Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI AKTIVITAS-AKTIVITAS

KEPERAWATAN PADA FASE


PERIOPERATIF

STR KEP REG B SEM 7


Lina Cahyanti P07120216046
Izfaningrum Melati Sukma P07120216062
Silvester Harda Prist P07120216075
Wike Kurnianingsih P07120216078
Definisi
• Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperatif, intraoperatif,
dan postoperatif (Hipkabi, 2014).
• Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta
memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur
invasif (AORN, 2013).
• Jadi, keperawatan perioperatif adalah segala tindakan keperawatan yang
dilakukan selama periode operasi atau pembedahan.
Preoperatif
Intraoperatif
Fase Keperawatan
Perioperatif

Pascaoperatif
Fase Preoperatif
• Fase ini dimulai saat ada keputusan dilakukan tindakan bedah hingga berakhir di
meja operasi (masuk di ruang terima pasien sampai dipindah ke meja operasi).
• Asuhan keperawatan preoperatif dilakukan secara berkesinambungan, bisa di
bagian rawat inap, poliklinik, ODC, UGD.
• Lingkup aktivitas tindakan keperawatan: pengkajian dasar pasien, wawancara
preoperatif, dan persiapan pasien untuk pemberian anestesi.
• Persiapan pembedahan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: persiapan psikologi dan
persiapan fisiologi.
Persiapan Psikologi
• Persiapan mental pasien merupakan hal yang penting karena berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya.
• Tindakan pembedahan dapat mempengaruhi mental pasien sehingga
berdampak pada stres psikologi dan fisiologi.
• Contoh kasus: Pasien riwayat hipertensi mengalami cemassulit tidur, takut,
meningkatkan TDbatal operasi. Pasien wanita terlalu cemasdapat
mengganggu siklus menstruasi (lebih awal)operasi bisa dibatalkan.
• Perlu diingat tiap pasien memiliki pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman pembedahan sehingga responnya juga bermacam-macam.
Penyebab Kecemasan
• Takut nyeri setelah pembedahan.
• Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
(body image).
• Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti).
• Takut/cemas mengalami kondisi sama dengan orang lain yang mempunyai
penyakit yang sama.
• Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
• Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
• Takut operasi gagal.
Persiapan Fisiologis
• Persiapan fisiologis penting dilakukan demi kelancaran dan keselamatan proses
pembedahan.
• Kesiapan administrasi, pengkajian lengkap pasien, pemeriksaan penunjang
lengkap perlu diperhatikan sebelum pembedahan.
• Status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernapasan, fungsi ginjal dan
hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
• Perlu diperhatikan pula kecukupan istirahat dan tidur pasien.
• Persiapan antara lain: diet (puasa), persiapan perut, persiapan kulit, hasil
pemeriksaan penunjang lengkap, persetujuan operasi, pemeriksaan status
anestesi (ASA 1-4, emergency), latihan praoperasi, obat-obat premedikasi.
Fase Intraoperatif
• Dimulai dari pasien di meja operasi sampai dipindahkan ke ruang pemulihan.
• Lingkup aktivitas keperawatan mencakup: pemasangan IV cath, pemberian
medikasi intravena, pemantauan fisiologis pasien selama pembedahan,
menjaga keselamatan pasien
• Contoh: memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak
sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
• Bagian utama pada fase intraoperatif adalah perlindungan terhadap injury dan
monitoring pasien.
• Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-
masalah fisik yang mengganggu pasien.
Fase Intraoperatif
• Keperawatan intraoperatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang
dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah
psikologis yang dihadapi oleh pasien.
• Tim asuhan pasien intraoperatif dibagi menjadi anggota steril dan anggota tidak
steril
• Anggota tim steril, terdiri dari: ahli bedah utama/operator, asisten ahli bedah,
Scrub Nurse/Perawat Instrumen.
• Anggota tim tidak steril, terdiri dari: ahli atau pelaksana anestesi, perawat
sirkulasi, dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit) (Hipkabi, 2014)
Safety Management
• Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama
prosedur pembedahan
• Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien
dan memudahkan pembedahan.
• Penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien, adalah: Letak area
pembedahan, umur dan ukuran tubuh pasien, tipe anestesi yang digunakan, sakit
yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis), posisi aman
nyaman, jaga privasi, buka area pembedahan, optimalkan penggunaan selimut.
Monitoring Fisiologis
• Melakukan balance cairan: menghitung kebutuhan cairan, input output cairan,
melakukan koreksi bila ada imbalance.
• Memantau kardiopomunnal: dilakukan secara kontinyu, fungsi pernapasan, nadi,
tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan, dll.
• Monitoring psikologis: dukungan emosional, berdiri dekat pasien dan memberikan
sentuhan selama induksi, mengkaji status emosional, mengkomunikasikan bila
ada perubahan, pengaturan dan koordinasi Nursing Care.
• Nursing Care: manajemen keamanan fisik, mempertahankan prinsip dan teknik
aseptik.
Fase Pascaoperatif
• Fase ini dimulai ketika pasien tiba berada di ruang pemulihan (recovery room, RR)
sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
• Fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.
• Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien, melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting
untuk penyembuhan, dan rehabilitasi, pemulangan ke ruang perawatan.
• Fase postoperasi dibagi menjadi pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit
pascaanestesi dan perawatan postanestesi di ruang pemuihan.
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke
unit perawatan pascaanestesi
• Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus di antaranya adalah letak insisi
bedah, perubahan vaskuler, dan pemajanan.
• Posisi pasien agar tidak menyumbat drainase dan memperburuk kondisi area
pembedahan.
• Proses pemindahan tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien.
• Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat
anestesi dengan koordinasi dari dokter anestesi yang bertanggung jawab.
Perawatan postanestesi di ruang pemulihan
atau unit perawatan pascaanestesi
• Setelah selesai pembedahan pasein harus berada di ruang pemulihan sampai
kondisi stabil, tidak mengalami komplikasi operasi, dan memenuhi syarat
dipindah ke ruang perawatan.
• Ruang pemulihan (PACU, RR) pada umumnya berdekatan dengan ruang operasi
dengan alasan: Perawat yang disiapkan dalam merawat pascaoperatif (perawat
anestesi), ahli anestesi dan ahli bedah, alat monitoring dan peralatan khusus
penunjang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai