Anda di halaman 1dari 147

ELEKTROKARDIOGRAM

Indah Noormala Santi


14711172
EKG adalah alat yang berfungsi untuk
Definisi merekam aktivitas listrik jantung (yang
dilihat dari berbagai sisi)
PRINSIP
• Depolarisasi :
perubahan potensial
membrane sel jantung
dari nilai negative ke
positif

• Repolarisasi :
keadaan setelah fase
depolarisasi berlalu

• Defleksi positif
• Defleksi negatif
Sistem
konduksi listrik
jantung
Prekordial

Ekstremitas standar

Ekstremitas
diperkuat/augmented
V1: Septum
V2: Septum
V3: Anterior
V4: Anterior
V5: Lateral
V6: Lateral
SADAPAN ELEKTRODA ELEKTRODA VIEW OF HEART
NEGATIF POSITIF
I RA LA (left arm) Lateral
II RA LL (left leg) Inferior
III LA LL (left leg) Inferior
SADAPAN ELEKTRODA POSITIF VIEW OF HEART
aVL LA (left arm) Lateral
aVR RA (right arm) -
AVF LL (left leg) Inferior
Garis horizontal  Menunjukan waktu
1mm = 0,04 dtk
5mm = 0,20 dtk.
Garis vertical  Menggambarkan
voltage
1mm = 0,1 mv
5 mm =0,5 mv
1. Menentukan irama : sinus/bukan sinus
2. Laju QRS : …..x/menit
3. Regularitas: Reguler/ireguler
4. PR interval:…..detik (Memanjang/memendek)
5. Aksis (normal/deviasi)
6. Morfologi gelombang
- Gelombang P
- Komplek QRS
- Segmen ST
- Gelombang T
7. Interpretasi
8. Diagnosis
SISTEMATIKA INTERPRETASI EKG
1. Menentukan irama : Sinus /
bukan sinus
Irama jantung yang normal adalah irama sinus,
penjalaran impuls listrik yang teratur dan berasal
dari SA node
Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus
adalah:
1. Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2. Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)
3. P di lead II positif, P di lead aVR negatif
4. FDJ antara 60-100x/menit, reguler
SISTEMATIKA INTERPRETASI EKG (con’t)
2. Menentukan irama reguler/irregular
Ukur interval R-R dan interval P-P
Reguler : jika interval konstan
Irreguler : jika interval tidak sama
3. Frekuensi  lihat laju QRS
Normal : 60-100x/menit
Bradikardi : <60/menit
Takikardi : >100/menit
CARA MENGHITUNG LAJU JANTUNG?
• REGULER
- 300 dibagi jumlah kotak sedang diantara gelombang R atau
- 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara gelombang R
• irreguler / interval R-R bervariasi adalah hitung jumlah gelombang R
selama 6 detik (30 kotak sedang) kemudian dikalikan 10
Contoh
Frekuensi
Normal = 60-100x/menit dan teratur
Bradikardi = kurang dari 60x/menit disebut
Takikardi = lebih dari 100x/menit disebut
Takikardi berat = 140-250x/ menit
Flutter = 250-350x/menit
Fibrilasi = lebih dari 350x/menit
4. Interval PR
Mengukur waktu dari awal depolarisasi atrium
sampai awal depolarisasi ventrikel
Normal : 0,12-0,20 detik (3-5 kotak kecil) dan
interval sama
Abnormal :
a. Memanjang :
-AV block derajad I
-AV block Derajad II Morbitz I
-AV block derajad II morbitz II
b. Memendek = Wolf parkinson white/WPW
c. Berubah-ubah = AV dissosiation
5. Aksis Jantung

Merujuk pada arah vektor listrik rata-rata, pada bidang frontal.


Dikatakan normal apabila aksis terletak diantara 0 – 90 derajat
Atau Cara cepat menentukannya :
Pada sadapan I dan aFV akan
ditemukan positif
 Pasti terletak di normal axis
6. MORFOLOGI TIAP GELOMBANG
a. Morfologi Gelombang P
NORMAL :
- Deflesi positif pada sadapan lateral (I, V5, V6)
dan sadapan inferior (II, aVF)
- Bifasik pada sadapan V1
- Bervariasi pada sadapan III, V1, V2 dan aVL
- Lembut dan tidak tajam
- Durasi/lebar < 2,5mm (0,04-0,10 s  1-3 kotak
kecil)
- Tinggi <2.5 mm
P abnormal :
- P MITRAL :durasi gelombang P > 0,11 s. Berlekuk
pada sadapan I, II, avL. Bifasik pada sadapan V1
dg bagian inversi lebih dominan dan lebar >=
0,04 s. Menggambarkan Pembesaran atrium kiri P Pulmonal

Right atrium
- P PULMONAL : Pada sadapan II, III, aVF tinggi enlargement

gelombang P > 2,5 mm. Pada sadapan V1 P Mitral

gelombang P bifasik da dominan defleksi positif.


