Anda di halaman 1dari 41

LUKA BAKAR

PRESENTAN : REFIDANI MUNAWAR/2014730082

DOKTER PEMBIMBING : DR. RIZQA HAERANI, SP, KK, M. KES


DEFINISI
Kerusakan pada jaringan yang
disebabkan oleh paparan terhadap
panas, api, uap panas, zat kimia,
elektrik, gesekan atau radiasi dan
energi elektromagnetik.
ANATOMI KULIT
EPIDEMIOLOGI
• 1.1 juta kejadian luka bakar di Amerika Serikat
• 50.000 orang memerlukan perawatan
• 4.500 orang meninggal akibat luka bakar
ETIOLOGI

CAIRAN PANAS MINYAK PANAS API

LISTRIK BAHAN KIMIA


Kedalaman → ditentukan oleh temperatur cairan, durasi terpapar dengan cairan, dan viskositas cairan
(cairan yang lebih kental memiliki resiko terpapar lebih lama). Luka bakar karena cairan yang panas
dapat sembuh tanpa perlu melakukan skin grafting.

Luka bakar karena minyak biasanya menyebabkan luka bakar yang lebih dalam pada lapisan dermal
dan memerlukan penanganan operasi.

Luka bakar akibat api, salah satu penyebab tersering luka bakar, biasanya disebabkan oleh kebakaran
rumah, api unggun, pembakaran daun atau sampah Jika pakaian pasien ikut terbakar, maka biasanya
luka bakar terjadi pada seluruh lapisan kulit.

Luka bakar karena petir biasanya mengenai area kulit yang terbuka seperti wajah dan ekstremitas dan
menyebabkan luka bakar yang mengenai sebagian lapisan kulit.

Luka bakar kontak terjadi ketika terdapat kontak langsung dengan tungku kayu, logam panas, plastik,
atau bara dan biasanya menyebabkan luka bakar yang dalam namun terbatas pada area luas
permukaan tubuh yang terkena.

luka bakar juga dapat disebabkan oleh agen listrik dan kimia.
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

RESPON
LOKAL
LUKA BAKAR
RESPON
SISTEMIK
RESPON LOKAL
RESPON SISTEMIK
Kardiovaskular : peingkatan permeabilitas kapiler,
intravaskuler protein dan cairan ke interstitial. TNF alpha
 bikin turun myocardial contractility, fluid loss leads to
hypotension dan organ hypoperfusion

Respirasi : inflamatory response  bronkokonstriksi,


sever burn  bikin respirasi distress

Metabolic changes: basal metabolic rate increase, jadi


harus early feeding agar tidak katabolisme

Imun changes: non spes down regulation dari imun


system, affecting cell mediated dan humoral pathways
EVALUASI PASIEN LUKA BAKAR
 Primary Survey ABCDE
 Lokasi luka bakar
 Tipe cairan
 Durasi paparan api/sumber panas
 Curiga penganiayaan anak
 Monitoring airway dan status neurovaskular
Pasien mungkin stabil saat datang, dalam 24 jam dapat kritis dengan ventilator,
gagal nafas dan sirkulasi

Penting pain control ( 1.5 g morphine sulfate setiap 5-30 menit )

