345
s (+), hepato - Sebivo 1 x 60
SGPT : 1285 megali (+) 0 mg
HBsAg : Reakti Usg Hepar :
f
(-)
Lanjutan FOLLOW-UP. . . 5. Rabu, Nyeri p TD : 100/70 Hepatitis B - N. IVFD Aseri
30/01/ erut ka mmHg reaktif ng 20 tpm
4. Selas Nyeri pe TD : 80/60 m Hepati - N. IVFD Aseri
2019 nan at N : 78 x/me - Inj. Omeprazol
a, 29/ rut kana mHg tis B re ng 20 tpm
as (+), nit e 2 x 40 mg
01/ 20 n atas ( N : 73 x/menit aktif - Inj. Omeprazo
mual (- R : 18 x/me - Inj. Ondansetr
19 +), mual R : 18 x/menit le 2 x 40 mg
), munt nit on 2 x 4 mg
(+), mu T : 37,0 oC - Inj. Ondansetr
ah (-), T : 37,4 oC - Inj. Cefriaxone
ntah (-), Tampak skler on 2 x 4 mg
penuru Tampak skl 2 x 1 aff
penurun a ikterik, kulit - Inj. Cefriaxon
nan na era ikterik, k - Inj. Cefotaxim
an nafs kuning, Nyeri e 2 x 1 aff
fsu ma ulit kuning, e2x1
u maka tekan abdome - Inj. Cefotaxim
kan (+) Nyeri tekan - Curcuma 3 x 2
n (+), B n kuadran kan e2x1
, Bada abdomen k 0 mg
adan le an atas (+), h - Curcuma 3 x
n lema uadran kan - Hepa Q 3 x 1
mas (+) epatomegali ( 20 mg
s (+) an atas (+), - Sebivo 1 x 60
+) - Hepa Q 3 x 1
hepatomeg 0 mg
- Sebivo 1 x 60
ali (+)
0 mg
Lanjutan FOLLOW-UP. . .
6. Selasa, 31 Nyeri perut k TD : 90/60 mmHg Hepatitis - N. IVFD Asering 20 tpm
/01/ 2019 anan atas (+) N : 73 x/menit B reaktif - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
, mual (+), m R : 20 x/menit - Inj. Ondansetron 2 x 4 mg
untah (-), pen T : 36,7 oC - Inj. Cefriaxone 2 x 1 aff
urunan nafsu Tampak sklera ikteri - Inj. Cefotaxime 2 x 1
makan (+), B k, kulit kuning, Nyeri - Curcuma 3 x 20 mg
adan lemas ( tekan abdomen kua - Hepa Q 3 x 1
+) dran kanan atas (+), - Sebivo 1 x 600 mg
hepatomegali (+)
Bab IV
Pembahasan
Lanjutan pembahasan . . .
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyakit hepatitis memiliki gejala
klinis seperti kulit dan sklera ikterik, demam, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, penurunan berat badan teru menerus. Berdasarkan gejala
tersebut pasien mengidap hepatitis. Infeksi oleh virus hepatitis
menyebabkan inflamasi hepar kemudian inflamasi yang terus menerus
sehingga mengakibatkan kerusakan sel hati dan terjadinya peningkatan
bilirubin kemudian menjadi ikterus pada kulit dan sklera.
Lanjutan pembahasan . . .
Peningkatan bilirubin juga berpengaruh pada sistem eskresi, hal tersebut
mengakibatkan urin menjadi gelap seperti teh. Pembesaran hati yang terjadi
pada pasien mendesak lambung pasien sehingga pasien merasa tidak nyaman dan
pasien sering mual muntah dan nafsu makan pasien menjadi berkurang terus
menerus dan berat badan turun.
Pada kasus ini, ditemukan hasil pemeriksaan HbsAg positif yang merupakan
suatu pertanda adanya infeksi pada hati oleh virus HBV, pertanda replikasi
seperti HbeAg dan DNA HBV, pertanda untuk mengetahui akut atau kronik yaitu
IgM anti-HBc yang menunjukkan adanya kerusakan hati.
Selain itu USG abdomen pada pasien ini menampakkan pembesaran hati
serta penurunan densitas hepar sesuai gambaran hepatitis.
Bab V
Kesimpulan
Hepatitis B adalah penyakit merupakan
infeksi virus hepatitis B (VHB) yang Penularan VHB sama seperti penula
ditandai dengan peradangan difus pada ran human immunodeficiency virus (
jaringan hati, bersifat simptomatik HIV) yaitu melalui kontak dengan d
maupun asimptomatik arah atau cairan tubuh dari orang y
ang terinfeksi VHB. Namun VHB be
rpotensi 50-100 kali lebih infeksius
dibanding HIV.
HEPATITIS B
Pencegahan terhadap infeksi virus
hepatitis B dilakukan melalui
vaksinasi. Indonesia telah
Mortalitas keseluruhan dari VHB akut melaksanakan pemberian vaksinasi
1-3%. 25-30% pasien kronis akan hepatitis B secara rutin dalam
mengalami Hepatitis B kronik progresif Program Pengembangan Imunisasi
yang berakhir dengan sirosis hepatis (PPI) sejak tahun 1992
fulminan dengan nekrosis hati massif
referensi
• Cariappa MMP, Jayaram BJ, Bhalwar CR, Praharaj C, Mehta VK, Kapur LK. Epidemiological
differentials of hepatitis B carrier state in the army: a community based seroepidemiolo
gical study. MJAFI. 2004;60:251-4.
• Glynn SA, Kleinmann SH, Schreiber GB. Trends in incidence and prevalence of major tran
sfusion transmissible viral infection in USblood donors, 1991 to 1996: The Retrovirus Epi
demiology Donor Study (REDS). JAMA. 2000;284:229-53.
LANJUTAN . . .
• Sanityoso A, Christine G. Hepatitis viral akut dalam buku ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed.
jil II. Indonesia: Balai Penerbit FKUI; 2014.
• Ganem D, Prince AM. Hepatitis B virus infection natural history and clinical consequences
. N Engl J Med.2004;350:1118-29.
• Dienstag JL. Acute viral hepatitis in Harrison’s Principle of internal medicine, 17th ed, vol
II. 2008. USA:McGraw Hill Medical. P 1932-4.
• Soemohardjo S, Gunawan S. Hepatitis B kronik dalam buku ajar ilmu penyakit dalam, 4th e
d, jil II. Indonesia: Balai Penerbit FKUI; 2014.
• Siti nurdjanah. Sirosis hepatis dalam buku ajar ilmu penyakit dalam, 4th ed, jil II. Indones
ia: Balai Penerbit FKUI; 2014.