P Pumonal menggambarkan Pembesaran atrium Left atrium
enlargement
kanan
- Gabungan P-Pulmonal dan Mitral
- Tidak ada gelombang P = menandakan irama
jantung bukan irama sinus
b. Morfologi kompleks QRS
A. Durasi Kompleks QRS
Normal : 0,06-0,10 s (1-3kk), melebar >0,12 s
Melebar : tanda adanya gg konduksi intraventrikular.
B. Amplitudo QRS
- Amplitudo kecil : Peny, arteri koroner, gagal jantung dll
- Amplitudo Besar : Irama ventrikuler, hipertrofi dan dilatasi ventrikel
B. Ada tidaknya P yang diikuti QRS
C. Ada tidaknya Gelombang Q patologis  infark miokard transmural
D. R Wave progression : lihat sadapan V1-V6 (keadaan patologis, misal infark
miokard dinding ventrikel anterior atau lateral)
SISTEMATIKA INTERPRETASI EKG
6. Morfologi Kompleks QRS
c. Morfologi Segmen ST
Segmen ST abnormal :
- ST elevasi : elevasi segmen ST bermakna jika elevasi >1mm (1kk) pd sadapan
ekstremitas dan elevasi >2mm pd sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang
menghadap anatomi jantung yang sama.
- ST Depresi :diduga terdapat iskemik miokard jika depresi segmen ST >0,5 mm (1/2
KK), dibawah garis isoelektrik, dan 004 detik dari J point, dijumpai pd 2 atau lebih
sdadapan yang berhubungan
Morfologi Segmen ST
ST Depresi : Iskemik
ST elevasi : Injury
ST elevasi dan Q patologis, J point : INFARK
d. Morfologi Gelombang T

Gelombang T Normal Gelombang T Abnormal


- Tinggi minimum 1 mm - Tinggi gel. T <1mm : T flat
- Maksimum di sadapan precordial <10mm - Tinggi T di sadapan precordial >10mm
- Maksimum di sadapan ekstremitas atau tinggi gel. T disadapan ekstremitas >
<5mm 5mm disebut T tall (hiperkealemia,
hiperkalsemia, dan stadium hiperakut
infark miokard)
- T terbalik lebar dan dalam  infark
miokard transmural atau aneurisma
Sistematika
Untuk mempermudah Pembacaan EKG
membaca dan menginterpretasikan
perlu diperhatikan sistematika
hasil rekaman EKG,
pembacaan EKG sebagai berikut:
1. Irama
2. Frekuensi Denyut Jantung
3. Axis
4. Morfologi Gelombang
4.1. Gelombang P
4.2. Interval PR
4.3. Gelombang QRS
4.4. Gelombang T
4.5. Interval QT
4.6. Segmen ST
4.7. Gelombang U
5. Tanda-tanda Hipertrofi
6. Tanda-tanda Iskemik
7. Tanda-tanda Aritmia
8. Tanda-tanda Kelainan Elektrolit
1. Irama
Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yaitu suatu pola
penjalaran impuls listrik yang teratur dan berasal dari NSA
Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus adalah:
1. Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2. Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)
3. P di lead II positif, P di lead aVR negatif
4. FDJ antara 60-100x/menit, reguler
2. Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung (FDJ) yang normal adalah antara 60-100x/menit dan teratur
Lebih dari 100x/menit disebut takikardi
Kurang dari 60x/menit disebut bradikardi
Takikardi berat: 140-250x/ menit
Flutter: 250-350x/menit
Fibrilasi: lebih dari 350x/menit
Cara Menghitung Frekuensi Denyut Jantung
FDJ dihitung berdasarkan kecepatan kertas EKG. Apabila kecepatan kertas EKG
standar (25 mm/detik), maka:
FDJ = 1500:jarak R-R (dalam mm)
Atau
FDJ = 300:jarak R-R (dalam kotak sedang/5 mm)
Secara mudahnya, FDJ normal bila jarak R-R antara 3-5 kotak sedang (15-25 mm)
Variasi Frekuensi Denyut Jantung
3. Axis
Axis jantung adalah resultan vektor impuls listrik jantung khususnya gelombang
QRS pada bidang frontal.
Axis jantung normal mengarah ke inferio lateral kiri, karena penjalaran impuls
listrik pada sistem konduktoria jantung berasal dari NSA dilanjutkan ke NAV,
serabut His, cabang berkas His kanan dan kiri arah resultannya ke inferio lateral
kiri, dan resultan impuls listrik pada depolarisasi ventrikel (kompleks QRS)
didominasi oleh ventrikel kiri.
Axis jantung yang normal pada hexaxial reference system adalah antara -30o
sampai dengan 90o (ada yang mengatakan sampai 110o)
Bila kurang dari -30o disebut axis deviasi ke kiri
Bila lebih dari 110o disebut axis deviasi ke kanan
3. Axis
Deviasi aksis ke kiri bisa terjadi pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH),
blokade cabang berkas His kiri (LBBB/Left Bundle Branch Block)
(meskipun tidak selalu), serta pada Left Anterior Fascicular Block
(LAFB), infark myokard inferior dan penyakit paru kronik
Deviasi aksis ke kanan bisa terjadi pada hipertrofi ventrikel kanan
(RVH),blokade cabang berkas His kanan (RBBB/Right Bundle Branch
Block), Left Posterior Fascicular Block (LPFB), penyakit paru kronik,
dan infark myokard lateral.
Cara Menghitung/Memperkirakan Aksis Jantung
Cara menghitung aksis jantung pada bidang frontal:
1. Tentukan 2 lead bidang frontal yang akan dihitung aksisnya
2. Tentukan tinggi amplitudo gelombang QRS (yaitu tinggi R
dikurangi dalamnya Q ditambah S) atau R-(Q+S) pada 2 lead yang
ditentukan
3. Petakan dalam hexaxial reference system
4. Tarik resultan vektornya dan tentukan derajatnya dari posisi 0o
5. Simpulkan apakah axisnya normal atau terdapat deviasi.
Contoh Cara Menghitung Axis
QRS di Lead I = = 5 – 1= 4
QRS di Lead aVF = =4
Maka axis QRS bidang frontalnya adalah:
Lead I +4
45o

