Anda di halaman 1dari 116

ANAMNESIS

DAN
DIAGNOSTIK FISIK
Anamnesis
• ANAMNESIS:
Komunikasi antara dokter (pemeriksa) dengan pasien
Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik
dan dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan
diagnosis penyakit pada pasien.

Tujuan:
- Membina hubungan dokter dan klien/pasien.
- Mendapatkan informasi menyeluruh tentang keluhan
klien
- Membuat kesimpulan dan rumusan tentang masalah
yang dihadapi klien.

Anamnesis harus dilakukan secara sistematis, oleh karena


riwayat penyakit dari seorang penderita kadang-kadang
lebih menentukan daripada pemeriksaan fisik, tetapi
kadang-kadang keduanya saling membantu.
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menegakkan
DIAGNOSIS, yaitu :

I. Anamnesis
II. Pemeriksaan Fisis
A. Inspeksi
B. Palpasi
C. Perkusi
D. Auskultasi
III. Laboratorium
IV. Radiologi
V. Pemeriksaan penunjang lain
Sebelum melakukan anamnesis, perlu identifikasi penderita,
antara lain :

• Nama penderita
• Kelamin
• Umur
• Bangsa / Suku
• Status perkawinan
• Pekerjaan
• Alamat
• Agama
I. ANAMNESA

Anamnesa harus secara sistematis, terdiri dari :


I.1. Keluhan Utama
I.2. Anamnesa Terpimpin
I.3. Anamnesa Sistematis
I.4. Anamnesa Pribadi
I.5. Anamnesa Keluarga
I.6. Anamnesa Penyakit terdahulu
I.7. Anamnesa Lain-lain
Ada 2 jenis anamnesis penderita :

1. Auto anamnesis :
riwayat penyakit diperoleh dari penderita sendiri

2. Hetero anamnesis = allo anamnesis:


riwayat penyakit diperoleh dari keluarga atau pengantar
penderita
I.1 Keluhan Utama

Adalah gangguan terpenting yang dirasakan penderita sehingga


datang ke dokter.

Sebaiknya penderita mengemukakannya dalam “bahasanya”


sendiri.

Mungkin keluhan hanya satu atau lebih


I.2. Anamnesis Terpimpin

Penderita ditanyakan mengenai sesuatu yang ada hubungannya


dengan keluhan utama.

Dengan anamnesis terpimpin kita akan lebih fokus kearah satu


atau beberapa kemungkinan diagnosis penyakit
I.3. Anamnesa Sistematis
Melihat bagaimana KU penderita, seperti demam, sesak, kejang dll
Selanjutnya ditanyakan mengenai :
Kepala : Sakit kepala, pusing, trauma, dll.
Mata : Nyeri, sekret, kelainan penglihatan, kaca mata, dll
Telinga : Nyeri, tinnitus, gangguan pendengaran, sekret dll
Hidung : Nyeri, epistaksis, pilek, post nasal drips, dll
Mulut : Gigi geligi, stomatitis, selaput lendir pipi, bibir, gusi, dll
Tenggorokan : Nyeri menelan, rasa terganjal dll.
Leher : Nyeri, pembesaran kelenjar gondok dan limfe
Jantung / pulmo : Nyeri dada, palpitasi, batuk, sesak dll
Lambung dan Usus : Mual, muntah, dysphagia, diarrhea, nyeri perut
Urogenital : Disuria, poliuria, inkontinensia, nyeri pinggang, dll
Saraf dan otot : Kejang, gangguan bicara, ataxia, kelemahan otot, dll
Kejiwaan : stabil atau tidak
I.4. Anamnesa pribadi
Menanyakan mengenai pekerjaan, perkawinan, anak,
kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan, dll

I.5. Anamnesa Keluarga


Penyakit-penyakit dalam keluarga yang berhubungan dengan
penyakit-penyakit herediter, seperti DM, gout, dll

I.6. Anamnesa Penyakit Dahulu


Apakah pernah sakit yang serius, hipertensi, diabetes, asthma, dll

I.7. Anamnesa Lain-lain


Apakah pernah dioperasi, pernah opname, pernah trauma, dll
II. PEMERIKSAAN FISIS (1)

