KELAMIN
Vincent Vandestyo
406182102
IMPETIGO KRUSTOSA
Definisi Impetigo krustosa
50-60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 20-45%
kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus dengan Streptococcus pyogenes.
patogenesis
trauma kecil pada kulit terpapar oleh kuman Kuman berkembang biak dikulit
menyebabkan lesi dalam 1-2 minggu
Infeksi Primer kuman menyebar dari hidung ke kulit normal berkembang
menjadi lesi pada kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas
setelah trauma
Infeksi sekunder telah ada penyakit kulit lain sebelumnya (impetiginisasi)
Gejala klinis
Eritema 2 mm membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis vesikel,
bula atau pustul tersebut ruptur erosi kemudian eksudat seropurulen mengering
menjadi krusta yang berwarna kuning keemasan (honey-colored) meluas lebih
dari 2 cm
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa
pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai demam.
diagnosis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
pewarnaan , biakan
Gram. kuman
Diagnosis banding
Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan kulit
kering abnormal dapat disertai likenifikasi.
Dermatitis Kontak
Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan.
Herpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya
terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.
Varisela
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel
dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke
wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi
berbagai stadium).
Kandidiasis
Kandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di
daerah selaput lendir atau daerah lipatan.
Komplikasi
• ektima
• Selulilits dan erisipelas
• Glomerulonefritis
• Rheumatic fever
• Osteomyelitis
• Pneumonia
• meningitis
pengobatan
Umum
• Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
• Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang
terkena untuk mencegah infeksi.
• Mengurangi kontak dekat dengan penderita
khusus
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo krustosa dapat
membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati impetigo krustosa dapat
bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan komplikasi berupa
ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis, atau bakteriemia. Dapat pula terjadi
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) pada bayi dan dewasa yang mengalami
immunocompromised atau gangguan fungsi ginjal. Bila terjadi komplikasi
glomerulonefritis akut, prognosis anak- anak lebih baik daripada dewasa.
IMPETIGO BULLOSA
Impetigo Bullosa
Definisi : Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superficial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lupeh
berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, tekadang tampak hipopion. Sinonim dari
impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet.
Etiologi : Staphylococcus Aureus
Epidemiologi : Terutama mengenai anak-anak. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki
dan perempuan sama banyak.
Faktor predisposisi terjadinya adalah hygiene yang jelek dan malnutrisi.
Patogenesis
Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak
langsung.
Pada impetigo gambaran klinis berupa vesikel-vesikel yang cepat berubah menjadi bula
yang lunak kemudian pada permukaannya berisi cairan kuning yang kemudain berubah
menjadi kuning pekat dan keruh. Bula dikelilingi oleh eritema dan berbatas tegas. Kadang-
kadang waktu penderita vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret
dan dasarnya masih eritematosa.
Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan
betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau
eritromisin 3 %
Sistemik
Jika timbul gejala konstitusi seperti demam, berikan antibiotic seperti:
Amoksisilin
Anak-anak : 20 mg/kgBB/ hari (3 x /hari)
Dewasa : 3 x 500 mg / hari
Pada gambar
tampak gambaran
pustula dengan
dasar eritematosa,
bula hipopio, krusta,
dan koleret
EKTIMA
Ektima
Etiologi :
Sterptococcus B hemolyticus
Staphylococcus aureus
Faktor Predisposisi
1. Higiene kurang
Toksin
Desmosom
Sampai ke dermis
Tanda- tanda
Vesikel inflamasi
Pustula Termasuk udema &
rubor
Gejala Klinis
Impetigo Krustosa :
Krusta berwarna kuning
Terdapat di muka dengan dasar erosi
Pemeriksaan Penunjang
Karbunkel
Furunkel yg lebih parah, dalam, saling bergabung & infiltrat lesinya dpt terjadi
karena supurasi (nanah) pd kulit. (Fitzpatrick)
kumpulan furunkel
Etiologi
Staphylococcus aureus
Epidemiologi
• Bakteri mengeluarkan polisakarida yang mengganggu mekanisme pertahanan tubuh host spt
• Inhibitor opsonisasi
• Pencegah migrasi PMN
Evasion • Pertahanan intraseluler bakteri dalam fagosit
Demam
Malaise
Pustule
Eritema
Sakit dan nyeri pada daerah lesi
Tempat predileksi: tempat yang banyak friksi, misal aksila dan bokong
Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil lama-lama membesar nodul
eritematosa berbentuk kerucut, pada tempat rambut keluar tampak bintik
putih sebagai mata bisul nodus melunak jadi abses
Rambut rontok/terlepas
Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan berbentuk fistula
Diagnosis
Sistemik
Severe: antibiotik parenteral
MRSA/serious infection: Vancomycin 1-2 g IV selama 1 minggu
Antibiotik: eritromisin 4x250 mg
Perawatan Kulit umum
Sabun antimikrobial 4% Chlorhexidine
Handuk dicuci dengan air panas sebelum digunakan
Methicillin-Susceptible-Of-Resistant S. Aureus
Salep lokal / ointment di vestibula hidung intranasal: 2% mupirocin calcium
ointment
Profilaksis: dengan Fusidic acid ointment di nares 2-4 mg untuk pasien dan
keluarga + antibiotik anti stafilokokus peroral 10-14 hari
Oral antibiotic
Rifampin 600 mg oral 10 hari untuk mencegah rekurensi
2nd drugs untuk resisten rifampin
Dicloxacilin untuk MSSA
Trimethopim sulfamethoxazole
Ciprofloxacin dan minocycline untuk MRSA
Edukasi
Pakai baju longgar
Sering ganti baju
Prognosis
Klasifikasi
Folikulitis superfisialis (terbatas di dalam epidermis)
Folikulitis profunda (sampai subkutan)
Folikulitis superfisialis (impetigo
bockhart)
Gejala klinis
Tempat predileksi di tungkai bawah, kelainan berupa papul atau pustul yang
eritematosa dan di tempahnya terdapat rambut, biasanya multipel
Folikulitis profunda
Etiologi
• penyebab: gonococcus Neisseria gonorrhoe
• Dapat ditemukan dari direct smear atau kultur
• kuman bersifat gram negative, tahan asam
• penularan terjadi ok sexual intercourse
• Inkubasi 2- 10 hari
Gonorhea
Diagnosis Komplikasi
Sediaan langsung: Fossa navikularis • Pria: Tisonitis, paraurethritis,
(pria), Uretra, kel.Bartholini dan
endoservix (wanita) littritis dan cowperitis
Kultur Urine • Wanita: Salpingitis, Penyakit
-Transpor: Stuart, Transgrow radang panggul
Pertumbuhan:
-Thayer Martin: Vankomisin (+), Kolimestat (-
), nystatin(-)
GO
Tatalaksana non farmakologi
C, IMS lain)
Tatalaksana farmakologi
berdasarkan CDC: Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi 4. Jakarta: Meida Aesculapius. 2014
GO
Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal + azitromisin 2 x 100 mg per hari
selama 7 hari
Sefalosporin
Rekomendasi WHO/CDC
(Center for Disease Control)
1. Pengobatan sifilis dini
Pencegahan
Abstinensia
Tidak direkomendasikan memberi terapi pada pasangan seks
MDL/UM/Peb/2006
Chancroid di penis, kissing effect
Ulkus mole
MDL/UM/Peb/2006
Limfogranuloma
Venereum
Definisi Limfogranuloma Venereum
Lesi ekstra genital bisa terjadi pada kavum oris (tonsil) dan
ekstra genital limfo nodi.
Lesi biasanya soliter dan cepat hilang tanpa meninggalkan
jaringan parut. Karena itu penderita biasanya tidak datang
pada waktu timbul stadium primer.
Pada stadium ini, yang terserang
Stadium adalah kelenjar getah bening
sekunder inguinal medial, karena kelenjar
tersebut merupakan kelenjar
regional bagi genitalia eksterna.
Terbentuknya abses di dalam
limfo nodi yang meradang,
disebut “Bubo”, yang dapat
ruptur secara tiba-tiba atau
membentuk sinus. Bubo yang
ruptur akan mengalirkan eksudat
selama beberapa minggu dan
menyembuh.
Gambar: Bubo yang Belum Pada stadium lanjut terjadi
Ruptur (Kiri) dan Bubo yang penjalaran ke kelenjar limfo nodi
Telah Ruptur (Kanan)
di fosa iliaka yang disebut “Bubo
Jika tejadi pembesaran kelenjar limfo bertingkat
nodi inguinalatau Etage Bubonen),
dan femoral secara
bersamaan, keduanya akan dipisahkan kadang juga ke kelenjar
oleh ligamentum inguinale,
sehingga tampak adenopati di atas dan di bawah ligamentum inguinale.
femoralis.
Keadaan ini disebut “Groove Sign”.
Stadium sekunder
Pada stadium sekunder ini, gejala sistemik biasanya terjadi, seperti demam,
menggigil, berkeringat di malam hari, sakit kepala, malaise, dan mialgia.
Leukositosis sedang biasanya terjadi.
Stadium tersier
Pada LGV kronik yang tidak diterapi, kelenjar limfo nodi akan mengalami
fibrosis sehingga aliran limfe terbendung yang menyebabkan terjadinya
edema dan elefantiasis pada genitalia. Elefantiasis tersebut dapat bersifat
vegetatif, dapat terbentuk fistel-fistel dan ulkus-ulkus. Pada pria, elefantiasis
dapat terjadi di penis dan skrotum, sedangkan pada wanita di labia dan
klitoris, yang disebut “Sindrom Esthiomen” dengan genitalia eksterna yang
mengalami destruksi luas. Jika meluas akan terbentuk elefantiasis genito-
anorektalis yang disebut “Sindrom Jersild”.
Jika terbentuk infiltrat di uretra posterior, yang kemudian menjadi abses,
lalu memecah dan menjadi fistel, akibatnya akan terbentuk striktur hingga
orifisium uretra eksternum berubah bentuk seperti mulut ikan yang disebut
”Fish Mouth Urethra” dan penis melengkung seperti pedang turki.
Penegakan Diagnosis Limfogranuloma
Venereum
Diagnosis LGV ditegakkan baik melalui gejala klinis ataupun
melalui pemeriksaan penunjang. Terdapat beberapa macam
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah :
Pemeriksaan Darah
Tes Frei