Urogenital
Vincent Vandestyo
Kelompok 10
ANATOMI
Sistem Kemih
1. Ginjal (menghasilkan urin)
2. Pelvis ginjal (rongga pengumpul sentral)
– terletak pada bagian dalam sisi medial di pusat(inti) kedua ginjal
3. Ureter
– sebuah duktus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial
dekat dengan pangkal (bag. Proximal) arteri dan vena renalis.
– terdapat 2 ureter yg menyalurkan urin dari setiap ginjal ke sebuah
kandung kemih
4. Kandung kemih/buli2
– yang menyimpan urin secara temporer, kantung berongga yang dapat
diregangkan dan volumnya disesuaikan dengan mengubah2 status
kontraktil otot polos di dinding
Rongga Ginjal
Persarafan
o Plexus coeliacus dan plexus intermesentericus bergabung dg n. splanchnicus
imus dan n. splanchnicus lumbalis I membentuk plexus renalis sbg saraf
simpatik untuk vasokonstriksi berjalan menuju korda spinalis segmen T10-T11
o Tidak mempunyai saraf parasimpatik
Pelvis Ginjal
Pelvis Ginjal
• Darah yang membawa sisa hasil metabolisme tubuh di
filtrasi di dalam glomerulus dan setelah sampai di tubulus
ginjal beberapa zat yang masih diperlukan di reabsorpsi dan
zat sisa metabolisme yang tidak di perlukan oleh tubuh
mengalami sekresi membentuk urine.
• Urine yang terbentuk di dalam nefron disalurkan ke
priamida ke sistem pelvikales ginjal untuk kemudian
disalurkan ke dalam ureter.
• Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional
dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu
berkontraksi untuk mengalirkan urine sampai ke ureter.
Ureter
• Panjangnya 25 cm
• Dindingnya terdiri atas otot polos transisional, longitudinal dan
sirkular. Untuk mengirim urea ke buli buli dengan gerakan
peristaltis.
• Penyempitan ureter: (nyeri kolik)
• Di perbatasan antara pelvis renalis dan ureter (uretropelvic junction)
• Di bagian yg menyilang vasa iliaca communis atau vasa iliaca externa
• Di muaranya pada vesica urinaria
• Pembuluh darah : a. Renalis, a. Testicularis/ovarica. A. Iliaca interna
dan vesicalis inferior (pria)/a. Uterina (perempuan)
• Persarafan : nervus dari plexus renalis, plexus testicularis/ovaricus
dna hypogastricus
• Limfe : nodi lymphoidei aortici laterales, nodi lymphoidei iliaci
interni
Ureter dan Buli-buli
Buli-buli
• Otot destrusor : Otot longitudinal (dalam), sirkular (tengah),
longitudinal (luar).
• Permukaan : Superior (batas dgn peritoneum+terlemah),
Inferolateral (2), posterior
• Fungsi menampung kencing 300-450 ml
• Rumus Koff untuk kpasitas buli buli pada anak
• Kapasitas buli-buli = (Umur (tahun) + 2) x 30ml.
• Pada saat kosong, buli buli terletak di belakang simfisis pubis dan
pada saat penuh berada diatas simfisis sehinggan dapat di palpasi
dan diperkusi.
• Jika penuh, akan memebrikan saraf aferen dan mengaktifkan pusat
miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan
menyebabkan kontraksi otot destrusor, terbukanya leher buli-buli
dan relaksasi sfingter uretra dan terjadilah miksi
• Vaskularisasi : Arteri: Cabang A.Iliaca interna -> A,Vesikalis Superior
• Vena : V.Iliaca Interna
Uretra
• Uretra berfungsi untuk mengeluarkan air mani yang di
lengkapi dengan sphingter interna (antara buli-buli dan
uretra), sphingter eksterna (antara uretra anterior dan
posterior).
• Interna terdiri atas otot polos dipersarafi oleh
N.simpatik yang jika buli-buli penuh dengan otomatis
terbuka.
• Eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh
sistem somatik. Aktivitas ini di kontrol sesuai perintah
• Uretra laki” panjang nya 23-25 cm dan wanita 3-5 cm.