II.1. Kesan umum


II.2. Reaksi terhadap penyakitnya
II.3. Kesadaran
II.4. Gizi
II.5. Tanda-tanda vital
- Pemeriksaan denyut nadi
- Pemeriksaan suhu badan
- Pemeriksaan pernapasan
- Pemeriksaan tekanan darah
II. PEMERIKSAAN FISIS (2)

II.6. Bentuk badan


II.7. Habitus
II.8. Pemeriksaan kulit
II.9. Pemeriksaan selaput lendir
II.10. Pemeriksaan getah bening
II.11. Pemeriksaan pembuluh darah
II.12. Pemeriksaan tulang / otot dan saraf
II.1. Kesan Umum

• Tampak sakit berat, bila penderita sesak napas hebat, koma,


kejang dan shock
• Tampak sakit sedang, penderita tampak lemah, dapat duduk
• Tampak sakit ringan, penderita dapat berjalan-jalan
• Tampak tidak sakit

II.2. Reaksi terhadap penyakitnya


Apatis, pasif atau hiperaktif
II.3. Kesadaran
Perhatikan penderita apakah sadar atau tidak

Derajat penurunan kesadaran dari ringan ke berat dapat dinyatakan


dengan :

Apati : keadaan kesadaran penderita segan untuk berhubungan dengan


kehidupan sekitar, acuh tak acuh.
Somnolent : Penderita selalu kelihatan mau tidur saja.

Semi Comateus : Reaksi penderita hanya dapat dirangsang dengan nyeri


yang kuat.
Comateus : Kesadaran penderita sudah hilang sama sekali, dengan
rangsangan apapun.

Kebalikan dari Comateus, terdapat gangguan kesadaran dimana


penderita berteriak-teriak, mengigau, tidak mau diam, melompat-lompat,
dll. Keadaan ini disebut DELIRIUM
II.4. Gizi
Keadaan gizi penderita harus diperhatikan.
Apakah gizi kurang, normal atau lebih dari normal.
II.5. Tanda-tanda vital

A. Pemeriksaan Denyut Nadi

Denyut nadi dapat diraba pada : a. temporalis, a. brachialis,


a. radialis, a. dorsalis pedis dan a. poplitea
Pada palpasi nadi, harus diperhatikan :
1. Frekwensi nadi
2. Irama nadi
3. Amplitudo Nadi
4. Apakah kiri sama dengan kanan
5. Kualitas nadi
6. Keadaan-keadaan lainnya
1. Frekwensi Nadi
• Normalnya : 60 – 100 / menit
• Tachycardi / pulsus frequent : nadi yang cepat ( lebih 100 / menit )
• Bradycardi / pulsus varus : nadi yang kurang dari 60 / menit

2. Irama Nadi

• Irama nadi dalam keadaan normal, yaitu : pulsus reguler.


• Irama nadi yang tidak teratur disebut pulsus irreguler

3. Amplitudo Nadi
• Amplitudo besar, disebut pulsus magnus. Pd demam, aorta insuffisiensi
• Amplitudo kecil, disebut pulsus parvus. Pd mitral stenosis, aorta stenosis
• Amplitudonya sama disebut pulsus equal, sebaliknya adalah pulsus
inequal
Tergantung pada :
• Banyaknya darah yang keluar dari ventrikel kiri
• Tahanan perifer
• Elastisitas pembuluh darah
4. Apakah Kiri sama dengan kanan
Dalam keadaan normal amplitudo kiri sama dengan amplitudo kanan.
Bila ada perbedaan, dapat disebabkan oleh keadaan sbb :
• Stenosis pembuluh darah

5. Kualitas Nadi

• Kualitas nadi tergantung dari tekanan nadi


• Pulsus celer : tekanan nadi ( selisih antara tekanan sistolis dan
diastolis) cukup besar
Didapatkan pada penderita :
- Hipertensi essensial
- Tirotoksikosis
- Insufisiensi aorta
- Arterio-venous fistula
• Pulsus tardus : Selisih antara tekanan sistolis dan diatolis kecil.
Didapatkan pada aorta stenosis berat
6. Keadaan-keadaan lain
• Pulsus paradoksus- dijumpai pd perikarditis
• Pulsus alternans- dijumpai pd payah jantung
• Pulsus defisit – dijumpai pd atrium fibrilasi
• Pulsus bigeminus- dijumpai pd peny.jantung koroner, payah jantung
• Pistol Shot Sound- dijumpai pd aorta insufisiensi
B. Suhu

• Normal suhu badan : 36-37 oC


• Demam / febris : > 37 oC
• Subfebril : 37-38 oC
• Febris continue : > 38 oC dan fluktuasi kurang 1 oC
• Febris remitten : > 38 oC dan fluktuasi lebih 1 oC
• Febris intermittent : > 38 oC dan fluktuasi lebih 1 oC dan suhu < 38 oC
• Penurunan suhu badan ke normal, dapat secara LYSIS (turun secara
bertahap) dan CRISIS (turun secara cepat)
C. Pernapasan

• Pernapasan normal : thorakal, abdominal, thorako abdominal


• Frekwensi normal : 16-22 kali
• Pernapasan abnormal
d. Tekanan Darah

• Diperiksa dengan sphygmomanometer air raksa, aneroid atau


digital
• Normal : < 140/90 mmHg
• Hipertensi : TD sistolik ≥ 140 dan atau TD diastolik ≥ 90 mmHg
II.6. Bentuk Badan
• Normal
• Abnormal : acromegali, gigantisme, kiposkoliosis dll

II.7. Habitus
• Habitus asthenicus
• Habitus athleticus
• Habitus picnicus
Barrel Chest
II.8. Pemeriksaan kulit
II.9. Pemeriksaan selaput lendir
II.10. Pemeriksaan getah bening
II.11. Pemeriksaan pembuluh darah
II.12. Pemeriksaan tulang / otot dan saraf
Pemeriksaan Regional, meliputi :
I. Pemeriksaan Kepala & Leher
II. Pemeriksaan Thorax
III. Pemeriksaan Abdomen
IV. Pemeriksaan Anggota Gerak
V. Pemeriksaan Alat Kelamin
VI. Pemeriksaan Tulang Belakang
PEMERIKSAAN KEPALA & LEHER
1. Pemeriksaan Muka dan Kepala

• Perhatikan ekspresi muka, simetris atau tidak


• Pada penderita acromegali: hidung dan dagu besar
• Muka seperti singa (fascies leontina) pada Morbus hansen
• Grey face pada cirrosis hepatis
• Muka yang kuning kepucat-pucatan (urochrom) pada uremia chronik
• Perhatikan bentuk kepala, simetris atau tidak
• Perhatikan pertumbuhan rambut, apakah ada alopecia
• Apakah ada deformitas
2. Pemeriksaan Mata dan Telinga

• Perhatikan apakah ada exopthalmus (keadaan dimana bola mata


menonjol keluar)
• Apakah ada ptosis, oedema, xanthelasma, nystagmus, perdarahan, dll
• Perhatikan, apakah ada cairan keluar dari telinga, nyeri tekan pada
proc. Mastoideus, dll
3. Pemeriksaan Mulut, Hidung dan Tenggorokan
• Perhatikan apakah ada kalainan gigi-geligi
• Perhatikan bau pernapasan serta lidah yang tremor dan kotor
4. Pemeriksaan Leher
a. Kelenjar Getah Bening
• Ada pembesaran atau tidak
• Soliter atau multiple
• Nyeri atau tidak
• Lokalisasinya
b. Kelenjar Gondok
• Ada pembesaran atau tidak
• Konsistensinya
• Nyeri tekan atau tidak
c. Trachea
• Periksa apakah letaknya ditengah atau ada deviasi.
Acromegaly
Active Lupus Vulgaris
Congenital Ptosis
Acne Vulgaris
Fascial Palsy
Jaundice
Acute Pharyngitis
Acute Tonsilitis
Acute neurotic odema in the lip
Aphthous ulcer
Conjungtivitis
Cranial Nerve 9 Dysfunction
Herpes Vesikel
PEMERIKSAAN PARU
Pada pemeriksaan paru, keluhan-keluhan yang sering dijumpai :

1. Sesak napas
2. Batuk-batuk (kering / berdahak)
3. Batuk darah
4. Nyeri dada
5. Keluhan umum lainnya, seperti demam, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, keringat malam
1. Sesak Napas
Variasi Dyspneu, yakni :
• Takipnea : Napas yang cepat
• Hiperpnea : Napas yang dalam
• Orthopnea : Sesak napas pada waktu tidur
• Platipnea : Sesak napas pada posisi tegak (berdiri)
• Trepopnea : Sesak napas pada posisi berbaring kekiri/kanan
Sesak napas sering ditemukan pada keadaan/penyakit :
a. Gangguan sistem pernapasan
• Penyakit saluran napas : asma bronkial, PPOK
• Penyakit parenkim paru : pneumonia, ARDS
• Penyakit vaskuler paru : emboli paru
• Penyakit pleura : efusi pleura, pneumothoraks
b. Gangguan sistem kardiovaskuler
• Meningkatnya tekanan vena pulmonalis : gagal jantung kiri
• Penurunan curah jantung
• Anemia berat
c. Ansietas / psikosomatik

d. Gangguan pada sistem neuromuskuloskeletal, yaitu : mistenia gravis,


sindrom Guillian Barre, Kifoskoliasis
2. Batuk
Penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk :

a. Iritasi jalan napas


• Terisap : asap, debu, dll
• Aspirasi : cairan lambung, sekret mulut, benda asing
• Post nasal drips
b. Penyakit jalan napas : infeksi saluran napas atas, bronkitis akut/kronik,
bronkiectasis, asma bronkial
b. Penyakit parenkim paru : pneumonia, abses paru, peny. Intestisial paru
c. Gagal jantung
d. Drug induced (efek samping obat) : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
3. Hemoptisis

Hemoptisis berarti membatukkan darah dari jalan napas.


Asal darah bisa dari paru-paru, mulut, saluran pencernaan atas

Penyakit paru yang menyebabkan hemoptisis :


a. Penyakit jalan napas : bronkitis akut/kronik, bronkiectasis, ca bronkus
b. Penyakit parenkim paru : TB, abses paru, pneumonia
c. Penyakit vaskuler : emboli paru, hipertensi pulmonal
d. Lain-lain : endometriosis paru, gangguan koagulasi

Yang terbanyak menyebabkan hemoptisis adalah Penyakit Jalan Napas


4. Nyeri Dada

Nyeri dada tidak selalu menunjukkan adanya penyakit pada paru,


karena jaringan paru bebas dari saraf nyeri sensorik. Bila terdapat nyeri dada,
maka ini berarti adanya proses di pleura parietal, diafragma, atau mediastinum.
I. Inspeksi Paru
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Bentuk dada / thoraks dalam keadaan statis
Bentuk dada :
a. Normal
b. Dada Paralitikum
c. Dada Emfisema (Barrel-Shape)

Kelainan bentuk :
• Kifosis Kelainan dada lain yang sering dijumpai adalah :
• Skoliosis • Kulit : spider naevi
• Pectus excavatum • Bendungan vena
• Pectus carinatum • Emfisema subkutis
• Pectus excavatum • Ginekomastia
• Penyempitan atau pelebaran sela iga
Asymetrical Breast
Gynecomastia
2. Dada dalam keadaan bergerak

a. Frekwensi Pernapasan
• Normal : 12-18 kali permenit
• Bradipnea : < 12 kali permenit
• Takipnea : > 18 kali permenit

b. Sifat Pernapasan
• Torakal
• Abdominal
• Torako-abdominal
Jenis pernapasan lain :
• Pernapasan dengan pursed lips
• Pernapasan cuping hidung
c. Irama Pernapasan
Pernapasan normal, dilakukan secara teratur dengan fase inspirasi ekspirasi
yang teratur bergantian

