Anda di halaman 1dari 9

OLEH

ANGELI SIMANULLANG (170205109)


ANITA RAHAYU PERANGIN ANGIN (170205110)
GRACESELLA SIREGAR (170205114)
MEISYE JANE AGNES SINAGA (170205106)
NELLA MAHARISA SEMBIRING (170205183)
SAFYA KHAIRANI (170205117)
TRI AULIA (170205116)
SANTA LUSIA BR TARIGAN (170205184)
SEJARAH
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan manusia. Catatan tertulis
mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode
Mesopotamia yang ditulis 4000 tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis
pada 2300 SM. Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala penyakit yang
menyerupai rabies.
Aristotle, pada 400 SM, menulis di Natural History of Animals edisi 8, bab 22
“ .... anjing itu menjadi gila. Hal ini menyebabkan mereka menjadi agresif dan semua binatang
yang digigitnya juga mengalami sakit yang sama. ”
Hippocrates, Plutarch, Xenophon, Epimarcus, Virgil, Horace, dan Ovid adalah orang-
orang yang pernah menyinggung karakteristik rabies dalam tulisan-tulisannya. Celsius,
seorang dokter di zaman Romawi, mengasosiasikan hidrofobia (ketakutan terhadap air)
dengan gigitan anjing, pada tahun 100 Masehi. Cardanus, seorang penulis zaman Romawi
menjelaskan sifat infeksi yang ada di air liur anjing yang terkena rabies. Pada penulis
Romawi zaman itu mendeskripsikan rabies sebagai racun, yang mana adalah kata Latin bagi
virus. Pliny dan Ovid adalah orang yang pertama menjelaskan penyebab lain dari rabies,
yang saat itu disebut cacing lidah anjing (dog tongue worm).Untuk mencegah rabies di
masa itu, permukaan lidah yang diduga mengandung "cacing" dipotong. Anggapan tersebut
bertahan sampai abad 19, ketika akhirnya Louis Pasteur berhasil mendemonstrasikan
penyebaran rabies dengan menumbuhkan jaringan otak yang terinfeksi pada tahun
1885 Goldwasser dan Kissling menemukan cara diagnosis rabies secara modern pada tahun
1958, yaitu dengan teknik antibodi imunofluoresens untuk menemukan antigen rabies pada
jaringan.
PENYEBAB
Rabies disebabkan oleh virus lyssaviruses. Virus ini ditularkan ke manusia melalui
hewan yang sebelumnya telah terjangkit penyakit ini. Seseorang dapat terjangkit
rabies jika air liur dari hewan rabies tersebut masuk ke tubuhnya melalui gigitan,
Bahkan melalui cakaran pun bisa jika hewan rabies tersebut sebelumnya telah
menjilati kuku-kukunya. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, seseorang
terjangkit rabies karena luka di tubuhnya terjilat oleh hewan yang terinfeksi.

Selain ditularkan oleh hewan, penularan penyakit rabies dari manusia ke manusia
pun bisa terjadi. Namun sejauh ini yang terbukti adalah penularan melalui
transplantasi atau pencangkokan organ.

Di Indonesia, 98 persen kasus rabies ditularkan melalui gigitan anjing dan 2 persen
ditularkan melalui gigitan kucing dan kera. Di indonesia juga, rabies pada hewan
sudah ditemukan sejak tahun 1884. Sedangkan kasus rabies pada manusia di
Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat.
PENYEBARAN
Waktu yang dibutuhkan virus rabies untuk berinkubasi sangat
bervariasi, namun biasanya antara dua minggu sampai tiga bulan.
Pada kasus yang jarang terjadi, inkubasi virus terjadi hanya dalam
waktu empat hari. Masa inkubasi adalah jarak waktu ketika virus
pertama kali masuk ke tubuh sampai gejala muncul.

Setelah tergigit hewan berpenyakit rabies, virus akan berkembang


biak di dalam tubuh inang. Selanjutnya virus-virus tersebut akan
menuju ujung saraf dan berlanjut menuju saraf tulang belakang serta
otak yang mana perkembangbiakan terjadi dengan sangat cepat.
Setelah itu, virus rabies menyebar ke paru-paru, kelenjar air liur, hati,
ginjal, dan organ-organ lainnya.
PENGOBATAN
 PERAWATAN LUKA
• Tindakan pertama sedini mungkin adalah : segera cuci luka dengan sabun selama 5-10 menit. Pada
bekas gigitan berikan antiseptik dan antibiotik.
• Diberi VAR (Vaksin Anti Rabies) / SAR (Serum Anti Rabies)
• Jangan menjahit atau menggunting jaringan luka gigitan, karena akan menambah luka / memperbesar
pintu masuk virus
• Bila luka compang-camping dan memerlukan jahitan maka boleh dilakukan jahit
• Dirawat dan diobati seperti luka biasa
• Bila luka pada daerah resiko tinggi maka pencucian luka harus lebih intensif dan teliti
• Daerah resiko tinggi : daerah yang memiliki saraf sensoris yang rapat seperti kepala, leher, telapak
tangan dan genitalia (alat kelamin)
 PEMBERIAN VAR (VAKSIN ANTI RABIES)
• Hari pertama : 1x lengan kanan dan 1x lengan kiri
• Hari kedua : 1x lengan kiri
• Hari ke-21 : 1x lengan kanan
• Booster : 1x hari ke-30 bila penderita diberi SAR (Serum Anti Rabies)
Jika penderita diberi SAR (Serum Anti Rabies), VAR (Vaksin Anti Serum) tetap diberi
GEJALA