• Posterior : prostetika
(vermontanum, krista uretralis,
duktus ejakulatorius),
membranasea
• Anterior : bulbosa, pendularis,
navikularis dan meatus uretra
eksterna. Merupakan tempat
muara kelenjar cowperi yg berada
dalam diafragma urogenitalis dan
bermuara di uretra pars bulbosa
saat kelenjar littre yaitu kelenjar
parauretralis yang bermuara di
uretra pars pendularis
• Tonus otot sphingteruretra
eksterna dan tonus otot Levator
ani yang berfungsi
mempertahankam agar urine
tetap beratda di dalam buli buli
• Miksi terjadi jika ada intravesika
melebihi tekanan intra utera
akibat kontraksi otot detrusor dan
relaksasi sfingter uretra eksterna
Histologi
Gambaran histologi
mikroskop cahaya korteks
ginjal monyet
R = glomerulus ginjal
M = proc ferreini
(medullary ray)
Potongan melintang
tubulus unriniferus
S= ruang bowman = ruang
urinarius
Gambaran histologik
mikroskop cahaya
glomerulus ginjal,
dikelilingi o/ pot melintang
tub proksimal dan tubulus
ginjal
M : makula densa
P : kapsula bowman pars
parietal
Terlihat jelas di ruang
jernih yg merupakan bag dr
S : ruang urinarius
CT : duktus
koligentes
HL : ansa henle
E : vasa rekta
Vesika urinaria
monyet
E : epitel
CT : jar ikat subepitel
M : lapisan muskular
Epitel transisional vesika
urinaria monyet
LP : lamina propria
Pemeriksaan dasar Urologi
Nyeri Testis
Nyeri pada skrotum dapat primer atau referred.
Dapat disebabkan oleh epididimitis akut atau torsio testis atau appendiks
testis
Nyeri skrotum kronis sering berhubungan dengan kondisi non inflamasi
seperti hidrokel dan varikokel.
Sifat nyeri tumpul, sensasi berat dan tidak menyebar.
Nyeri yang ditimbulkan oleh ginjal atau retroperitoneum dapat menjalar
ke testis oleh karena secara embriologi testis terbentuk dekat dengan
ginjal.
Hematuria
• Definisi : adanya sel-sel darah merah pada urine dengan jumlah lebih dari
3 sel darah merah per lapangan pandang mikroskop
• Kemungkinan identifikasi kelainan patologi semakin besar sesuai dengan
peningkatan derajat hematuria.
• Hematuria inisial biasanya berasal dari urethra
• Hematuria total paling sering terjadi dan berasal dari buli-buli atau traktus
urinarius atas
• Hematuria terminal terjadi pada akhir miksi dan berhubungan dengan
inflamasi di daerah leher buli (bladder neck) atau urethra pars prostatika
• Nyeri akan timbul bila terdapat pembuntuan (obstruksi) atau inflamasi
ureter oleh clot
Traktus Urinarius Bawah
• Gejala Iritatif
– Frekuensi
• Frekuensi normal miksi orang dewasa sebanyak 5-6x/hari dengan setiap miksi
sebanyak 300cc
• Penyebab :
1. penurunan kapasitas buli-buli termasuk bladder outlet obstruction dengan
penurunan daya regang buli, peningkatan residu urine, dan/atau penurunan
kapasitas fungsional buli karena iritasi
2. neurogenic bladder dengan peningkatan sensitivitas dan penurunan daya
regang buli
3. penekanan dari luar
4. anxietas.
– Disuria : nyeri pada saat kencing yang disebabkan oleh proses
inflamasi
– Nokturia : merupakan frekuensi yang terjadi malam hari
• Normal : orang dewasa tidak terbangun lebih dari 2x semalam untuk miksi
• Produksi urine pada penderita geriatri meningkat pada malam hari
• Merupakan efek sekunder dari bladder outlet obstruction dan panurunan
daya regang buli
Gejala Obstruksi
1. Penurunan pancaran kencing
Merupakan akibat dari bladder outlet obstruction (biasanya oleh BPH
atau striktur urethra).
Karena prosesnya berjalan perlahan-lahan maka seringkali tidak
dikeluhkan oleh penderita.
2. Hesitansi : memerlukan waktu yang lama untuk memulai miksi
3. Intermittensi : proses miksi terputus-putus
4. Post void dribbling : keluarnya urine setelah akhir proses miksi
5. Straining : harus mengejan untuk memulai proses miksi
• Penyakit-penyakit lain yang dapat menimbulkan keluhan iritatif :
– Penyakit neurologis (contoh : cerebrovascular accidents, diabetes mellitus dan
Parkinson's)
– Karsinoma buli-buli in situ
• The International Prostate Symptom Score (I-PSS) merupakan instrumen
yang membantu untuk menegakkan diagnosa berdasar keluhan traktus
urinarius bawah serta dapat menentukan terapi apakah medikamentosa
atau pembedahan bagi penderita dengan disfungsi miksi.