Kelainan yang dapat langsung didengar tanpa bantuan alat pemeriksa :


• Suara batuk (kering atau berdahak)
• Suara mengi (wheezing)
• Stridor
• Suara serak (hoarseness)

Memperhatikan adakah kelainan pada ekstremitas yang berhubungan dengan


peny. Paru :
• Clubbing (jari tabuh)
• Sianosis perifer
• Karat nikotin, pada perokok berat
• Otot-otot tangan dan lengan mengecil (sindrom pancoast)
Kelainan pada daerah kepala yang menunjukkan gangguan paru :
• Mata yang mengecil, pada sindrom Horner
• Sianosis pada ujung lidah, pada hipoksemiaa

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada gangguan paru, adalah :


• Sputum
- Sputum purulen dan jumlah banyak: pada bronciectasis
- Sputum warna merah muda: pada oedema paru
- Sputum berdarah: pada TB paru, Ca paru, bronchiectasis
II. Palpasi Paru

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan palpasi :

1. Palpasi pada keadaan statis


- Kelenjar getah bening
- Trakea
- Letak apeks jantung
- Kelainan dinding dada

2. Palpasi dalam keadaan dinamis


- Pemeriksaan Tactile/vocal fremitus
Dalam keadaan normal fremitus raba kiri dama dengan kanan.
Bila satu mengeras, misalnya :
• Infiltrat
• Rongga caverne yang berhubungan dengan pipa udara

Bila fremitus raba menurun pada keadaan-keadaan :


• Gangguan pada paru-paru, seperti :
- Tumor
- Cairan
- Atelectasis
- Emphysema paru
• Gangguan pada rongga pleura, seperti :
- Effusion
- Schwarte
- Pneumothorax
III. Perkusi Paru

Tujuan perkusi dinding dada :


• Untuk menentukan batas-batas paru
• Untuk menentukan perbandingan paru kiri dan kanan
• Untuk menentukan batas-batas jantung
• Untuk menentukan apakah ada proses dalam paru-paru

a. Sonor (resonant) : terjadi bila udara cukup banyak dalam jaringan alvoulus : paru normal
b. Pekak (dull) : terjadi pada jaringan tanpa udara didalamnya : atelektasis, tumor
c. Redup (stony-dull) : Bagian padat jaringan lebih banyak dari udara didlmnya: pneumonia
d. Hipersonor : Udara lebih banyak dari pada jaringan padat ; Emfisema paru, pneumothorax
Menentukan batas-batas paru

1. Batas paru dengan hati


Pada orang sehat batas paru dengan hati adalah sela iga V atau sela iga VI

2. Batas paru belakang


Normal batas paru belakang kanan setinggi vertebra thorakal XI atau ThX
Kadang-kadang batas kanan lebih tinggi 1 jari batas kiri akibat adanya hati
yang pekak.
Perkusi perbandingan

Pada waktu melakukan perkusi selamanya harus dibandingkan antara


paru-paru kiri dan kanan. Normal terdengar suara sonor.
Perkusi perbandingan dilakukan pada daerah yg sama dari paru-paru kiri dan
kanan
Menentukan batas-batas jantung

1. Batas jantung kanan relatif


Normal batas jantung kanan relatif terletak linea sternalis kanan

2. Batas jantung kanan absolut


Normal batas jantung kanan absolut terletak linea sternalis kiri

3. Batas jantung kiri relatif


Sesuai dengan ictus cordis normal, yakni sela iga 5-6 linea medio
clavicularis kiri
4. Batas jantung kiri absolut
IV. Auskultasi Paru

Pada auskultasi terdapat 2 bunyi :


