Anda di halaman 1dari 39

Laporan kasus

anestesi umum pada


Carcinoma mammae sinistra
Pembimbing: dr. R. Pracahyo Wibowo, Sp.An, M. Kes
Disusun: Rifal Akbar – 406182068

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RSUD CIAWI BOGOR
PERIODE 20 MEI-30 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
Laporan kasus
Identitas Pasien
• Nama : Ny. I
• Umur : 60 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Status pernikahan : Sudah menikah
• Pekerjaan : Pekerja Lepas/Buruh
• Alamat : Leuwi Jambi
• Agama : Islam
• Suku : Sunda
• Ruang : Azalea
Anamnesis

• Keluhan Utama :
Nyeri di ketiak kiri pada luka post operasi eksisi biopsi

• Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengeluh nyeri di ketiak kiri sejak 1 bulan yang
lalu pada luka post operasi. Pasien mengatakan nyeri
seperti ditusuk dan nyeri tersebut memberat dengan
gerakan
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat operasi : pasien pernah dirawat
di RSUD Ciawi 1
tahun yang lalu dan
pada saat itu dilakukan operasi
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat penyakit dalam keluarga : hipertensi
• Riwayat kencing manis : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
Riwayat Pengobatan

• Pasien sudah berobat ke dokter 1 tahun yang lalu,


kemudian dilakukan eksisi biopsi dan telah
melakukan kemoterapi 14 kali.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit • Data antropometri :
sedang
Berat badan : 30 kg
• Kesadaran : CM
Tinggi badan : 150 cm
• Tanda-tanda vital :
IMT : 13,3 kg/m2
Tekanan darah : 160/100 mmHg (sangat kurus)
HR : 82 kali/menit • Penyulit : asma dan
alergi obat
RR : 20 kali/menit
disangkal
Suhu : 36,5oC
SpO2 : 99%
Status Generalis

• Kepala : Normocephal
• Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
• Hidung : Bentuk hidung normal, simetris, septum deviasi (-),
sekret (-). Tidak ada pernapasan cuping hidung.
• Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen (-/-),
discharge (-/-), pembesaran KGB pre/retroaurikuler (-)
• Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-), karies
(+)
Pemeriksaan Fisik
• Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, detritus (-/-), uvula
di tengah, faring tidak hiperemis.
• Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
bruit (-)
• Jantung :
• Inspeksi  Pulsasi IC tidak tampak
• Palpasi  Pulsasi IC tidak teraba
• Perkusi  Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi  BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
• Paru : • Abdomen :
• Inspeksi  Gerakan dada • Inspeksi  Datar
simetris saat
• Auskultasi  Bising usus(+)
inspirasi/ekspirasi
• Perkusi  Timpani (+)
• Palpasi  Stem fremitus
pada empat kuadran
kanan dan kiri sama kuat
abdomen, nyeri ketok CVA
• Perkusi  Sonor di (-)
kedua lapang paru
• Palpasi  Supel, nyeri
• Auskultasi  Suara nafas tekan (-), hepar dan lien
vesikuler, ronkhi (-/-), tidak teraba membesar,
wheezing (-/-) ballotement -
Pemeriksaan Fisik

• Kulit : Turgor kembali cepat,


kelainan kulit (-)
• Anus dan Genitalia : Tidak tampak kelainan
• Ekstermitas : Akral hangat, CRT < 2detik
STATUS LOKALIS

• Teraba benjolan pada ketiak kiri dengan diameter 2


sentimeter
Pemeriksaan Penunjang
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
A. Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 11,7 11,7 – 15,5 g/dl
Hematokrit 34,6* 35 - 47 %
Leukosit 9,1 4 - 11 10^3/uL
Trombosit 246 150 – 440 10^3/uL
Golongan darah O A/B/AB/O mg/L
Rhesus (+) POS - mg/L
Masa perdarahan 2’30” 1–6 menit
Masa pembekuan 11’00” 8 – 18 menit
B. Kimia
GD Sewaktu 105 80 – 120 mg/dl
Ureum 18,6 10,0 – 50,0 null
Kreatinin 0,78 0,60 – 1,30 mg/dl
SGOT 22 0 – 35 U/L
SGPT 13 0 - 35 U/L
Pemeriksaan Penunjang

• Hasil Foto Polos Thorax (12 Juni 2019)


Jantung dan paru tidak tampak kelainan
• Hasil Pemeriksaan Histopatologi (27 Juli 2018)
Ca mammae sinistra
Resume

• Pasien mengeluh nyeri pada ketiak kiri atau pada luka post operasi
eksisi biopsi satu tahun yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk dan
sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu dan berlangsung terus
menerus. Nyeri memberat dengan gerakan.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
pemeriksaan mammae teraba benjolan pada ketiak kiri dengan diameter
dua sentimeter, konsistensi keras, immobile, permukaan tidak rata,
batas tidak tegas, nyeri tekan (+), skin dimpling (+).
• Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan diagnosa carcinoma
mammae sinistra. Pemeriksaan status fisik menurut ASA didapatkan
ASA II.
Diagnosa Kerja

• Residif Regional (axilla) Carcinoma mammae sinistra


dengan ASA II.
Rencana Terapi Farmakologis

• Anestesi Umum: • Post-operative


• Induksi: • Ketorolac 30mg IV
• Fentanyl 100 mcg IV • Tramadol drip 100mg IV dalam
500cc RL
• Propofol 200mg IV
• Maintenance: • Ondansentron 4mg IV
• O2 : Isoflurane • Airway: LMA ukuran 3 dengan balon
Evaluasi

