H2A012060
Sasaran Belajar
1. Anatomi Ginjal
2. Fisiologi Ginjal (Pembentukan Urin)
3. Glomeronefritis Akut
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Gejala Klinis
E. Pemeriksaan Fisik
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
i. Prognosis
A. Definisi
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami
proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu
mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis
akut = GNA) mencerminkan adanya korelasi klinik selain
menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan
penyakit dan prognosis.
Kelompok Infeksi
Streptococcus (yaitu, kelompok A, beta-hemolitik).
b.etiologi Serotipe M1, 2, 4, 12, 18, 25 - nefritis Poststreptococcal akibat
infeksi saluran pernapasan atas, yang terjadi terutama di musim
dingin
Serotipe 49, 55, 57, 60 - nefritis Poststreptococcal karena infeksi
kulit,.
GNA pasca infeksi streptokokus (GNAPS) biasanya berkembang 1-3
minggu setelah infeksi akut dengan strain nephritogenic spesifik
grup A streptokokus beta-hemolitik.
GN pascainfeksi Nonstreptococcal.Bakteri selain streptokokus
grup A 1.diplococci,
2.streptokokus lainnya,
3.staphylococci, dan
4.mikobakteri. Salmonella typhosa, Brucella suis, Treponema
pallidum, Corynebacterium bovis, dan actinobacilli juga telah
diidentifikasi.
5.VirusCytomegalovirus (CMV), coxsackievirus, Epstein-Barr virus
(EBV), virus hepatitis B (HBV), rubella, rickettsiae (seperti dalam
tifus scrub), dan
6.parasit atau jamur memerlukan pengecualian dari infeksi
streptokokus. Organisme diidentifikasi meliputi Coccidioides immitis
dan parasit berikut: Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum,
Schistosoma mansoni, Toxoplasma gondii, filariasis, trichinosis, dan
trypanosomes.
Kelompok Non-infeksi
Penyakit sistemik multisistem yang dapat menyebabkan GNA meliputi:
b.etiologi Vaskulitis (misalnya, Wegener granulomatosis) - Ini menyebabkan glomerulonefritis
yang menggabungkan nephritides granulomatosa atas dan bawah.
Penyakit kolagen-vaskular (misalnya, lupus eritematosus sistemik [SLE]) - Ini
menyebabkan glomerulonefritis melalui deposisi kompleks imun pada ginjal.
Vaskulitis hipersensitivitas - Ini mencakup sekelompok heterogen gangguan pembuluh
darah kecil dan penyakit kulit.
Cryoglobulinemia - Hal ini menyebabkan jumlah abnormal cryoglobulin dalam plasma
yang menghasilkan episode berulang dari purpura luas dan ulserasi kulit pada
kristalisasi.
Polyarteritis nodosa - ini menyebabkan nefritis dari vaskulitis melibatkan arteri ginjal.
Henoch-Schönlein purpura - Ini menyebabkan vaskulitis umum mengakibatkan
glomerulonefritis.
Sindrom Goodpasture - Ini menyebabkan antibodi yang beredar pada kolagen tipe IV
dan sering mengakibatkan kegagalan ginjal progresif cepat (minggu ke bulan).
Penyakit ginjal primer yang dapat menyebabkan GNA meliputi:
Membranoproliferatif glomerulonefritis (MPGN) - Hal ini disebabkan perluasan dan
proliferasi sel mesangial akibat pengendapan komplemen. Tipe I mengacu pada
deposisi granular dari C3, tipe II mengacu pada proses yang tidak teratur.
Penyakit Berger (IgG-immunoglobulin A [IgA] nefropati) - ini menyebabkan GN sebagai
akibat dari deposisi mesangial difus IgA dan IgG.
GN proliferatif mesangial “murni”
Idiopatik glomerulonefritis progresif cepat - Bentuk GN ditandai dengan adanya
glomerulus crescent. Terdapat 3 tipe: Tipe I adalah antiglomerular basement membrane
disease, tipe II dimediasi oleh kompleks imun, dan tipe III diidentifikasi dengan antibodi
sitoplasmik antineutrophil (ANCA).
Penyebab noninfeksius lainnya dari GNA meliputi:
Sindrom Guillain-Barré
Iradiasi tumor Wilms
Vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT)
Serum sickness
Patofisiologi pada gejala-gejala klinik berikut:
C. Patofisiologi 1.Kelainan urinalisis: proteinuria dan hematuria
edema,
Peningkatan aldosteron Penurunan aliran
v darah ginjal
Ekresi retensi air dan natrium. Laju Filtrasi Ginjal (LFG) menurun.
edema
wajah terutama edem periorbita,
paling nyata dibagian anggotaGFR biasanya menurun
(meskipun aliran plasma ginja biasanya normal)
Derajat edema
berat peradangan gelmurulus, apakah disertai dnegan
payah jantung kongestif, dan seberapa cepat dilakukan
pembatasan garam.1,2,7,8
Glomerulonefritis Pasca infeksi streptococcal
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.
terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus (unsur
membran plasma sterptokokal spesifik). M-protein pada streptokokus
Protease kationik
terkait nefritis
Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah streptokokus dan
prekursor zymogen
nya (nefritis terkait
protease [NAPR])
bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut telah diidentifikasi
sebagai
gliseraldehida-3-
fosfat dehidrogenase
secara mekanis terperangkap dalam membran basalis. yang berfungsi
sebagai reseptor
plasmin(ogen). Hal
ini mengikat plasmin
dan mengaktifkan
komplomen akan terfiksasi komplemen melalui
jalur alternatif.
Glomerofritis Akut
• Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorok
dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan antimikroba. Beberapa
uji serologis terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan
adanya infeksi streptokokus, antara lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase,
dan anti Dnase B. Skrining antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu
mengukur antibodi terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti
streptolosin O meningkat pada 75-80% pasien dengan glomerulonefritis akut
pasca streptokokus dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus
tidak memproduksi streptolisin O. Bila semua uji dilakukan uji serologis
dilakukan, lebih dari 90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus.
• Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus glomerulonefritis akut
pascastreptokokus atau pascaimpetigo, tetapi antihialuronidase atau antibodi
yang lain terhadap antigen streptokokus biasanya positif. Pada awal penyakit
titer antibodi streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji titer
dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali lipat berarti adanya infeksi. Tetapi ,
meskipun terdapat bukti adanya infeksi streptokokus, hal tersebut belum dapat
memastikan bahwa glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabkan karena
infeksi streptokokus. Gejala klinis dan perjalanan penyakit pasien penting untuk
menentukan apakah biopsi ginjal memang diperlukan.
• Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasien faringitis, dan 80% pada
pasien dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid dinucleotidase
(anti-NAD), antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B positif setelah faringitis.
Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu puncaknya pada satu bulan dan akan
menurun setelah beberapa bulan.
•
• Pada pemeriksaan serologi didapatkan penurunan komponen serum CH50
dan konsentrasi serum C3. Penurunan C3 terjadi ada >90% anak dengan
GNA PS. Pada pemeriksaan kadar komplemen, C3 akan kembali normal
dalam 3 hari atau paling lama 30 hari setelah onset.
• Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya biasanya transien. Bila
peningkatan ini menetap beberapa minggu atau bulan menunjukkan pasien
bukan GNA PS sebenarnya. Pasien yang mengalami bentuk kresentik GN
mengalami perubahan cepat, dan penyembuhan tidak sempurna. Adanya
hiperkalemia dan asidosis metabolik menunjukkan adanya gangguan fungsi
ginjal. Selain itu didapatkan juga hiperfosfatemi dan Ca serum yang
menurun.
• Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria
muncul pada semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit,
granular. Terdapat gangguan fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih
terkonsentrasi dan asam. Ditemukan juga glukosuria. Eritrosit paling baik
didapatkan pada urin pagi hari, terdapat 60-85% pada anak yang dirawat di
RS. Hematuria biasanya menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin
dapat bertahan 18 bulan. Hematuria mikroskopik dapat muncul meskipun
klinis sudah membaik. Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya
menghilang dalam 6 bulan. Pasien dengan proteinuria dalam nephrotic-
range dan proteinuria berat memiliki prognosis buruk.
• Pada pemeriksaan darah tepi gambaran anemia didapatkan,anemia
normositik normokrom.
• Pemeriksaan Pencitraan
• Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
• USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
Biopsi Ginjal
Glomerofritis Akut
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang
menetap, abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang
menetap, dan terjadi sindrom nefrotik.
Indikasi Relatif :
Tidak ada periode laten di antara infeksi streptokokus dan GNA
Anuria
Perubahan fungsi ginjal yang cepat
Kadar komplemen serum yang normal
Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus
Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal
GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap dalam 2 minggu
Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi Absolut :
GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
Proteinuria menetap dalam 6 bulan
G. Penatalaksanaan
• Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik. Perawatan dibutuhkan
Glomerofritis Akut
apabila dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens
kreatinin < 60 ml/mnt/1,73 m2), BUN > 50 kg, anak dengan tanda dan gejala
uremia, muntah letargi, hipertensi ensefalopati, anuria atau oliguria
menetap.
• Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau antihipertensi. Bila hipertensi
ringan (sistolik 130 mmHg dan diastole 90 mmHg), umumnya diobservasi
tanpa diberi terapi. Hipertensi sedang (sistolik > 140-150 mmhg dan diastole
> 100 mmHg) diobati dengan pemberian hidralazin oral atau IM, nifedipin
oral atau sublingual. Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien
hipertensi 1-2 hari daripada memberi antihipertensi yang lama. Pada
hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,3 mg/kgbb IV, dapat diulang
setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,1 mg/kgbb (1-3 mg/m2) IV, natrium
nitroprusid 1-8 mg/kgbb/mnt. Pada krisis hipertensi (sistolik > 180 mmHg
atau diastolic > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgbb IV secara cepat
bersama furosemid 2 mgg/kgbb IV. Pilihan lain klonidin drip 0,002
mg/kgbb/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5
mg/kgbb dan dapat diulang setiap 6 jam bila diperlukan.
• Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium,
hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi
tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan
teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya
menolong juga.
• Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan natrium. Asupan
cairan sebanding dengan invensible water loss (400-500 ml/m2 luas permukaan
tubuh/hari) ditambah setengah atau kurang dari urin yang keluar. Bila berat badan
tidak berkurang diberi diuretik seperti furosemid 2 mg/kgbb, 1-2 kali/hari.
• Pemakaian antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Namun, pasien
dengan biakan positif harus diberikan antibiotik untuk eradikasi organisme dan
mencegah penyebaran ke individu lain. Diberikan antimikroba berupa injeksi
benzathin penisilin 50.000 U/kgbb IM atau eritromisin oral 40 mg/kgbb/hari selama
10 hari bila 17 pasien alergi penisilin.
• Pembatasan bahan makanan tergantung beratnya edema, gagal ginjal dan
hipertensi. Protein tidak perlu dibatasi bila kadar urea < 75 mg/dL atau 100 mg/dL.
Bila terjadi azotemia asupan protein dibatasi 0,5 g/kgbb/hari. Pada edema berat dan
bendungan sirkulasi dapat diberikan NaCl 300 mg/hari sedangkan bila edema
minimal dan hipertensi ringan diberikan 1-2 g/m2/hari. Bila disertai oliguria, maka
pemberian kalium harus dibatasi. Anuria dan oliguria yang menetap, terjadi pada 5-
10% anak. Penanganannya sama dengan GGA dengan berbagai penyebab dan
jarang menimbulkan kematian.
Glomerulonephritis Specific treatments used Rationale for treatment
Endocapillary glomerulonephritis None required Inflammation generally self resolving
Acute nephritic phase: Blood
Mesangioproliferative glomerulonephritis
pressure control with ACE inhibitors
Pulsed intravenous steroids,
Reduce inflammation especially where renal function declining and
cyclophosphamide, mycophenolate
crescents present
mofetil intravenous immunoglobulin
Pulsed intravenous steroids 1 g for
Antiglomerular basement membrane 3/7 followed by oral steroids (60
To switch off antiglomerular basement membrane antibody production
disease mg/day) Cyclophosphamide orally
(2–3 mg/kg/day)
Plasma exchange (daily for 14 days or To remove existing antiglomerular basement membrane antibody while
until no anti-GBM antibody) immunosuppression takes effect
Pulsed intravenous steroids 1 g for
3/7 + oral steroids (start 60 mg),
ANCA positive vasculitis Suppression of antibody and cellular immune arms
cyclophosphamide (2 mg/kg/day
orally or 0.5–1 g monthly intravenous)
Plasma exchange? for creatinine >500
Removal of ANCA/immune complexes?
or pulmonary haemorrhage
Removal of proinflammatory cytokines?
Immune complex-mediated RPGN Treat underlying histological variant
If idiopathic as for ANCA positive
Suppression of antibody response
vasculitis
Steroids 40 mg/m2 alternate days in
MCGN type I: idiopathic
children only
Anatomi Ginjal
1. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Penerbit EGC.
Jakarta.2007
2. Husein, A, dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi kedua. Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2002. h 345-353
3. Hay, William W, MD. Pediatric Diagnosis and Treatment Edisi
keenambelas. Penerbit McGraw-Hill (Asia). Singapura. 2003. H 698 –
699
4. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
5. Glomerulonefritis. In: Syaifullah, Muhammad, editors. Buku Ajar
Nefrologi Anak. 2002. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 323
6. Lyttle, John D. The Treatment of Acute Glomerulonephritis in
Children. The Bulletin. Hlm : 212 – 221.
7. Sanjad, Sami. Acute Glomerulonephritis in Children : A review of 153
cases. Southern Medical Journal. 1977. Hlm : 1202 – 1206.