Tinggikan suhu ruangan, menghindari heat loss

Dekompresi lambung
• Kriteria intubasi
AIRWAY

• – Apneu, gagal nafas, hipoksia


• – Luka Bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi
• – Tanda cedera inhalasi
• Luka Bakar ruang tertutup
• Bulu & alis mata hangus
• Deposit karbon di rongga mulut
• Sputum karbon
• Edema laring
• Wheezing
• Apneu
• Jaminan ventilasi oksigen murni
BREATHING • O2 15 Lpm NRM
• Periksa AGD
• Luka bakar pada dada melingjkar :
eskarotomi
CIRCULATION • Infus dng catheter besar DUAL LINE
( 18F)
• Akses sentral jika LB > 25%LPB
• Resusitasi cairan
– Cairan kristaloid : RL
– Rumus Parkland : 4ml/kgBB/%LB
– setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama
– 24 jam II : kristaloid (RL) 1ml/kg/%LB/24jam
PENENTUAN LUAS LUKA BAKAR
PENENTUAN LUAS LUKA BAKAR
Penentuan luas dan kedalaman luka bakar ditentukan
segera setelah pasien tiba. Penentuan luas luka bakar /
Total Body Surface Area (TBSA) dapat menggunakan
beberapa teknik :
• Rule of Nine merupakan metode perhitungan yang
paling sering digunakan. Namun, yang harus
diperhatikan adalah proporsi pada bayi dan anak
berbeda dengan orang dewasa. Kepala anak
proporsinya lebih besar dari 9% sedangkan ekstremitas
bawahnya lebih kecil dari 18%.
• Telapak tangan pasien. Telapak tangan pasien
menunjukkan 1% dari TBSA dan total persentase luka
bakar bisa ditunjukkan dengan menghitung jumlah area
telapak tangan pasien.
• Lund dan Browder Chart yang menggunakan
penentuan luas luka bakar berdasarkan area yang
terkena terhadap usia pasien.
KEDALAMAN LUKA BAKAR
Luka bakar dapat melukai epidermis, sebagian atau seluruh dermis, dan juga dapat mengenai
jaringan subkutan. Kedalaman luka bakar menentukan penyembuhan lukanya.
LUKA BAKAR DERAJAT 1
• Luka bakar derajat satu (superficial) hanya melibatkan epidermis,
tetapi sangat eritematous dan nyeri.

• Luka bakar tipe ini dapat sembuh dalam 3 sampai 5 hari dan untuk
tatalaksana paling baik diberikan aloe lotion yang dapat
mempercepat penyembuhan dan menenangkan pasien.

• pemberian analgesik oral juga dapat membantu pasien.

• Contoh dari luka bakar superficial adalah sunburns.


LUKA BAKAR
DERAJAT II
• Luka bakar derajat dua melibatkan
lapisan epidermis dan sebagian lapisan
dermis. Luka bakar derajat dua terbagi
menjadi superfisial dan deep
berdasarkan kedalaman dermis yang
terkena.
• Luka bakar derajat dua superfisial
karakteristiknya berwarna pink, kulit
lembab, edema, bullea sebagian besar
apendises kulit hidup masih ada contoh
luka superfisial adalah terkena air
melepuh
• Luka superfisial ini akan sembuh dalam
waktu 2 minggu dan terjadi perubahan
pigmentasi.
• dapat ditangani dengan kasa yang
lembab dan pemberian antibiotik
Luka Bakar Derajat Dua Deep
• melibatkan seluruh lapisan epidermis dan lapisan reticular dermis.
• Luka ini biasanya kemerahan basah, dan tanpa bulla dan tampak sebagai bintik-bintik warna
pink dan putih. Sebagian kecil apendises kulit yang hidup.
• Jika terlindung dari infeksi, luka ini bisa sembuh dalam waktu 3 sampai 8 minggu.
• Akan tetapi, luka ini akan sembuh dengan scarring dan kemungkinan mengalami kontraktur.
• Jika luka tidak membaik dalam waktu 3 minggu, sebaiknya dilakukan eksisi operasi dan skin
grafting.
LUKA BAKAR
DERAJAT III
• melibatkan seluruh lapisan epidermis
dan dermis. Luka ini bisa berwarna
putih, coklat kehitaman, terasa kasar
dan kulit yang terkena menjadi baal.
• Kadang-kadang, luka ini berwarna
merah ceri karena karboksihemoglobin
pada luka.
• Luka ini dapat dibedakan dari luka
superfisial karena biasanya kulit terasa
mati rasa.
• Luka bakar derajat tiga ini sebaiknya
diobati dengan eksisi dan grafting,
kecuali ukurannya kecil.
TRAUMA INHALASI
• Luka bakar wajah dan/atau leher
• Hilangnya alis atau bulu hidung
• Carbonaceous sputum
• Suara serak
• Terkurung dalam lingkungan terbakar
• Ledakan yang mengenai kepala atau badan
• Karboksihemoglobin >10% dan terkena api
TATALAKSANA AWAL
Menyelamatkan perfusi
ekstremitas
2 jalur intravena perifer
Luka bakar derajat III
Akses vena sentral untuk
ESKARATOMI sirkumferential pada
AKSES luka bakar lebih dari 30%
ekstremitas dan thoraks
INTRAVENA dan curiga trauma inhalasi
Menggunakan pisau
scalpel dan
Dapat dipasang akses electrocautery
pada daerah luka

AGEN LUKA
TOPIKAL
Luka bakar merusak sistem pertahanan tubuh dari lingkungan luar dan pembalutan
diperlukan untuk melindungi tubuh dari infeksi dan mengurangi evaporasi cairan dari tubuh.

Pembalutan dikatakan ideal jika tidak mahal, mudah digunakan, tidak diperlukan
penggantian yang sering, dan nyaman bagi pasien.

Luka bakar superfisial memerlukan lotion yang dapat melembutkan dan memperbaiki sel
epitel seperti aloe vera.

Luka bakar derajat dua memerlukan penutup yang lembab dan proteksi antimikrobial.

Luka bakar yang lebih dalam lagi membutuhkan agen penutup yang dapat melindungi area
luka mati dari kolonisasi bakteri.

Setelah kulit mati terangkat dan mulai terjadi epitelisasi, pembalutan yang dapat
mempercepat epitelisasi (misalnya kasa yang lembab dan antibiotik) sangat diperlukan.

Luka bakar derajat tiga ditutup dengan agen topikal yang dapat melindungi luka bakar dari
infeksi sampai waktu akan dilakukan eksisi pada luka bakar.
AGEN LUKA TOPIKAL
LUKA BAKAR LUKA BAKAR LUKA BAKAR
DERAJAT I DERAJAT II DERAJAT III
• Lotion : • Silver Sulfadiazine • Mafenide 2
melembutkan dan • Mafenide krim, kali sehari
memperbaiki sel dan yang terbaru
epitel seperti aloe dalam bentuk
vera. solution 5%.

Akan tetapi : silver sulfadiazine memiliki kemampuan penetrasi yang rendah pada kulit mati
pada luka bakar, sehingga penggunaannya tidak diperlukan dalam manajemen luka bakar
yang mengalami infeksi.
• Luka yang diobati dengan silver sulfadiazine akan menghasilkan pseudoeschar kuning
keabuan yang memerlukan pembersihan saat perawatan luka sehari-hari.
• reaksi silver sulfadiazine biasanya mengiritasi daripada menenangkan dengan tanda-
tanda alergi berupa ruam pada kulit.
RESUSITASI CAIRAN
• Tujuan dari resusitasi cairan adalah menyediakan penggantian cairan yang hilang melalui kulit dan
cairan yang hilang ke intertisium dari kebocoran kapiler sistemik sebagai respon dari inflamasi.
• Luka bakar menghancurkan pertahanan tubuh terhadap evaporasi cairan dan menyebabkan ↑
permeabialitas vaskular pada area luka bakar. Pada luka bakar >20%, terjadi respon sistemik yang
menyebabkan kebocoran kapiler pada seluruh tubuh.
• Maka dari itu, resusitasi luka bakar tidak hanya pada berfokus untuk cairan yang hilang daerah yang
mengalami luka bakar tetapi juga kehilangan cairan pada seluruh tubuh.

• Target urin output 30cc/jam (orang


dewasa) dan 1cc/kgBB/jam (anak-
anak)
• Setelah 24 jam pertama, targetkan
urin output 30cc/jam
• Kristaloid, koloid, atau hipertonic
saline.
NUTRISI
• Burn injury  Hipermetabolisme dan hiperkatabolisme
• Rute parenteral maupun oral
• Pelunak feses jika menerima obat golongan narkotik
• Vitamin A, Vitamin C, dan Zinc
Formula Curreri
Dewasa : 25 kcal x kgbb + 40 kcal x % luka bakar
Anak : 60 kcal x kgbb + 35 kcal x % luka bakar

Formula Harris Benedict dengan kebutuhan energy basal (BEE)