Lead aVF +4 Resultan = Axis QRS = 45o


Cara Praktis Memperkirakan Axis Jantung
Perhatikan pasangan lead yang mudah untuk dijadikan pedoman,
seperti lead I dan aVF atau lead aVL dan aVF.
Bila amplitudo QRS di lead I dan di lead aVF positif, maka aksis
normal (antara 0-90o /intermediate), demikian pula bila
amplitudo QRS di aVL dan aVF positif.
Bila amplitudo QRS pada lead I nol dan lead aVF positif, maka
aksis 90o (normal-semivertikal)
Bila amplitudo QRS di lead I positif, sedangkan aVF nol maka aksis
normal (normal-semihorizontal)
Jika amplitudo QRS pada lead aVL atau I nol, sedangkan aVF juga
nol, maka aksis jantung indeterminate.
Selain dari itu kemungkinan abnormal (bisa deviasi ke kanan
ataupun ke kiri.
4. Morfologi Gelombang
4.1. Gelombang P
Gelombang P normal pada lead I, II dan III positif sedangkan pada
aVR negatif
Bentuknya seperti seperti parabola dengan ukuran lebar dan
tinggi tidak lebih dari 2,5 mm.
Setiap 1 gelombang P harus diikuti oleh 1 kompleks QRS, bila ada
P lebih dari satu untuk tiap QRS maka kemungkinan terjadi atrial
flutter atau atrial fibrilasi.
Bila terdapat P dengan tinggi >2,5 mm kemungkinan terjadi
hipertrofi atrium kanan (P pulmonal), sedangkan bila terdapat P
dengan lebar >2,5 mm dan bentuknya bertakik (seperti M, istilah
lainnya P broad and notched)) kemungkinan terjadi hipertrofi
atrium kiri (P mitral)
Bila P di lead II, III atau aVF negatif, kemungkinan merupakan
gelombang EKG dengan irama junctional (pacemaker dari NAV).
4.1. Gelombang P
4.2. Interval PR
Interval PR adalah jarak antara permulaan gelombang P sampai dengan
permulaan kompleks QRS.
Interval PR menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk berjalannya impuls
listrik dari NSA menuju NAV. Perubahan interval PR menggambarkan adanya
gangguan konduksi sepanjang jalur ini.
Interval PR normal antara 0,12-0,20 detik (3-5 mm).
Interval PR >0,2 detik disebut perpanjangan interval PR, bisa terjadi pada
gangguan konduksi pada NAV
Perpanjangan interval PR yang konstan pada setiap kompleks EKG disebut AV
blok derajat 1, bisa terjadi pada penyakit jantung koroner, miokarditis akut dan
pengaruh obat seperti digitalis, serta degenerasi.
Interval PR
4.2. Interval PR
Interval PR memanjang dengan nilai interval tidak tetap pada setiap kompleks
EKG disebut Blok AV derajat 2. Blok AV derajat 2 ada 2 macam yaitu tipe
Weckenbach (Mobitz tipe 1) yaitu perpanjangan interval PR yang tidak teratur
(berubah-ubah/semakin memanjang) disertai hilangnya 1 kompleks QRS (draw
beat).
Sedangkan AV blok derajat 2 tipe Mobitz 2 adalah suatu AV blok yang disertai
hilangnya kompleks QRS dengan perpanjangan interval PR yang konstan (tidak
berubah-ubah).
AV blok di mana impuls dari NSA sama sekali tidak diteruskan ke ventrikel
disebut AV blok total dengan ciri masih terdapat gelombang P yang teratur,
kompleks QRS teratur, namun tidak ada hubungan antara P dan QRS (frekuensi P
dan frekuensi QRS berbeda). AV blok total disebut juga AV blok derajat 3.
Interval PR
Interval PR<0,12 detik (< 3 mm) disebut perpendekan interval PR,
bisa terjadi pada penambahan jumlah jalur dari NSA ke NAV (contoh
pada Wolf Parkinson White syndrome). Penderita hipertensi dan
glycogen storage disease juga bisa mengalami perpendekan interval
PR.
Interval PR memendek disebut sebagai preeksitasi sindrom. Selain
pada WPW sindrom juga bisa ditemukan pada irama junctional atas,
atrial ekstra sistole dan supraventrikular takhikardi.
4.3. Gelombang QRS
Gelombang QRS merupakan hasil dari depolarisasi ventrikel kanan dan kiri yang
terjadi secara bersamaan. Normalnya berbentuk runcing, dan interval QRSnya