Gejala-gejala penyakit rabies pada manusia yaitu :


1. Demam tinggi
2. Sakit kepala
3. Kesulitan untuk tidur atau insomnia
4. Hilang nafsu makan
5. Tubuh yang terasa sangat lelah.
6. Rasa sakit dan rasa gatal di area yang terinfeksi.

Ketika gejala penyakit rabies memasuki fase akhir, baik manusia atau hewan yang
mengalaminya bisa mengalami kematian.
ISU TERKINI
EMPAT WARGA SUKABUMI DIGIGIT
ANJING DIDUGA RABIES
LANJUTAN 1
 REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak empat orang warga Desa Cijangkar,
Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi digigit anjing yang diduga rabies.
Keempatnya digigit oleh anjing peliharaan salah seorang warga pada Senin (15/1).
 Informasi yang diperoleh menyebutkan, keempat warga yang terkena gigitan anjing
adalah Sahroni alias Kokom (51 tahun), Dedi (30), Asep Mus (33), dan Arsyi (7). Dari
keempat orang tersebut sebanyak tiga di antaranya telah mendapatkan vaksin antirabies
(VAR) dan satu orang lainnya yakni Dedi belum mendapatkannya. "Korban gigitan
anjing totalnya empat orang," ujar Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten
Sukabumi Irwan Karmawan kepada wartawan, Selasa (16/1).
 Rinciannya, terang dia Sahroni dan Dedi digigit anjing di Kampung Lembur Sewa RT 04
RW 05 Desa Cijangkar. Sementara Asep dan Arsyi digigit anjing di Kampung Cijangkar
RT 02 RW 06.
 Iwan mengagtakan, warga yang pertama kali digigit anjing adalah Sahroni pada Senin
ketika hendak menjemput istrinya di pasar. Sementara korban lainnya yakni Asep dan
Arsyi mendapatkan serangan anjing ketika berada di depan rumahnya.
 Menurut Iwan, anjing yang menggigit tersebut merupakan hewan peliharaan salah
seorang warga di kampung di Desa Cijangkar. Ia menerangkan anjing yang berwarna
putih ini telah ditangkap oleh warga dan kini sudah mati.
LANJUTAN 2
 Iwan menerangkan petugas di lapangan telah membawa sample kepala anjing untuk diperiksa di
laboratorium di Bogor. Hal ini lanjut dia untuk memastikan apakah hewan tersebut positif rabies
atau tidak.
 Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Peternakan Disnak Sukabumi Winda Sri Rahayu menambahkan, sampel kepala anjing telah
dibawa ke laboratorium pada Selasa pagi. "Saat ini baru dugaan rabies dan akan dipastikan di
laboratorium," kata dia.
 Di sisi lain untuk penanganan korban gigitan lanjut Iwan, ke empat korban telah diupayakan
mendapatkan VAR dari tim medis. Hasilnya kata dia tiga orang sudah diberikan VAR yakni Asep
Mus, Arsyi dan Sahroni. Sementara lanjut dia Dedi belum diberikan vaksin karena tidak ada di
rumahnya.
 Kepala Puskesmas Cijangkar Lilis Ilahayati menerangkan, petugas puskesmas telah memberikan
VAR kepada warga yang digigit anjing diduga rabies. "Pengobatan untuk tindakan yang pertama
setelah di periksa adalah pemberian VAR," terang dia.
 Pemberian VAR ini ungkap Lilis, dilakukan selama tiga kali. Rincannya yakni vaksin diberikan
pada saat digigit, dan diulang di hari ke-7 dan ke-21. Ia menerangkan, selama bertugas di Cijangkar
ia sudah tiga kali menangani kasus gigitan anjing diduga rabies.
 Salah seorang korban gigitan anjing, Asep Mus mengatakan, anjing tersebut awalnya menggigit
anaknya Arsyi yang tengah bermain di halaman rumah. "Pada saat akan menghalau, anjing itu
malahan balik menggigit pada bagian kaki," cetus dia. Selepas itu ia bersama anaknya segera ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

Anda mungkin juga menyukai