• Keadaan umum
• Tanda-tanda vital:
• TD : 137/83
mmHg
• HR : 98 x/menit
• RR : 20 x/menit
• SpO2 : 100%
• VAS Score: 1-2
Prognosis

• Quo ad vitam : dubia


• Quo ad functionam : malam
• Quo ad sanationam : bonam
Anestesia umum
Definisi

• Anestesi umum (general anesthesia) : keadaan yang


didapatkan ketika agen obat-obatan anestetik
mencapai konsentrasi tertentu untuk memberikan
efeknya secara reversibel pada sistem saraf pusat,
dimana keadaan tidak sadar (unconsciousness), amnesia,
analgesik, immobilisasi, dan melemahnya respon
autonom pada stimulasi berbahaya telah dicapai.
Stadium Anestesi
Indikasi
• Operasi di sekitar kepala, leher, intra-torakal atau intra-
abdomen
• Pada bayi atau anak-anak
• Pasien gelisah, tidak kooperatif atau disorientasi gangguan
jiwa
• Pembedahan lama
• Pembedahannya luas atau ekstensif
• Memiliki riwayat alergi terhadap anestesi lokal
• Pasien yang memilih anestesi umum
Kontraindikasi Relatif

• Gangguan kardivaskular yang berat


• Hipertensi berat atau tak terkontrol (diastolik >110
mmHg)
• Diabetes tak terkontrol
• Infeksi akut
• Sepsis
Tujuan Pemberian Kombinasi Agen
Anestesi

• Analgesia (respon terhadap nyeri hilang)


• Amnesia (kehilangan memori atau tidak mengingat
apa yang terjadi)
• Immobilitas (hilangnya refleks motorik)
• Kehilangan kesadaran
• Relaksasi otot skeletal
Kelebihan
• Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien selama operasi
• Memungkinkan relaksasi otot untuk jangka waktu yang
lama
• Dapat mempertahankan jalan napas, pernapasan dan
sirkulasi yang adekuat
• Dapat digunakan pada pasien yang sensitive terhadap agen
anestetik lokal
• Dapat dilakukan tanpa merubah posisi pasien dari posisi
supine
• Dapat dengan mudah disesuaikan pada durasi yang tidak
terduga atau lebih lama
• Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversible
Kekurangan
• Membutuhkan perawatan yang lebih rumit dan
biaya yang lebih besar
• Membutuhkan beberapa persiapan preoperative
• Dapat menginduksi fluktuasi fisiologi yang
membutuhkan intervensi aktif
• Berhubungan dengan komplikasi seperti mual,
muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala,
menggigil dan lamanya perbaikan psikomotorik
Faktor yang Mempengaruhi

• Faktor Respirasi
• Faktor Sirkulasi
• Faktor Jaringan
• Faktor Zat Anestesi
Metode Pemberian

• Induksi intravena
• Induksi intramuskular
• Induksi inhalasi
• Induksi per rectal
• Steal Induction
Premedikasi

• Antimuskarinik
• Obat Golongan Analgetik Narkotik
• Barbiturat
• Benzodiazepine
• Neuroleptik
Induksi
• Intravena • Isofluran
• Tiopental • Desfluran
• Propofol • Sevofluran
• Ketamin • Perrektal
• Opioid • Stealing Induction
• Intramuskular • Pelumpuh otot non
• Inhalasi depolarisasi

• N2O
• Halotan
• Enfluran
Maintenance

• Trias Anestesia
• Rumatan Intravena  fentalin 10-50 ug/KgBB
Teknik

• Sungkup/nasal kanul
• ETT
• LMA
• Intravena
Langkah-langkah Anestesi Umum

• Evaluasi Pra Anestesia (anamnesis, pemeriksaan fisik,


lab, radiologi, konsultasi dan koreksi terhadap
kelainan fungsi organ vital, penentuan prognosis
(ASA 5 Kelas)
• Pemberian Anestesi  Statics
• Monitoring
• Tatalaksana Pasca Bedah
Mallampati Score
ASA
• ASA 1 : pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik
• ASA 2 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
ringan sampai sedang
• ASA 3 : pasien panyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
berat yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak
mengancam nyawa
• ASA 4 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
berat yang secara langsung mengancam kehidupannya
• ASA 5 : pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit
sistemik berat yang sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi
ataupun tidak dalam 24 jam pasien akan meninggal
Terima kasih
Daftar Pustaka
• Latief SA et al. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI. Hlm. 29-90.
• Muhiman, M., Thaib M. R., dan Sunatrio S. 2004. Anestesiologi Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif FKUI.
• Butterworth John F et al. 2013. Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi 5. USA: Mc. Graw Hill. Hlm. 153-
220; 1261-1271.
• Zunilda DS dan Elysabeth. 2011. Anestetik Umum. Dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Sulistia et al. (editor). Jakarta:
FKUI. Hlm. 122-137.
• Soenarjo,Sp. An., Djatmiko, H, Sp.An. 2010. Anestesiologi. FK UNDIP
• American Society of Anesthesiologists (ASA). 2011. Continuum of Depth of Sedation Definition of General Anesthesia and
Levels of Sedation/Analgesia. ASA Web site. Tersedia di http://www.asahq.org/publicationsAndServices/standards
/20.pdf. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
• Crowder, M. S. et al. 2014. Mechanism of Anesthesia and Consciousness. Dalam Clinical Anesthesia 7th Edition, Paul G Barash
et al (editor). USA : Lipincott Williams and Wilkins.
• Healy TH dan Knight PR. 2003. A Practice of Anesthesia. Edisi 7. USA: Taylor and Francis Group. Hlm. 604.

Anda mungkin juga menyukai