kurang dari 0,12 detik (< 3 mm).
Gambaran QRS bisa berupa gelombang QRS lengkap, qR, Rs, R, QS dan beberapa
variasi lainnya. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama sebelum R,
gelombang R adalah defleksi positif, sedangkan gelombang S adalah defleksi
negatif setelah R.
Tatacara penamaan (nomenklatur) gelombang QRS disepakati, bila defleksinya <
5 mm, diberi nama dengan huruf kecil q, r dan s, sedangkan bila > atau sama
dengan 5 mm diberi nama dengan huruf besar Q atau R atau S
Nomenklatur Kompleks QRS
Variasi Gelombang QRS
Variasi Gelombang QRS
4.3. Gelombang QRS
Pada lead bidang horizontal dari V1-V6 normalnya terdapat progresifitas R dari
negatif menjadi semakin positif, dengan zona transisi pada V3-V4 (QRS
bifasik/defleksi ke bawah dan ke atasnya cukup tinggi, sehingga total
amplitudo QRS mulai positif terdapat pada V3-V4).
Pada keadaan normal gelombang QRS selalu didahului oleh gelombang P,
namun pada Ventrikel Extra Sistole (VES) bisa terjadi gelombang QRS yang
tinggi dan lebar (>0,12 detik/3 mm) tanpa didahului oleh P, karena iramanya
ventrikuler, demikian pula pada ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi.
Kompleks QRS dapat melebar juga pada blokade intraventrikuler seperti RBBB
(Right Bundle Branch Block) dan LBBB (Left Bundle Branch Block)
4.3. Gelombang QRS
RBBB ditandai dengan adanya gelombang RR’ (seperti huruf M) pada
lead V1 dan V2
LBBB ditandai dengan adanya RR’ pada lead V5 dan V6.
Gelombang Q (Q besar/dalamnya > 5 mm atau gelombang berapa
pun besarnyabila tinggi R < 5 mm merupakan tanda old myokard
infark (kematian sel otot jantung yang sudah lama)
Gelombang R yang tinggi dan positif di V1 dan V2 merupakan tanda
hipertrofi ventrikel kanan
Gelombang R yang tinggi (>26 mm) di V5 dan V6 merupakan tanda
hipertrofi ventrikel kiri.
Gelombang RR’ pada RBBB
(Lead V1atau V2)
Gelombang RR’ pada LBBB (Lead V5 atau V6)
Gelombang R Positif Tinggi di V1 dan V2 pada Hipertrofi Ventrikel Kanan
(RVH)
Gelombang R Positif Tinggi di V5 dan V6 dan S di V1 dan V2 dalam pada
Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)
Gelombang Q (Q Besar) Penanda Infark Lama (Old
Myokard Infark)
4.4. Gelombang T
Merupakan gelombang yang terbentuk pada saat repolarisasi
ventrikel. Bentuknya seperti parabola asimetris dengan bagian
depan lebih lebar dari bagian belakang.
Tingginya pada keadaan normal tidak lebih dari setengah R.
Gelombang T patologis berbentuk simetris, runcing/sangat tinggi,
datar atau terbalik (T inversi) atau discordance (defleksi T
berlawanan dengan defleksi QRS pada lead yang sama)
T yang terbalik, lebar dan dalam (T inversi) merupakan tanda
iskemia atau mungkin suatu aneurisma. T datar merupakan tanda
iskemia.
Gelombang T yang runcing dan tinggi merupakan tanda
hiperkalemia dan hiperkalsemia, bisa juga ditemukan pada
iskemia subendokardi, cerebrovascular accident dan kelebihan
beban ventrikel kiri.
T Tinggi (Peak T) pada Hiperkalemia
T Tinggi (Peak T) pada Hiperkalemia
4.5. Interval QT
Interval QT adalah jarak antara awal gelombang Q sampai dengan
akhir gelombang T
Interval QT menggambarkan waktu yang diperlukan untuk
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel.
Interval QT normal kurang dari 0,44 detik pada Frekuensi denyut
Jantung normal (60-100x/menit)
Sedangkan pada keadaan yang lain diperlukan koreksi Interval QT
(QTc) dengan rumus:
QTc = Interval QT (dalam detik):√jarak R-R (dalam detik)
Normal QTc = 0,44 ± 0,02 detik
Interval QT memanjang berisiko terjadinya ventrikel takikardi.
Interval QT
Interval QT Memanjang (> 1/2 R-R)