A. Bunyi napas pokok :
1. Vesikuler
2. Bronkial
3. Bronkivesikular
4. Amforik
B. Bunyi napas tambahan
1. Ronki kering
2. Ronki basah
3. Crepitasi
4. Bunyi gesekan pleura
5. Hippocrates succussion : pd hydropneumothorax
6. Falling drop sound
7. Coin sign
PEMERIKSAAN JANTUNG
Pemeriksaan fisis jantung, meliputi :

a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
A. Inspeksi Jantung
• Voissure cardiaque
Merupakan penonjolan setempat yang lebar didaerah precordium,
diantara sternum dan apex cordis. Adanya Voissure cardiaque,
menunjukkan adanya : kelainan jantung organis, kelainan jantung
yang berlangsung sudah lama dan dilatasi ventrikel
• Ictus

B. Palpasi Jantung
Hal yang harus diperhatikan pada palpasi, adalah : lokalisasi puctum maximum,
apakah kuat angkat, frekwensi, kualitas dan pulsasi yang teraba.
C. Perkusi Jantung
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung

D. Auskultasi Jantung
Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan :
• Bunyi jantung
• Bising jantung
• Gesekan pericard
Bunyi Jantung
Untuk mendengarkan bunyi jantung diperhatikan :

1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung


2. Menentukan bunyi jantung I dan II
3. Intensitas bunyi dan kualitasnya
4. Ada tidaknya bunyi jantung III dan IV
5. Irama dan frekwensi bunyi jantung
6. Bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung
1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung

Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sbb :

• Ictus cordis, mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup


mitral
• Sela iga II kiri, mendengar bunyi jantung yang berasal dari
katup pulmonal
• Sela iga II kanan, mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta
• Sela iga IV dan V ditepi kanan dan kiri sternum, mendengar bunyi
jantung yang berasal dari katup trikuspidal
2. Menentukan bunyi jantung I dan II
Pada orang sehat dapat didengar 2 macam banyi jantung, yaitu
bunyi jantung I dan II.

Bunyi jantung I timbul oleh penutupan katup mitral dan trikuspidal


Bunyi jantung II timbul oleh pentupan katup aorta dan pulmonal
3. Intensitas dan kualitas bunyi
Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh keadaan berikut ini :

• Tebalnya dinding dada


• Adanya cairan dalam rongga pericard

M1 : Bunyi jantung akibat penutupan mitral secara langsung


M2 : Penutupan katub aorta dan pulmonal yg dirambatkan
P1 : Bunyi M1 yang dirambatkan
P2 : Penutupan katup pulmonal secara langsuang
A1 : Penutupan mitral yang dirambatkan
A2 : Penutupan katup orta secara langsung
A2 lebih besar A1
Beberapa gangguan intensitas bunyi jantung :

Intensitas bunyi jantung I melemah pada :


• Orang gemuk
• Emphysema paru
• Pericard effusion
• Payah jantung akibat miokard infark atau miokarditis
Intensitas bunyi jantung I mengeras pada :
• Demam
• Morbus basedow
• Orang kurus

Intensitas bunyi jantung A 2 meningkat pada :


• Hipertensi sistemik
• Insuffisiensi aorta

Intensitas bunyi jantung A 2 melemah pada :


• Stenosis aorta
• Emphysema paru
• Orang gemuk
Intensitas P 2 mengeras pada :
• Atrial septal defect (ASD)
• Ventricular septal defect (VSD)
• Patent ductus arteriosus (PDA)
• Hipertensi pulmonal

Intensitas P 2 menurun pada :


• Stenosis pulmonal
• Tetralogy fallot (TF)
4. Ada tidaknya bunyi jantung III dan IV

Bunyi jantung 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir


pengisian cepat dari ventrikel dan terdengar pada apex jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Bunyi jantung 4 terjadi karena distensi ventrikel. Normal pada anak-anak dan
orang dewasa didapatkan dalam keadaan patologis, yaitu AV block dan
hipertensi sistemik.
5. Irama dan frekwensi bunyi jantung
Normal irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut
Arrhytmia cordis.

Kadang-kadang irama jantung berubah menurut respirasi pada


waktu inspirasi lebih lambat, keadaan ini disebut Sinus arrhytmia
6. Bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung

• Bising jantung (cardiac murmur)


• Gesekan pericard

Jenis dari bising


1. Bising sistole : tipe ejection dan pansistole
2. Bising diastole : mid-diastole, early diastole dan presistole
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Pembagian abdomen, atas 4 macam region :
PEMERIKSAAN FISIS ABDOMEN
1. INSPEKSI ABDOMEN
A. Kulit
- Perhatikan lesi-lesi pada permukaan kulit abdomen yang sesuai dengan
lesi-lesi dari penyakit tertentu.
- Perhatikan apakah ada pembuluh vena yang dilatasi
- Perhatikan adanya striae, mis : pada ibu hamil dan Sindroma Cushing

B. Gerakan Dinding Perut


Normal gerakan dinding perut, teratur pada waktu pernapasan
dan bebas bergerak . Bila gerakan dinding perut terlambat pada waktu
bernapas, bisa disebabkan oleh : peradangan, peritonitis generalisata, nyeri dll

C. Pusat (umbilicus)
Perhatikan bentuknya, apakah menonjol atau tidak. Jika menonjol
kecil kemungkinan peningkatan tekanan intra abdomen dan jika menonjol
yang besar, bisa hernia umbilikalis.
D. Bentuk Abdomen

1. Normalnya perut simetris


2. Perut membesar dan simetris :
- Kegemukan
- Ascites
- Penimbunan udara dalam usus
3. Perut membesar dan tidak simetris
- Kehamilan
- Tumor

Pembesaran yang besifat setempat, dapat disebabkan oleh pembesarah hati,


limpa, ginjal atau tumor.

Bentuk perut yang cekung, didapat pada orang kurus


2. PALPASI ABDOMEN

Harus diperhatikan :
a. Apakah ada ketegangan dinding perut dan bila ada di regio mana
b. Nyeri tekan
c. Hiperaesthesi atau anaesthesi
d. Pembesaran organ-organ dalam perut, seperti hepar, limpa, ginjal, dll
PALPASI HEPAR

• Normalnya hepar tidak teraba


• Hepar yang membesar, biasanya teraba pada waktu inspirasi
• Hepatoptosis, hati terdorong kebawah : pd pdrt Emfisema Paru
• Pada hepar yang teraba, harus diperhatikan :
1. Derajat pembesarannya
2. Konsistensinya, elastik atau keras
3. Permukaan, licin atau berbenjol-benjol
4. Tepi, tajam atau tumpul
5. Fluktuasi
6. Pulsasi atau tidak
7. Nyeri tekan
8. Pembesaran hepar terjadi pada hepatitis, hepatoma, hati bendungan
pada payah Jantung
PALPASI KANTUNG EMPEDU

• Normalnya kantung empedu tidak teraba


• Dapat diraba pada sebelah bawah arcus costae kanan di linea
medioclavicularis kanan
• Kantung empedu, teraba pada : cholecystitis acute, bendungan
ductus choledochus yang disebabkan oleh tumor
PALPASI LIMPA
• Normalnya tidak teraba, kalau teraba selalu patologis
• Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan titik schuffner,
yaitu garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri, menuju ke
umbiulikalis dan diteruskan sapai SIAS kanan
• Bila palpasi limpa agak sukar, maka dapat dilakukan palpasi secara bimanual,
kalau terdapat ascites, dapat ditentukan secara “StootPalpation”
• Pada waktu palpasi yang harus dilaporkan :

1. Luasnya pembesaran dengan Schuffner


2. Tepinya
3. Konsistensinya
4. Permukaannya
5. Nyeri tekan
• Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan limpa membesar :
1. Demam tifoid
2. Malaria
3. Leukemia
4. Cirr. Hepatis
5. SLE
6. An. Hemolitic
PALPASI GINJAL
• Ginjal normal tidak teraba
• Palpasi ginjal selalu dengan cara bimanuel. Dilaporkan apakah
ballotement (+) atau (-)
• Istilah balotement, dipakai untuk pemeriksaan ginjal yang membesar
atau alat-alat yang letaknya retroperitoneal.
• Jika paa massa yang teraba tersebut, gerakan dari satu tangan dapat
dirasakan pada tangan lainnya, disebut Balotement (+)
• Kelainan yang dapat menyebabkan ginjal teraba, adalah
- Hydronephrosis
- Kista ginjal
-Tumor ginjal
PALPASI LAMBUNG
• Normalnya lambung tidak teraba
• Bila teraba maka biasanya diraba pada daerah epigastrium

PALPASI KANDUNG KEMIH

• Kandung kencing bila penuh, teraba diatas symphisis bentuk ovoid,


licin dan tegang

PALPASI TUMOR ABDOMEN


• Lokalisasi tumor
• Apakah intra atau ekstra abdominal
• Tentukan ukuran tumor
• Konsistensinya
• Bentuknya
• Motilitasnya
• Nyeri pada waktu palpasi
3. PERKUSI ABDOMEN

Berguna untuk menilai hasil pemeriksaan palpasi dan inspeksi.


Dengan perkusi diketahui :
• Pembesaran organ-organ
• Adanya udara bebas dalam rongga perut
• Adanya cairan bebas (Ascites)

4. AUSKULTASI ABDOMEN

Tujuan auskultasi pada abdomen adalah untuk menentukan :

• Ada tidaknya peristaltik usus


• Gerakan cairan
• Bising pembuluh darah
PEMERIKSAAN ANUS DAN REKTUM
Terdiri dari :

PEMERIKSAAN DAERAH INGUINAL DAN FEMORAL

Melihat apakah ada :


• Lymphadenitis
• Hernia inguinalis
• Lymphogranuloma inguinalis
• Testis tidak turun kedalam sctorum
• Pembesaran kelenjar limfe sebagai bagian dari lymphadenoma

Melihat juga apakah ada tanda-tanda hemorroid, fissura, fistel, struktura,


tumor serta pembesaran prostat
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK
• Meliputi pemeriksaan secara Inspeksi dan Palpasi
• Terdiri dari :
1. Anggota Gerak Atas
2. Anggota Gerak Bawah
1. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas
Bentuk & Ukuran

• Bentuk dan ukuran tangan yang besar didapatkan pada penderita acromegaly
• Tangan yang kecil dan memanjang didapatkan pada insufisiensi kel. Hipofisis
• Odema tangan, disebabkan oleh :

a. Glomerulonephritis
b. Local phlebitis
c. Bendungan pemb. Darah atau limfe
d. Payah jantung yang berbaring miring
e. Sesudah amputasi mammae
f. Tumor-tumor pada daerah mediastinum
Warna Kulit

• Perhatikan warna kulit pucat atau normal


• Lakukan palpasi, apakah suhu tangan sesuai dengan suhu tubuh penderita
• Pada cirrhosis hepatis : didapatkan eritema palmaris, yakni warna
kemerahan pada telapak tangan
• Pada pellagra : Terlihat punggung tangan kemerahan, kemudian menjadi
gelap dan mengalami skuamasi dan terbentuk bullae, vesikel

Gerakan Tangan

• Perhatikan adanya tremor, tetani, Wrist drop


Deformitas

• Claw hand pada morbus hansen


• Atrofi otot interossei dan hyperextensi jari tangan, pada Rheumatoid arthritis
• Koilonichia, bentuk kuku seperti sendok, pada lues, def.Fe, demam rematik
• Tampak garis-garis halus dibawah kuku jari: pada SBE

Pergelangan Tangan

• Apakah ada tumor


• Ganglion
• Ada pembengkakan, dll
2. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah

• Perhatikan ukuran, posisi, dan bentuk dari kedua tungkai


• Ukuran kaki yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran perut, pada
Sindroma Cushing
• Genu varum, bentuk kaki O
• Genu valgum, bentuk kaki X
• Perubahan warna kulit, petechie, varicose, erythema nodosum, dll
• Oedema :

Bila oedema bilateral, disebabkan :


1. Payah jantung
2. Nefritis kronis
3. Tumor dalam rongga perut yang menekan vena
Bila oedema unilateral, disebabkan :
4. Pembesaran organ dalam perut
1. Thrombosis vena femoralis
2. Elephantiasis
3. Phlegmasia alba dolens
4. Metastase karsinoma prostat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai