2. Nirvalla Ibrazaen (B.211.16.0142) 3. Tanti Yuni Lestari (B.211.17.0070) 4. Febriana Kusumaningtyas (B.211.17.0085) Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah sistem mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawabannya. Akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem pengendalian keseluruhan di suatu perusahaan. Manfaat khususnya berasal dari fakta bahwa struktur akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu kerangka kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian Tujuan akuntansi pertanggungjawaban ada 3 yaitu: 1.Untuk menentukan kontribusi divisi sebagai sub unit, dibuat untuk keseluruhan organisasi. 2.Untuk memberikan dasar dalam mengevaluasi kualitas kinerja manajer divisi. 3.Untuk memotivasi manajer divisi untuk mngoperasikan divisinya dengan cara yang konsisten dengan dasar tujuan organisasi secara keseluruhan. Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi apa pun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggungjawab atas terjadinya pengendalian terhadap data tersebut. Oleh karena itu, data akuntansi konvensional mempunyai nilai terbatas bagi manajer dalam memantau efisiensi dari aktivitas harian mereka Akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu sentuhan pribadi terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal dalam akuntansi konvensional dengan cara membahas manajer segmen secara langsung dan dengan menyediakan tujuan serta hasil kinerja aktual atas faktor-faktor operasional atas mana manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan pengendalian. Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan, dan dilaporkan berdasarkan jenisnya. Pusat pertanggungjawaban memiliki empat jenis, yaitu: 1. Pusat pembiayaan 2. Pusat biaya Pusat biaya teknik/pusat biaya standar Pusat biaya kebijakan 3. Pusat laba 4. Pusat investasi Struktur vertical Dalam struktur vertikal, organisasi dibagi berdasarkan fungsi-fungsi utama. Tanggung jawab secara keseluruhan untuk fungsi produksi, penjualan, dan keuangan diberikan kepada wakil direktur, yang mendelegasikan tanggung jawab mereka ke struktur di bawahnya sesuai dengan hierarki. Tetapi, tanggung jawab akhir untuk setiap fungsi tetap berada di tangan mereka. Struktur horizontal Jika maksudnya adalah untuk membebankan tanggung jawab atas laba dan investasi kepada beberapa direktur, maka struktur horizontal untuk pendelegasian tanggung jawab adalah yang paling sesuai. Struktur tersebut dapat dibagi berdasarkan produk atau area geografis. Masing-masing wakil direktur mengendalikan suatu pusat laba atau investasi daripada pusat pendapatan atau pusat biaya fungsional. Mereka bertanggung jawab atas produksi, penjualan, dan pendanaan, atau, dengan kata lain, atas seluruh bidang fungsional dalam area atau kelompok produknya. Pemilihan struktur Jenis struktur yang dipilih akan memengaruhi jaringan pusat pertanggungjawaban, yang pada gilirannya berfungsi sebagai suatu kerangka bagi arus data dan kebutuhan pelaporan. Jika jaringan pusat pertanggungjawaban sama dengan struktur yang dipilih, maka sistem akan berfungsi secara efektif dan mendorong para manajer untuk menggunakannya sebagai sumber referensi dalam menjalankan aktivitas yang telah ditetapkan. Setelah memilih jenis dari struktur organisasi, maka tugas penting berikutnya adalah menggambarkan pertanggungjawaban. Kebanyakan orang menerima tanggung jawab dan tantangan yang terkandung di dalamnya. Bertanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan penting. Hal tersebut mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan dapat memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah pemenuhan dari suatu pekerjaan. Ketika struktur jaringan pertanggungjawaban yang baik dibangun, maka hal ini menjadi suatu wahana untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Setiap elemen biaya atau pendapatan, baik yang berada dalam anggaran maupun dalam akumulasi hasil aktual, seharusnya ditelusuri ke segmen jaringan pertanggungjawabannya di mana tanggung jawab atas hal tersebut ada. 1. anggaran pertanggungjawaban 2. Akumulasi data 3. Pelaporan pertanggungjawaban 1. Klasifikasi biaya, untuk menjadikan sistem akutansi pertanggungjawaban menjadi efektif, menjadikan klasifikasi yang tetap antara biaya terkendali dan tidak terkendali merupakan syarat utama. 2. Konflik antardepartemen, departemen yang terpisah dapat menyebabkan persaingan antara departemen dan mungkin merugikan kepentingan perusahaan secara keseluruhan. 3. Keterlambatan pelaporan, laporan pertanggung jawaban mungkin tertunda, setiap pusat pertanggungjawaban dapat mengambil waktu sendiri dalam menyusun laporan. 4. Overloading informasi, tanggung jawab laporan akutansi dapat overloading dengan semua informasi tersedia. 5. Ketergantungan lengkap akan menipu, akutansi pertanggungjawaban tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai alat pengendalian manajemen. 1. MENGAPA DALAM PEMBAHASAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SECARA SIMULTAN DIIKUTSERTAKAN ASPEK KEPERILAKUAN? (HALAMAN 299)
Karena untuk memastikan bahwa individu pada seluruh tingkatan di perusahaan
telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini dicapai dengan membagi perusahaan ke pusat pertanggungjawaban individual (jaringan tanggungjawab) yang memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasi dan partisipatif di tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan kinerja. - Dengan membebankan tanggungjawab secarta hati-hati ke satu orang saja, masing-masing individu tersebut pada gilirannya harus melapor kepada satu manajer saja. Harus ada jaringan pertanggungjawaban dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer divisi. Pusat pertanggungjawaban harus dikelompokkan pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, pusat investasi. Menurut kelompok kami, manajemen puncak terlebih dahulu harus memperhatikan faktor-faktor pokok terciptanya pencapaian oleh individu diantaranya yaitu : komitmen atasan dan karyawan organisasi, pemahaman dan keyakinan atasan dan bawahan, serta kondisi sarana dan prasarana atau fasilitas, kemampuan dan motivasi kerja manajer dan karyawan, keterampilan teknologi, ketentuan hukum, dan kapasitas finansial dan kondisi pasar juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Beberapa saran yang dapat dilakukan oleh manajer untuk merangsang individu untuk mencapai tujuan organisasi : -Memvisisualisasikan pekerjaan organisasi/perusahaan sebagai kesempatan untuk memenuhi kepentingan pekerjaan pribadi, dan memanfaatkan kapasitas pribadi dan kemajuan ke arah pen"apaian tujuan-tujuan karir pribadi - Mengembangkan pengertian yang menyeluruh tentang aktivitas organisasi agar dapat diantisipasi perbaikan-perbaikan untuk melaksanakan pekerjaan dan untuk memenuhi syarat-syarat organisasi. - Menganalisis tugas-tugas dan kesempatan promosi dengan memperhatikan harapan tentang tujuan-tujuan pribadi. Kondisi tersebut antara lain : a. Dalam menetapkan tujuan pusat pertanggungjawaban, manajemen puncak harus menyediakan arahan secara keseluruhan dengan menspesifikasikan tujuan dan cita-cita perusahaan secara keseluruhan. b. Dalam formulasi bersama atas tujuan kinerja dan rencana tindakan terperinci, manajemen puncak dan manajer pusat pertanggungjawaban harus memaksimalkan keselarasan antara kebutuhan pribadi dan aspirasi karier dari kelompok kerja serta tujuan perusahaan secara keseluruhan. c. Motivasi akan meningkat jika orang-orang percaya bahwa pencapaian tujuan perusahaan akan secara simultan memenuhi kebutuhan pribadi. d. Jika orang-orang memandang tujuan organisasi sesuai dengan tujuan mereka, maka mereka akan menginternalisasi tujuan perusahaan dan keselarasan tujuan yang dicapainya. - Untuk dapat berfungsi secara memadai, pusat pertanggungjawaban harus sesuai dengan desain dan struktur organisasi tersebut. Struktur organisasi harus dianalisis terhadap kelemahan-kelemahan dalam pendelegasian wewenang agar tanggung jawab yang didelegasikan tidak tumpang tindih. Pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pembebanan tanggung jawab bervariasi dari setiap organisasi, tergantung pada pemilihan dan gaya kepemimpinan manajemen puncak. (Halaman 323)