LUKA BAKAR
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 27-11-09
Usia : 49 tahun
Status perkawinan : Menikah
Mulut
Bibir : normal
Tonsil : T1-T1 tenang
Langit-langit : normal
Bau pernapasan: tidak khas
Gigi geligi : normal
Trismus : tidak ada
Faring : tidak hiperemis,jelaga (-)
Selaput lendir : normal
Lidah : tidak kotor, tidak kering,
jelaga (-)
Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri
dengan ukuran 10 x 2 cm warna kulit merah
pucat
Tekanan vena Jugularis (JVP): 5-2 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Buah dada : simetris
Retraksi sela Iga : (-)
Paru-paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri : simetris dalam kondisi statis dan dinamis
Kanan : simetris dalam kondisi statis dan dinamis
Palpasi Kiri : vokal fremitus normal vokal fremitus
normal
Kanan : vokal fremitus normal vokal fremitus
normal
Perkusi Kiri :sonor sonor
Kanan :redup redup
Auskultasi Kiri : Vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler, Rh
(-), Wh (-)
Kanan :vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler Rh(-),
Wh (-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
Palpasi : iktus kordis di sela iga V di linea
midclavicula kiri
Perkusi Batas kanan jantung : sela iga V,
linea sternalis
kanan
Batas kiri jantung : sela iga V, 1
jari medial linea midclavikula kiri
Batas atas jantung : sela iga II,
linea parasternalis kiri
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), Gallop(-)
Perut
Inspeks i : datar, tidak ada ascites, Tampak luka bakar
berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)
Palpasi : supel, NT epigastrium (+)
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : balotemen - / -
Lain-lain :-
Perkusi : shifting dullness (-)
fluid wave / undulasi (-)
tymphani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Terdapat Luka Bakar Grade II di lengan
kiri dan tungkai kiri serta lengan kanan
Status Lokalis
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
daerah leher kiri dengan ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
pinggirnya di daerah regio brachii dan antebrachii sinistra ukuran
50 x 10 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian belakang,
bullae (+)(derajat II 9%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen
dekat umbilikus memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II
3%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur
(depan) sampai kruris depan sinistra dan memanjang ke bawah,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur
(depan) sampai kruris depan dekstra dan memanjang ke bawah ,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
D. Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hematologi 27 November 2009
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 16.100/mm3
Trombosit : 257.000/mm3 (n)
Ht : 44 % (n)
Hasil laboratorium pada tanggal 28 November 2009
Hb : 16,1 g/dl
Leukosit : 24.200/mm3
Eritrosit : 3,92 juta/uL
Trombosit : 213.000/mm3 (n)
Ht : 30 % (n)
LED : 6 (n)
MCV : 85 fL (n)
MCH : 27 (n)
MCHC : 32 g/uL (n)
Fungsi Ginjal
Kreatinin : 1,3 mg/dl (n)
Ureum : 39 mg/dl (n)
Elektrolit
Na : 133 mmol/Lt
K : 3,68 mmol/Lt (n)
Cl : 112 mmol/Lt
Pemeriksaan Hitung jenis leukosit
Basofil : 0% (0-1%)
Eosinofil : 0% (1-4%)
Segment neutrofil : 86% (35-70%)
Neutrofil : 1% (3-5%)
Limfosit : 6% (20-40%)
Monosit : 7% (2-10%)
Hasil laboratorium pada tanggal 3 Desember 2009
Trigliserida 159 mg/dL
Kolesterol HDL 25 mg/dL
Kolesterol LDL 83 mg/dL (n)
Elektrolit
Natrium :144 (n)
Kalium :4,23 (n)
Chlorida :110
Hb : 12,8 g/dl
Leukosit : 11.800/mm3
Eritrosit : 4,74 juta/uL
Trombosit : 261.000/mm3 (n)
Ht : 40 % (n)
LED : 6 (n)
MCV : 85 fL (n)
MCH : 27 (n)
MCHC : 32 g/uL (n)
Masa perdarahan : 14 menit (n)
Masa pembekuan : 3 menit (n)
Fungsi Ginjal
Kreatinin : 1,0 mg/dl (n)
Ureum : 41 mg/dl
Elektrolit
Na : 133 mmol/Lt
K : 3,68 mmol/Lt (n)
Cl : 112 mmol/Lt
Pemeriksaan Hitung jenis leukosit
Basofil : 1% (0-1%)
Eosinofil : 5% (1-4%)
Segment neutrofil : 71% (35-70%)
Neutrofil : 5% (3-5%)
Limfosit : 11% (20-40%)
Monosit : 12% (2-10%)
Kolesterol total : 140 (n)
E. Resume
Anamnesa
1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang membakar sate. OS