Interval QT
4.6. Segmen ST
Segmen ST merupakan kurva yang menghubungkan antara akhir gelombang S (J
point) dengan awal gelombang T
Segmen ST normal berbentuk isoelektris, sedangkan pada keadaan patologis
bisa berupah menjadi ST elevasi maupun ST depresi
ST elevasi terjadi pada infark myokard akut (kematian otot jantung akut) dan
perikarditis
ST depresi terjadi pada iskemia otot jantung (hipoksia/kekurangan oksigen pada
otot jantung)
ST junctional masih merupakan variasi segmen ST normal
ST depresi tipe horizontal merupakan ST tipe iskemik
Variasi Segmen ST
Variasi Depresi Segmen ST pada Iskemia
Elevasi Segmen ST pada Infark Myokard Akut (Beberapa Jam
Pertama)
Elevasi Segmen ST pada Infark Myokard Akut (Hari Pertama – Perhatikan Adanya
Evolusi/Perubahan Segmen ST dan Mulai Terbentuk Gelombang Q)
Elevasi Segmen ST pada Infark Myokard Akut (Hari Pertama dan Kedua-Lihat Evolusi
Segmen ST dan Adanya Gelombang Q dan T Inversi)
Elevasi Segmen ST pada Infark Myokard Akut (Setelah 2 atau 3
Hari)
Old Myokard Infark
(Setelah Beberapa Minggu-Bulan)
4.7. Gelombang U
Adalah gelombang kecil yang kadang-kadang terlihat setelah
gelombang T, merupakan bagian akhir repolarisasi ventrikel.
Polaritasnya sama dengan gelombang T dan voltasenya rendah
sehingga sering diabaikan.
Gelombang U yang terbalik di lead I, II, V5 dan V6 paling sering
diakibatkan oleh penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi.
Gelombang U yang prominen (> 1/3 T) merupakan tanda hipokalemi.
4.7. Gelombang U
5. Tanda-Tanda Hipertrofi
Kelainan Hipertrofi pada Jantung ada 4 macam yaitu:
1. Hipertrofi Atrium Kiri
2. Hipertrofi Atrium Kanan
3. Hipertrofi Ventrikel Kiri
4. Hipertrofi Ventrikel Kanan
Tanda-tanda dari masing-masing hipertrofi dapat dilihat pada slide berikutnya.
Hipertrofi Atrium Kiri
(Left Atrial Hipertrophy/LAH)
Kriteria diagnosis LAH adalah:
◦ Terdapat P broad and notched yaitu gelombang P yang lebar dan bertakik, dengan lebar >3 mm/ >0.12
detik di lead bidang frontal (biasanya lead II)
◦ Terminal P (ujung akhir P) negatif / “P Terminal Force” di V1 dengan durasi ≥0,04 detik (1 mm) dan
dalam ≥ 1 mm
Hipertrofi Atrium Kiri
(Left Atrial Hipertrophy/LAH)
Hipertrofi Atrium Kanan
(Right Atrial Hipertrophy/RAH)
Kriteria diagnosis RAH adalah:
◦ Amplitudo gelombang P >2,5 mm (Peak P) di lead II dan atau >1,5mm di V1
◦ Adanya gelombang QR, Qr, qR atau qRs di lead V1 (tetapi tidak ada penyakit jantung koroner)
◦ Voltage QRS di V1 < 5 mm dan perbandingan voltage V2/V1 > 6
Hipertrofi Atrium Kanan
(Right Atrial Hipertrophy/RAH)
Hipertrofi Biatrial (RAH dan LAH)
Kriteria diagnosis hipertrofi biatrial adalah:
◦ Terdapat gambaran LAH dan RAH
◦ Gelombang P di lead II tinggi > 2,5 mm dan lebar/durasi > 0,12 detik.
◦ Gelombang P di lead V1 bifasik, awalnya positif, tetapi akhirnya negatif dan lebih dalam (terminal P
forced)
Hipertrofi Biatrial (RAH dan LAH)
Hipertrofi Ventrikel Kiri
(Letf Ventricle Hipertrophy/LVH)
Kriteria diagnosis LVH:
◦ S di V1 ditambah R di V5 atau V6 > 35 mm
◦ Bisa terdapat Left Axis Deviation
◦ R di lead aVL lebih dari 11 mm atau > 13 mm bila terdapat Left Axis Deviation
Hipertrofi Ventrikel Kiri
(Letf Ventricle Hipertrophy/LVH)
Hipertrofi Ventrikel Kanan
(Right Ventricle Hipertrophy/RVH)