Laki-laki : 66.5 + 13.8 x kgbb + 5 x tinggi badan – 6.76 x usia
Wanita : 65.5 + 9.6 x kgbb + 1.85 x tinggi badan – 4.68 x usia

Perhitungan dengan BEE digunakan untuk mengestimasi kebutuhan kalori pasien


biasanya dengan luka bakar yang luas. Formula Curreri biasanya menyebabkan over
estimasi dari kebutuhan kalori terutama pada pasien lansia.
PAIN CONTROL
• Background pain  long acting agent (Methadone, Morphine,
Oxycodone)
• Procedural pain  short acting agent (low dose Benzodiazepine)
TATALAKSANA TRAUMA
INHALASI
• Gold standard: Bronkoskopi
• Intubasi
• Pulmonary toilet, pembersihan sekret,
dan bronkodilator
• Evaluasi kadar karboksihemoglobin
TINDAKAN PEMBEDAHAN
• Eksisi dan skin graft
• Memberikan banyak keuntungan kepada pasien
• Luka eksisi ditutup sementara dengan dressing biologis
TEKNIK EKSISI
EKSISI TANGENSIAL EKSISI FASCIA VERSAJET

Eksisi tangensial adalah Eksisi fascia melibatkan eksisi


jaringan fascia yang terkena luka alat yang relatif lancar dan tepat
eksisi berurutan dari kulit bakar dan lapisan subkutan sampai untuk melakukan eksisi luka
mati dan jaringan nekrotik kedalam otot fascia. Eksisi fascia bakar dan sangat berguna untuk
sampai terdapat lapisan dapat dilakukan menggunakan
elektrokauter. Eksisi fascia dapat
eksisi permukaan yang cekung
jaringan yang layak dengan menyebabkan deformitas kontur pada tangan dan kaki serta
perdarahan yang mampu secara kosmetik dan limfaedema eksisi pada kelopak mata,
mendukung skin graft. pada ekstremitas yang di eksisi. telinga, dan hidung.
SKIN GRAFTING
• Revaskularisasi
• Terjadi 48 jam setelah penempatan
• Neovaskularisasi dan Inoskulasi
• Skin graft dengan mesh
• Skin graft tanpa mesh (sheet graft)
• Dressing basah, greasy gauze, dan
acticoat
• Kulit kepala dan bokong pada anak-anak
• Kulit punggung dan paha jika luka bakar luas
RAWAT JALAN PASIEN LUKA
BAKAR
• Luka baru sembuh sangat rentan kerusakan
• Dukungan psikologis
• Kapan kembali bekerja dan akomodasi khusus
TRAUMA KIMIA

• Asam dan Basa


• Hilangkan agen penyebab
• Tatalaksana Spesifik seperti
hydrofluoric acid
• Menelan agen kimia
TRAUMA LISTRIK
• Voltase rendah dan voltase tinggi
• Jalur masuk dan keluar
• Mioglobinuria
• Fasiotomi
• Pemantauan EKG
TRAUMA UDARA DINGIN
• Frost bite ringan dengan gejala eritema, nyeri dan edema
juga dikenal sebagai frost nip, setara luka bakar derajat
satu.
• Frost bite derajat dua dengan gejala blister dan kerusakan
kulit parsial.
• Frost bite derajat tiga dimana terjadi nekrosis seluruh kulit
dan
• frost bite derajat empat dimana nekrosis seluruh kulit dan
melibatkan otot atau tulang dibawahnya.

• Tatalaksana awal dari frost bite adalah : melepaskan


seluruh pakaian pasien yang basah, lalu pasien
dibungkus dengan selimut hangat.
• Frost bite juga dapat berkaitan dengan hipotermia. Jika
terjadi hipotermia ekstrem (dibawha 32˚C), penghangatan
juga dilakukan dengan memberikan cairan IV hangat,
irigasi kantung kemih dengan cairan hangat, kateter
peritoneal,
• chest tube untuk pemberian cairan hangat, dan jika
tersedia lakukan cardiopulmonary bypass.
EFEK
JANGKA
PANJANG
• Hyperthropic scarring
• Marjolin Ulcer
• Heterotropic Ossificans
thank you!

Anda mungkin juga menyukai