yang sedang hendak menyiapkan pembakaran sate terkena
ledakan dari dirigen minyak tanah yang terletak dekat dari
sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS berusaha
membantu memadamkan dengan berniat menyiramkan air tapi
ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api
disekujur tubuh OS malah semakin membesar, OS terkapar di
tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan akhirnya orang-orang
sekitar cepat-cepat memadamkan dengan jalan menyiramkan air
dan juga dengan menggunakan kain. Kejadian ini terjadi pada
halaman belakang rumah pasien (terbuka) dan ketika jatuh ke
tanah OS mengaku tidak membentur sesuatu. Tidak ada sesak
atau penurunan kesadaran
Status Lokalis
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
daerah leher kiri dengan ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
pinggirnya di daerah regio brachii dan antebrachii sinistra ukuran
20 x 5 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian belakang,
bullae (+) (derajat II 9%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen
dekat umbilikus memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II
3%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris
depan dekstra dan memanjang ke bawah ukuran 20 x 6 cm,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris
depan dekstra dan memanjang ke bawah ukuran 22 x 5 cm,
bullae (+) (derajat II 4,5 %)
F. Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
jasmani dan pemeriksaan laboratorium
rutin :
Luka bakar derajat II dengan luas
luka bakar +/- 23%
G. Pemeriksaan yang dianjurkan
Albumin/total protein serum , AGD, kadar COHb
H. Terapi
Prinsip Primary survey ABCDE lanjut secondary
survey
Terapi Cairan Baxter: Ringer Laktat 4cc x BB x % luka
bakar; 4 x 75 x 23 = 6900 cc/24 jam. Diberikan
setengahnya pada 8 jam pertama dan sisanya 8 jam
berikutnya. Untuk keesokan harinya berikan setengah
jumlah dari hari pertama dan seterusnya.
Pemasangan dauer kateter untuk monitoring volume
urine (monitoring volume cairan input dan output).
Pemasangan Nasogastric tube.
Injeksi Tetanus Toxoid 1 cc intramuskuler.
Antibiotik Cefotaxim 2 x 1 gram.
Antrain 3 x 1 ampul.
Ranitidin 2 x 1 ampul.
Pencucian luka dengan NaCl lalu diolesi dengan
Burnasin dan ditutup dengan sufratul dan verban
steril.
Rawat Inap
Direncanakan untuk operasi pembersihaan luka,
eskarotomi, nekrotomi.
Lakukan penggantian verban dan perawatan luka
berkelanjutan
Dilakukan tindakan eskarotomi dan nekrotomi pada
tanggal 8 Desember 2009:
Pasien dibaringkan dalam general anastesi
Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah
operasi
Dilakukan tindakan nekrotomi dan eskarotomi
Penutupan luka dengan sufratulle, kasa steril kompres
penicilin prokain, lalu ditutup dengan verban gulung
Operasi selesai
Instruksi Post Operasi
Puasa sampai sadar benar, IVFD RL 24 tpm, tampung
urine, medikasi: ceftizoxime 2x1 gram, remopain 2x30mg,
gastridin 3x1 ampul, omeprazole 2x1 ampul, sactivis
2x30mg
I.Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR (COMBUTIO)
PENDAHULUAN
cedera yang cukup sering dihadapi para
dokter.
Penyebab selain terbakar api langsung atau
tidak langsung, juga pajanan langsung dari
sinar matahari, listrik maupun kimia.
Luka bakar karena siraman air panas cukup
sering pada kecelakaan rumah tangga.
DEFINISI
Merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber
panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber
listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi
Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di
tempat yang lebih dalam dari akhir sistem
persarafan.
komplikasi yang fatal shock, infeksi, ketidak
seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan
masalah distress pernapasan. distress emosional
(trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan
cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika 2 sampai 3 juta penderita
setiap tahunnya dengan jumlah kematian
5 - 6 ribu kematian/tahun
Di Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di
laporkan 107 kasus luka bakar yang
dirawat, dengan angka kematian 37,38%
sedangkan di Rumah Sakit Dr.Sutomo
Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106
kasus luka bakar, kematian 26, 41 %.
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok
karena kaget dan kesakitan
Pembuluh kapiler yang terkena suhu
tinggi rusak sel darah yang di dalamnya
ikut rusak anemia
Permeabilitas udem + bula dengan
membawa serta elektrolit volume
cairan intra vaskuler
Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1
%, “Blood Volume ”setiap 1 % luka
bakar.
insensible water loss meningkat
>20 % syok hipovolemik
Pada kebakaran daerah muka cedera
inhalasi + keracunan CO
luka bakar yang berat ileus paralitik
Stres dan beban faali tukak peptic
(tukak curling) Hematemesis melena
Patofisiologi cont.d..
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Secara klinis
Laboratorium : Hb,Ht,Leukosit,trombosit,
Electrolit, albumin, fungsi ginjal, AGD, COHb
KOMPLIKASI
Syok karena kehilangan cairan.
Sepsis / toksis.
Gagal Ginjal mendadak
Cedera Inhalasi
PROGNOSA :
Tergantung derajad luka bakar.
Luas permukaan
Daerah yang terkena, perineum, ketiak,
leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.
Usia dan kesehatan penderita.
FASE LUKA BAKAR
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai
penderita mendapat perawatan di IRD
/Unit luka bakar.
Ancaman ganguan ABC + cedera inhalasi
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir
atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh
tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan.
Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya
kontraktur.
PENYEBAB LUKA BAKAR
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar
dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara
lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
DERAJAT LUKA BAKAR
Derajat luka bakar
LUKA BAKAR
LUAS LUKA BAKAR
KRITERIA BERAT RINGANNYA
(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 – 20 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
-Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA
BAKAR FASE AKUT.
Pada penanganan penderita dengan trauma
luka bakar, seperti pada penderita trauma –
trauma lainnya harus ditangani secara teliti
dan sistematik.
I. Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
C. Anamnesis
D. Pemeriksaan luka bakar
Penanganan di Ruang Emergency
Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila
melakukan pemeriksaan penderita.
Bebaskan pakaian yang terbakar.
Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan
menyeluruh untuk memastikan adanya trauma
lain yang menyertai.
Bebaskan jalan napas.
Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-
50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk
anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam
untuk anak dibawah 2 tahun.
Dilakukan pemasangan Foley kateter
Di lakukan pemasangan nosogastrik tube
morfin intravena
Timbang berat badan
Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan.
Pencucian Luka di kamar operasi dalam
keadaan pembiusan umum
Eskarotomi
Penutupan luka dapat terjadi atau dapat
dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka
yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi.
RESUSTASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x
% luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah
kebutuhan faali.
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam
pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1
cc
2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5
2000 cc
Hari I --- 8 jam X ½
---16 jam X ½
Hari II -- ½ hari I
Hari ke III --- kari ke II
TRAUMA INHALASI
Mekanisme kerusakan saluran napas.
1. Trauma panas langsung
2. Keracunan asap yang toksik
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita
luka bakar terdapat 3 atau lebih dari keadaan berikut :
Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
Sputum tercampur arang
Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau
tenggorokan.
penurunan kesadaran.
Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas
bernapas dan adanya wheezing atau rasa tidak nyaman
pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
Gejala distress napas. Takipea
Sesak atau tidak ada suara.
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
2. Gas Darah
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum berarang, edema
mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan
dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
PENATALAKSANAN
1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau
tanpa kanul trakeostomi.
2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.
3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala
serta bronchial washing.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6
jam.
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.
◦ Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)
◦ Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit),
sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan
hasil pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran
hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila
masalah pernapasan telah diatasi.
8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk
atau setengah duduk.
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.
KESIMPULAN
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu
cedera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat komplek dengan
biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas
dan mortalitas karena beberapa faktor penderita,
factor pelayanan petugas, factor fasilitas
pelayanan dan faktor cideranya.
Untuk penanganan luka bakar perlu perlu
diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar,
derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar.
Pada penanganan luka bakar seperti penanganan
trauma yang lain ditangani secara teliti dan
sistematik.
Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik –
baiknya karena pertolongan pertama kali sangat
menentukan perjalanan penyakit ini.
THANKS FOR UR
ATTENTION!
TERIMA KASIH…