Kriteria diagnosis RVH:
◦ Deviasi aksis ke kanan (dewasa > 110o) bila tidak ada RBBB, LPFB atau infark myokard anterolateral atau
inferior
◦ R positif di V1 (rasio R/S di V1 ≥ 1)
◦ Rnegatif di V5 atau V6 (rasio R/S <1 di V5 atau V6)
◦ Bentuk RSR pada V1 dengan QRS < 0,12
Hipertrofi Ventrikel Kanan
(Right Ventricle Hipertrophy/RVH)
6. Tanda-Tanda Iskemik/Infark
Iskemik (kekurangan oksigen) atau Infark (kematian/nekrosis) pada
sel otot jantung akan memberikan gambaran:
◦ Iskemik Ringan = adanya T inversi di ≥ 2 lead berurutan
◦ Iskemik Sedang = terdapat ST depresi tipe iskemik
◦ Berat/ sudah menjadi Infark Myokard (nekrosis otot jantung) terdapat ST
elevasi
◦ Old Myokard Infark (Infark myokard yang sudah lama) akan memberikan
gambaran gelombang Q patologis
T Inversi Pertanda Iskemik
ST Depresi Pertanda Iskemik
ST Elevasi Pertanda
Infark Myokard Akut
Gelombang Q Patologis Pertanda Old Myokard Infark
Lokasi Iskemik/Infark
Untuk menentukan lokasi iskemik atau infark kita kelompokkan
tanda-tanda kelainannya berdasarkan lead yang terkena yaitu:
◦ Bila di lead II, III dan aVF namanya iskemik inferior
◦ Bila di V1-V6, I dan aVL disebut anterior ekstensif
◦ Bila di V1-V4 disebut anteroseptal
◦ Bila di V2-V5 disebut anterior
◦ Bila di lead V3-V5 disebut anteroapikal
◦ Bila di V4-V6 disebut lateral
◦ Bila di V7-V9 disebut posterior
7. Tanda-Tanda Aritmia
Aritmia diakibatkan oleh 2 hal, yaitu:
◦ Adanya pacemaker ectopic (pacemaker selain NSA yaitu: dari otot
atrium/irama atrial (contoh paroxysmal supraventrikular takikardi (PSVT),
atrial ekstra sistole, atrial fibrilasi dan atrial flutter), dari NAV (irama
junctional), dan dari otot ventrikel (irama ventrikuler seperti ventrikel ekstra
sistole, ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi)
◦ Adanya hambatan konduksi dari NSA ke NAV (AV blok) atau pada berkas His
dan cabang berkas His kanan dan kiri (intraventrikuler/bundle branch block),
terdiri dari: AV blok derajat 1, AV blok derajat 2, AV blok derajat 3 (AV blok
total), RBBB dan LBBB
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT)
Merupakan irama atrial yang berbalik lagi menuju atrium, sehingga timbul
impuls yang lebih cepat atau karena adanya jalur tambahan (aksesoris) yang
mempercepat timbulnya impuls listrik di atrium (contoh pada Wolf Parkinson
White syndrom)
PSVT Ditandai dengan gelombang PQRS yang reguler namun sangat cepat
dengan frekuensi antara 120-220 x/menit. P masih ada dan reguler, namun
interval P memendek. Disebut paroxysmal karena terjadi berkala.
Sedangkan atrial ekstra sistole merupakan cetusan dari atrial di mana ada P yang
tidak diikuti QRS namun frekuensinya tidak banyak.
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT)
Atrial Fibrilasi
Ditandai adanya banyak gelombang P yang multiformis dan iramanya tidak teratur dan sangat
cepat (> 350 x/menit)
Diakibatkan oleh adanya focus ectopic yang banyak di otot atrium
Atrial Fibrilasi
Atrial Flutter
Merupakan irama yang terbentuk oleh 1 focus ectopic dari otot atrium ditandai oleh banyak
gelombang P yang uniform dengan frekuensi 250-350 x/menit
Bentuk gelombang P runcing seperti gigi gergaji (saw tooth appearance)
Atrial Flutter
Irama Junctional
Merupakan irama yang dibentuk oleh Nodus Atrio Ventrikularis