– Skor 0-7 : gejala ringan
– Skor 8-19 : gejala sedang
– Skor 20-35 : gejala berat
Inkontinensia Urine
Definisi : Keluarnya urine tanpa disadari (involunter)
a. Continuous Incontinence
Penyebab : fistula traktus urinarius, ektopik ureter
b. Stress Incontinence
Stress incontinence merujuk pada keluarnya urine secara
tiba-tiba pada saat batuk, bersin olahraga atau aktivitas
lain yang meningkatkan tekanan intra-abdominal.
c. Urgency Incontinence
Merupakan keluarnya urine yang disebab dorongan kuat
yang mendadak untuk berkemih.
Biasanya terjadi pada penderita sistitis, neurogenic bladder
atau obstruksi bladder outlet berat dengan hilangnya daya
regang buli.
d. Overflow Urinary Incontinence /Inkontinensia paradoksal
– Merupakan efek sekunder dari retensio urine dan volume residual urine yang
tinggi. (terjadi distensi buli secara kronis dan tidak dapat mengosongkan
kandung kemih secara tuntas)
e. Enuresis
– Merupakan inkontinensia urine yang terjadi pada waktu tidur.
– Secara normal terjadi pada anak-anak hingga usia 3 tahun, tetapi tetap ada
pada 15% anak usia 5 tahun dan 1 % pada usia hingga 15 tahun ( Forsythe and
Redmond, 1974 ).
– Setiap anak berusia diatas 6 tahun dengan enuresis harus dilakukan
pemeriksaan urologis
Disfungsi Seksual
a. Hilangnya Libido
Merupakan tanda defisiensi androgen (kelainan di kelenjar hipofise
atau disfungsi testis)
b. Impotensi
Definisi : ketidakmampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan
ereksi yang baik selama hubungan seksual.
Dapat disebabkan kelainan organik atau psikogenik
c. Kegagalan ejakulasi
Dapat disebabkan oleh :
1. Defisiensi androgen
2. Gangguan denervasi sistem saraf simpatis
3. Pengaruh obat
4. Post operasi prostat atau bladder neck
d. Absence of Orgasm.
Anorgasmia biasanya disebabkan faktor psikologis atau penggunaan obat
untuk terapi penyakit psikatri.
Dapat disebabkan oleh penurunan sensasi penis karena kerusakan n.
pudendus (biasanya pada neuropahty diabetikum)
e. Premature Ejaculation
Ejakulasi yang terjadi sebelum tercapainya kepuasn seksual
f. Hematospermia
Adanya darah pada cairan ejakulat.
Biasanya disebabkan proses inflamasi nonspesifik pada prostat atau vesikula
seminalis dan akan menghilang dengan sendirinya pada beberapa minggu.
g.
Pneumaturia
Merupakan keluarnya gas pada urine
Hampir selalu disebabkan fistula antara usus dan buli
h. Urethral Discharge
Merupakan gejala utama dari infeksi kelamin
Keluarnya sekret (duh pus) di ujung penis meskipun pasien tidak sedang
berkemih
Pemeriksaan fisik
• Status Generalis/ Keadaan Umum
• Tanda-tanda yang sering berhubungan dengan kelainan di
bidang urologi umum:
– edema
– uremic frost
– anemia
– septic
– ginekomastia
– cachexia
– striae
– jaundice
– hiperpigmentasi
Pemeriksaan Khusus di Urologi
• Ginjal
• Buli-buli
• Penis
• Skrotum & isi
• Rektal & pemeriksaan prostat (laki2)
• Pemeriksaan pelvis dan genetalia eksterna
(perempuan)
Pemeriksaan Ginjal
Palpasi bimanual
Bila teraba : catat permukaan, konsistensi, nyeri
tekan
Bila perlu : perkusi, transilluminasi
Buli-Buli
Palpasi : kandung kemih pada orang dewasa tidak dapat
dipalpasi atau hingga terisi volume urine 150cc
Perkusi lebih superior dibandingkan palpasi pada diagnosis
kandung kemih yang penuh
Palpasi bimanual dapat dilakukan antara abdomen dan
vagina (pada perempuan) dan antara abdomen dengan
rektum (pada laki-laki).
Mobilitas buli-buli
Pemeriksaan rektal dan prostat
Urinalisis
pd semua pend urologi
UL: kimiawi & mikroskopik
cara koleksi:
pria: arus tengah (midstream)
perempuan: bersihkan & arus tengah atau urin dg
kateter
neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture /
aspiration)
Pemeriksaan Laboratorium
Analisa Sperma
• Pemeriksaan Darah:
– Darah Lengkap: Hb, leuko, diff, PCV, LED
– Faal ginjal: BUN, kreatinin serum, as.urat, Klirens
kreatinin atau Cystatin C (untuk mengukur GFR pada
penderita CKD)
– Elektrolit (natrium , kalium)
– Tumor marker : PSA (Ca Prostat), alfa feto protein dan
β-HCG (Ca Testis)
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Lain