(NAV)
Ditandai oleh P yang terbalik di depan QRS (junctional atas) atau di
belakang QRS (junctional bawah) di lead II, atau tidak ada P
(junctional tengah) dan interval PR memendek
Irama junctional murni seharusnya frekuensinya 40-60x/menit, jika
lebih dari itu disebut junctional takikardi
Irama Junctional
Irama Ventrikuler
(Ventrikel Takikardi/VT)
Ventrikel takikardi merupakan irama ventrikuler yang dibuat oleh satu fokus
ektopik (pacemaker) di otot ventrikel (merupakan kumpulan Ventrikel Ekstra
Sistole).
Irama ventrikuler yang murni frekuensinya hanya 30-40 x/menit. Namun pada
ventrikel takikardi bisa mencapai 120-220 x/menit
Ditandai dengan adanya kompleks QRS yang lebar dan tidak didahului oleh P
Pada awalnya bisa jadi merupakan suatu Ventrikel Ekstra Sistole (VES) yang
semakin sering, dari jarang (<6x/menit) menjadi frekuen (>6x/menit),
quadrigemini (3 normal 1 VES), trigemini (2 normal 1 VES), bigemini (1 normal 1
VES) sampai akhirnya menjadi VT
VT merupakan aritmia yang mengancam jiwa.
Irama Ventrikuler
(Ventrikel Takikardi)
Irama Ventrikuler
(Ventrikel Fibrilasi)
Ventrikel fibrilasi merupakan irama ventrikuler yang berasal dari fokus ektopik
yang berbeda, sehingga gelombang QRS yang timbul bentuknya bervariasi
Ditandai dengan kompleks QRS yang lebar dan sering (dengan frekuensi > 250
x/menit)
Merupakan aritmia yang paling mematikan
Irama Ventrikuler
(Ventrikel Fibrilasi)
AV Blok
Merupakan blokade jalur konduksi dari NSA ke NAV
AV blok derajat 1 ditandai dengan interval PR memanjang > 0,20
detik (5 mm)
AV blok derajat 2 tipe Mobitz 1 ditandai dengan interl PR yang
ireguler, semakin memanjang dan ada P yang tidak diikuti QRS
(draw beat)
AV blok derajat 2 tipe Mobitz 2 ditandai dengan adanya draw
beat namun interval PR tetap reguler
AV blok derajat 3 (AV blok total) ditandai dengan adanya P dan
QRS yang reguler namun irama QRS tidak sesuai dengan irama P,
karena P dan QRS dibuat oleh pacemaker yang berbeda. Semua
irama dari NSA tidak diteruskan ke NAV maupun ventrikel.
AV blok total bisa menimbulkan bradikardi karena frekuensi
denyut QRS yang dibuat oleh NAV ataupun otot ventrikel
frekuensinya < 60 x/menit.
AV Blok
Right Bundle Branch Block (RBBB)
Merupakan blokade pada cabang berkas His kanan yang ditandai oleh adanya RSR’ (RR’) pada V1
atau V2, axis bisa deviasi ke kanan dan gelombang QRS lebar > 0,12 detik (pada RBBB komplit)
atau < 0,12 detik (pada RBBB inkomplit)
RR’ mungkin juga bisa dijumpai di lead II, III dan aVF
Terdapat S lebar di lead I dan V6
Right Bundle Branch Block (RBBB)
Left Bundle Branch Block (LBBB)
Merupakan blokade pada cabang berkas His kiri yang ditandai oleh adanya RSR’ (RR’) pada V5
atau V6, axis bisa deviasi ke kiri (bisa juga tidak) dan gelombang QRS lebar > 0,12 detik (pada
LBBB komplit) atau < 0,12 detik (pada LBBB inkomplit) atau terdapat gelombang R monofasik
yang lebar di lead I, aVLdan V6 (atau V4-V6)
Left Bundle Branch Block (LBBB)
8. Tanda-Tanda Kelainan Elektrolit
Hiperkalemia ditandai dengan Tall T (> 5 mm di lead ekstremitas atau > 10 mm di lead
precordial)
Hipokalemia ditandai dengan gelombang U prominen (> 1/3 T)
Tall T (Hiperkalemia)
Gelombang U (Hipokalemia)
Rhythms/Arrhythmias
Rhythms/Arrhythmias
►Sinus

►Atrial

►Junctional

►Ventricular
Sinus Rhythms: Criteria/Types
►P waves upright in I, II, aVF

►Constant P-P/R-R interval

►Rate

►Narrow QRS complex

►P:QRS ratio 1:1

►P-R interval is normal and constant


Sinus Arrhythmias: Criteria/Types

►Normal Sinus Rhythm

►Sinus Bradycardia

►Sinus Tachycardia

►Sinus Arrhythmia
Normal Sinus Rhythm

• Rate is 60 to 100
Sinus Bradycardia

• Can be normal variant


• Can result from medication
• Look for underlying cause
Sinus Tachycardia

• May be caused by exercise, fever,


hyperthyroidism
• Look for underlying cause, slow the rate
Sinus Arrhythmia

• Seen in young patients


• Secondary to breathing
• Heart beats faster
Atrial Arrhythmias: Criteria/Types
►P waves inverted in I, II and aVF
►Abnormal shape
◦ Notched
◦ Flattened
◦ Diphasic

►Narrow QRS complex


Atrial Arrhythmias: Criteria/Types
►Premature Atrial Contractions
►Ectopic Atrial Rhythm
►Wandering Atrial Pacemaker
►Multifocal Atrial Tachycardia
►Atrial Flutter
►Atrial Fibrillation
Premature Atrial Contraction

• QRS complex narrow


• RR interval shorter than sinus QRS
complexes
• P wave shows different morphology
than sinus P wave
Ectopic Atrial Rhythm

• Narrow QRS complex


• P wave inverted
Wandering Atrial Pacemaker

• 3 different P wave morphologies


possible with ventricular rate < 100 bpm
Multifocal Atrial Tachycardia

• 3 different P wave morphologies


with ventricular rate> 100 bpm
Atrial Flutter

• Regular ventricular rate 150 bpm


• Varying ratios of F waves to QRS
complexes, most common is 4:1
• Tracing shows 2:1 conduction
Atrial Flutter

• Tracing shows 6:1 conduction


Atrial Fibrillation

• Tracing shows irregularly irregular


rhythm with no P waves
• Ventricular rate usually > 100 bpm
Atrial Fibrillation

• Tracing shows irregularly irregular


rhythm with no P waves
• Ventricular rate is 40
Atrial Tachycardia

• Tracing shows regular ventricular rate


with P waves that are different from sinus
P waves
• Ventricular rate is usually 150 to 250 bpm
AV Nodal Blocks

• Delay conduction of impulses from


sinus node

• If AV node does not let impulse


through, no QRS complex is seen

• AV nodal block classes:


1st, 2nd, 3rd degree
1st Degree AV Block

• PR interval constant
• >.2 sec
• All impulses conducted
2nd Degree AV Block Type 1

• AV node conducted each impulse


slower and finally no impulse is
conducted
• Longer PR interval, finally no QRS
complex
2nd Degree AV Block Type 2

• Constant PR interval
• AV node intermittently conducts
no impulse
3rd Degree AV Block

• AV node conducts no impulse


• Atria and ventricles beat at intrinsic
rate (80 and 40 respectively)
• No association between P waves and
QRS complexes
Another Consideration:
Wolfe-Parkinson-White (WPW)
• Caused by bypass
tract
• AV node is bypassed,
delay
• EKG shows short PR
interval <.11 sec
• Upsloping to QRS
complex (delta wave)
WPW

• Delta wave, short PR interval


Ventricular Arrhythmias:
Criteria/Types

►Premature Ventricular Contractions


►Wide QRS
complex ►Idioventricular Rhythm

►Accelerated IVR
►Rate :
variable
►Ventricular Tachycardia

►No P waves ►Ventricular Fibrillation


Premature Ventricular Contraction

• Occurs earlier than sinus beat


• Wide, no P wave
Idioventricular Rhythm

• Escape rhythm
• Rate is 20 to 40 bpm
Accelerated Idioventricular Rhythm

• Rate is 40 to 100 bpm


Ventricular Tachycardia

• Rate is > than 100 bpm


Torsades de Pointes

• Occurs secondary to prolonged


QT interval
Ventricular Tachycardia/Fibrillation

• Unorganized activity of ventricle


Ventricular Fibrillation
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai