Anda di halaman 1dari 67

PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM INDERA KHUSUS

OLEH
IIWAN SAIN

DISAMPAIKAN PADA SEMINAR DAN WORKSHOP PEMERIKSAAN FISIK


YANG DISELENGGARAKAN OLEH HIPMEBI SUL-SEL DI GEDUNG
AUDITORIUM UIN SAMATA PADA TANGGAL 16-17 NOPEMBER 2019
INDERA PENGLIHATAN
(MATA)
Anatomy
Anatomy

 Extraocular
movements

 Medial
 Lateral
 Upward
 Downward
Anatomi…..
 Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dlm rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya
saja yg tampak pd bagian luar.
1. Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
mjd tempat melekatnya bola mata
2. Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
 muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas
 muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
3. Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan
merefraksikan cahaya
4. Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yg
memungkinkan lensa utk beroakomodasi, kemudian
berfungsi juga untuk mengsekreskan aqueus humor
5. Iris : Mengendalikan cahaya yg masuk ke mata
melalui pupil, mengandung pigmen.
6. lensa : Memfokuskan pandangan dg mengubah
bentuk lensa
7. Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yg
mengandung sel kerucut
8. bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan
bagian dlm bola mata
9. Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga
bentuk bola mata
10. Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola
mata
PENGKAJIAN SISTEM INDERA
(PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN)
Riwayat Kesehatan
 Perawat mengumpulkan data riwayat kesh
mengkaji status / masalah kesh skrg, dahulu dan
klg,kemudian menggunakan pola PQRST dlm
mengumpulkan data yg lebih lengkap ttg setiap
keluhan pasien (morton,1991)
 Pertanyaan2 penting yg dpt digunakan utk
mengumpulkan data al:
 Apakah px pernah mendapatkan trauma
kepala,pembedahan kepala,rahang atau muka?
 Apakah px pernah mengalami sakit kepala?
Lanjutan……
 Apakah px pernah mengalami bengkak
dimuka,rahang atau proses mastoid?
 Apakah pernah mengalami infeksi atau nyeri
tekan pada sinus?
 Adakah cairan yg keluar dari hidung,
perdarahan hidung,luka pd mulut, kesulitan
mengunyah/ menggigit, perub suara, alergi
yang menyebabkan sulit bernafas atau
kerongkongan seperti tersumbat, cidera pada
leher dan pembedahan pada leher?
 Bila px mengalami keluhan yang diatas tanyakan kembali
apakah terjadi terus menerus , kpn terjadinya dan mengapa
sampai terjadi.
 Untuk px anak2, orang tua ditanya apakah anak sering
menghisap jempol,kpn giginya tumbuh,dan apakah tonsil nya
membesar .
 Pd px usia lanjut perlu ditanya bagaimana keadaan
penglihatannya, pendengaran dan apakah pasien memakai gigi
palsu.
 Pola pemeliharaan kesh dikaji dg menanyakan kebiasaan pasien
misalnya, kebiasaan merokok,apakh sering pusing atau tegang
pada leher,apakah banyak duduk dalam pekerjaan,apakah
lingkungan pekerjaan mpy resiko yg sangat besar menimbulkan
cidera kepala,bagaimana kebiasaan menjaga mulut mata telinga
dll.
 Px jg ditanya apakah masalah kepala atau organ2 yg terkait
mempengaruhi perasaan peranan serta dlm berhub dg orang
lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Mata
 Tujuan pengkajian mata adalah utk mengetahui bentuk
dan fungsi mata
 Inspeksi
 Bagian2 mata yang perlu diamati adalh bola mata, kelopak
mata,konjungtiva,sklera dan pupil.
1. Amati bola mata terhadap adanya kelainan gerakan mata,
medan penglihatan dan visus
2. Amati kelopak mata, perhatikan terhadap bentuk dan setiap
ada kelainan dengan cara sebagai berikut:
 Anjurkan pasien melihat kedepan
 Bandingkan mata kanan dan kiri
 Anjurkan pasien menutup kedua mata
Lanjutan…
• Amati bentuk dan keadaan kulit pd kelopak mata serta pd
bagian pingggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan
misalnya adanya kemerah merahan.
• Amati pertumbuhan rambut pd kelopak mata terhadap ada atau
tidaknya bulu mata,dan posisi bulu mata
• Perhatikan keluasan mata dpt membuka dan catat bila ada
droping kelopak mata atas atau sewaktu mata membuka (tossis)

3. Amati konjungtiva dan sklera dengan cara sebagai berikut:


 Anjurkan px utk melihat lurus kedepan
 Amati konjungtiva, utk mengetahui ada tidaknya kemerah-
merahan, keadaan vaskularisasi serta lokasinya
Lanjutan….
 Tarik kelopak mata bagian bwh kebwh dg menggunakan
ibu jari
 Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva
bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus
atau bila warnanya tidak normal misalnya anemik
 Bila di perlukan amati konjungtiva bagian atas yaitu
dengan cara membuka atau membalik kelopak mata
atas dengan perawat berdiri di belakang pasien
 Amati warna sklera waktu memeriksa konjungtiva yang
pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikhterik
4. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk
pupil. Kemudian lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap
cahaya.

Normalnya bentuk pupil adalah sama besar


(isokor). Pupil mengecil; disebut miosis,
amat kecil disebut pinpoint. Pupil yang
melebar/ dilatasi disebut midriasis
Inspecting the cornea.
Inspeksi Gerakan Mata……..
1. Anjurkan px untuk melihat lurus kedepan
2. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara
spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula
lambat bergerak kesatu arah, kemudian dgn cepat kembali ke
posisi semula
3. Bila ditemukan adanya nistagmus, maka amati bentuk,
frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo (luas atau sempit) dan
durasinya (hari/minggu)
4. Amati apakah kedua mata memandang lurus kedepan atau
salah satu defiasi
5. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar
15-30 cm
6. Beritahu px untuk mengikuti gerakan jari anda dan jaga posisi
kepala pasien tetap. gerakan jari anda kedelapan arah , untuk
mengetahui fungsi enam otot mata
Arah gerakan bola mata
Inspeksi Medan Penglihatan…..
1. Berdirilah didepan pasien
2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa
3. Beritahu px utk melihat lurus kedepan dan
memfokuskan pd satu titik pandang , misalnya
hidung anda
4. Gerakan jari anda pada suatu garis vertikal atau
dari samping , dekatkan kemata pasien secara
perlahan lahan
5. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu
mulai melihat jari anda
6. Kaji mata sebelahnya
Pemeriksaan Visus……..
 Siapkan kartu snellen atau kartu yang lain untuk
pasien dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak
 Atur tempat duduk px dg jarak 5-6 m dari kartu
snellen
 Atur penerangan yg memadahi shg kartu dpt dibaca
dg jelas
 Beritahu px untuk menutup mata kiri dg satu tangan
 Pemeriksaan mata kanan dg cara pasien disuruh
membaca huruf yang paling besar menuju huruf yg
kecil dan catat tulisan terakhir yg masih dpt di baca
oleh px
 Selanjutnya pemeriksaan mata kiri
Snellen chart
E-Chart
Cincin Landolt
Cara Menilai Visus
 Bila pasien dapat membaca kartu pada baris
dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah
membaca pada baris berikutnya => visus
normal
 Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada
baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1
baris tersebut
 Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf,
berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dg false 1.
 Bila tidak dapat membaca 2, berarti
visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
 Bila tidak dapat membaca lebih dari
setengah jumlah huruf yang ada, berarti
visusnya berada di baris tepat di atas baris
yang tidak dapat dibaca.
Lanjutan…
 Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti
visusnya terdapat pada baris di atasnya.
 Bila terdapat penurunan visus, maka cek
dengan menggunakan pinhole (alat untuk
memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
 Bila visus tetap berkurang => berarti bukan
kelainan refraksi
 Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya
=> berarti merupakan kelainan refraksi
Penggunaan pinhole pada pemeriksaan
ketajaman penglihatan
Lanjutan…

 Pada penjelasan diatas menggunakan istilah


20/20 yang sama artinya dengan 6/6 yang
sering digunakan di Indonesia; 20/20
menggunakan satuan kaki sedang 6/6
menggunakan meter; Jika pembaca ingin
menggunakan satuan meter, dapat
mengkalikan bilangan 20 dengan 30 dan
membaginya 100 (1 kaki sama dengan 30cm )
 Snelleen chart yang digunakan dalam ukuran kaki =
normalnya 20/20.
Misal, pasien dapat membaca semua huruf pada baris
ke 8. Berarti visusnya normal
 Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 =>
visusnya 20/30 dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30
kaki sedangkan pasien hanya dapat membacanya
pada jarak 20 kaki.
 Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 =>
visusnya 20/40
 Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek
baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas.
 Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan
penghitungan jari.
 Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di
depan Snellen Chart => 5 atau 6 m
 Dapat menghitung jari pada jarak 6 m =>
visusnya 6/60
 Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m,
mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari.
Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.
 Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung
jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di
depan pasien.
 Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak
tertentu, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.
 Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di
depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan,
atau atas bawah. Bila pasien dapat
menyebutkan arah lambaian, berarti
visusnya 1/300
 Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka
dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen light'
Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~.
Tentukan arah proyeksi :
 Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk
mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4
sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.
 Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
 Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya =
0
Palpasi…..
 Tujuannya utk mengetahui tekanan bola mata
dan utk mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk
mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti di
perlukan alat tonometri yg memerlukan keahlian
khusus. Palpasi utk mengetahui tekanan bola
mata dapat dikerjakan sebagai berikut :
1. Beri tahu pasien untuk duduk
2. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata
3. Lakukan palpasi pd kedua mata. Bila tekanan
bola mata meninggi maka mata teraba keras.

Tonomoeter
Pengkajian tingkat mahir (pengkajian funduskopi)……

 Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling


akhir.
 Pengkajian ini dikerjakan utk mengetahui susunan retina dg
menggunakan alat optalmoskop. Untuk dpt melakukan hal ini
maka diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang
menandai serta keterampilan khusus dalam mempergunakan
alat.
 Langkah kerja pengkajian :
1. Atur posisi pasien duduk di kursi
2. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dikerjakan
3. Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dlm
jangka pendek misalnya tropisade (bila tidak ada
kontraindikasi)
4. Atur cahaya ruangan agak redup
5. Duduk di kursi di hadapan pasien
6. Beritahu px utk melihat secara tetap pd titik tertentu dan
anjurkan utk tetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa
berkedip
7. Bila px atau anda memakai kaca mata, hendaknya dilepas dahulu
8. Pegang optalmoskop atur lensa pada angka 0, nyalakan dan
arahkan pada pupil mata dari jarak sekitar 30 cm sampai anda
temukan red reflex yang merupakan cahaya pancaran dari retina.
Bila letak optalmoskop tidak teapat, maka red reflex tidak akan
muncul. Red reflex juga tidak muncul pada berbagai gangguan
misalnya katarak.
9. Bila Red reflex sudah ditemukan, dekatkan optalmoskop pelan-
pelan ke mata pasien. Bila pasien miopi maka atur kontrol ke arah
negatif (merah). Bila pasien hipermiopi atur kontrol ke arah positif
(hitam).
10. Amati fundus secara sistematis diawali dg mengamati
pembuluh darah besar. Catat bila ditemukan kelaian.
Lanjutkan pengamatan dg membandingkan ukuran arteri dan
vena yang normalnya mpy perbandingan 4 : 5. Kemudian
amati warna makula yang normalnya tampak lebih terang
daripada retina. Berikutnya amati diskus optikus terhadap
warna, batas dan pigmentasinya. Normalnya diskus optikus
berbentuk melingkar, warna merah muda agak kuning, batas
terang dan tetap dg jumlah pigmen yang bervariasi. Lalu
amati retina terhadap warna, kemungkinan ada perdarahan
dan setiap ada kelainan.
11. Bandingkan mata kanan dan kiri
12. Catat hasil pengkajian dengan jelas
13. Setelah selesai pengkajian, teteskan pilocarpine 2 % untuk
menetralisir dilatasi pada mata yang diamati (pada pasien
yang ditetesi tropisamide)
14. Tunggu/pastikan pasien dapat melihat seperti semula.
Approaching the patient for
the ophthalmoscopic exam.
Examining the eye using the
ophthalmoscope.
Tes Buta warna
 Buta warna adalah ketidakmampuan
seseorang mengenali warna dengan cara
biasa,baik satu atau pun seluruh warna
 Penyebab buta warna adalah adanya
kelainan maupun gangguan dan
kerusakan pada sel kerucut di dalam
retina mata (menyebabkan buta warna
dan tidak mampu menangkap spektrum
warna tertentu)
Klasifikasi buta warna
 Buta warna total; hanya bisa mengenali dua
warna saja yaitu hitam dan putih (tidak ada
pigmen warna pada retina
 Buta warna parsial ; px mengalami defisiensi
(kekurangan) pigmen sel warna di dalam sel
retina matanya shg tidak mampu
membedakan warna-warna tertentu
 Paling sering kekurangan pigmen merah dan
hijau atau campurannya
 Ada jg yg kekurangan pigmen biru dan kuning
 Pada umumnya penderita buta warna biru
dan kuning hampir selalu memiliki masalah
mengidentifikasi warna merah dan hijau
PEMERIKSAAN FISIK INDERA
PENDENGARAN
Anatomi…..
Telinga Luar
 Aurikula (daun telinga) Terdiri dari tulang rawan
(kartilago) yang dibungkus kulit. Fungsi utama
aurikula adalah untuk menangkap gelombang
suara dan mengarahkannya ke dalam MAE.
 Meatus auditorius eksternus (saluran telinga)
merupakan saluran ke dalam os temporale dan
membentuk kurva yang condong ke atas dan ke
bawah. Fungsinya sebagai buffer terhadap
perubahan kelembaban dan temperatur yang
dapat mengganggu elastisitas membran timpani.
Telinga Tengah
Adalah rongga yang berisi udara dalam tulang
temporal yg tdd:
a. Membran timpani (gendang telinga),
b. Tulang pendengaran terdiri dari: meleus inkus dan
stapes.
c. Tuba eustachi Bermula dari ruang tympani ke
arah bawah sampai nasofaring
Telinga Dalam
Berfungsi utk mempertahankan keequlibrium.

a. Koklea, Koklea adalah berbentuk seperi rumah keong


dg struktur dua setengah putaran.
b. Utrikulus dan sakulus adalah kantong membranosa
disuatu daerah yang disebut vestibulum yg terletak di
antera koklea dan kanalis semisirkularis.
c. Kanalis Semi Sirkularis adalah membrane lonjong
yang berisi cairan yang terdiri dari 3 duktus
semiserkular, masing-masing berujung pada ampula.
Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan kupula
Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam
hal rotasi.
Inspeksi dan Palpasi….
1. Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-
anak dapat diatur duduk dipangkuan orang lain
2. Atur posisi anda duduk menghadap sisi telinga pasien yang
akan diuji
3. Untuk pencahayaan, gunakan auriskop, lampu kepala, atau
sumber cahaya yang lain sehingga tangan anda akan bebas
bekerja
4. Mulai amati telingsa luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi
dan adanya massa pada pinna
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan memegang telinga
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
6. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari
jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada
nyeri
Lanjutan…..
7. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang
telinga dibawah daun telinga. Bila ada peradangan,
pasien akan merasa nyeri
8. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan
9. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga bagian
dalam harus dibawah pengawasan instruktur yang
berpengengalaman dan menguasai teknik pengkajian
telinga bagian dalam
10. Pegang bagian pinggir daun telinga / heliks dan secara
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke
belakang sehingga lubang telinga menjadi lurus dan
mudah untuk di amati. Pada anak-anak daun telinga
ditarik ke bawah
Lanjutan….
11. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan
ada atau tidaknya peradangan, perdarahan atau
kotoran
12. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang
menyala ke dalam lubanng telinga.
13. Bila letak otoskop sudah tepat, arahkan mata anda
pada eyepiece
14. Amati adanya kotoran, serumen, peradangan atau
adanya benda asing pada dinding lubang telinga
15. Amati bentuk, warna, transparansi, kilau, perforasi
atau adanya darah / cairan pada membran timpani
Pemeriksaan Pendengaran

 Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk


mengetahui fungsi telinga, secara sederhana
pendengaran dapat diperiksa dengan
menggunakan suara bisikan.
 Pendengaran yang baik akan dengan mudah
diketahui dengan adanya bisikan.bila
pendengaran dicurigai tidak berfungsi baik,
pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan
dengan garputala atau tes audiometri (oleh
spesialis)
Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan

1. Atur posisi px berdiri membelakangi anda pd jarak


sekitar 4,5-6 meter
2. Anjurkan pasien utk menutup salah satu telinga yg
tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan (mis: tujuh enam)
4. Beritahu pasien utk mengulangi bilangan yg
didengar
5. Periksa telinga sebelah dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan
dan kiri pasien
Pemeriksaan pendengaran dg bisikan dpt pula dilakukan menggunakan arloji

Cara pemeriksaan pendengaran menggunakan arloji


1. Pegang sebuah arloji di samping telinga pasien
2. Minta px menyatakan apakah mendengarkan
detakan arloji
3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga
dan minta px menyatakan bila tidak mendengar
lagi detak arloji tersebut. Normalnya detak arloji
masih dapat didengar sampai jarak 30 cm dari
telinga
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri
Cara pemeriksaan pendengaran
dengan Garpu Tala
Pemeriksaan Rinne….
 Tujuan : membandingkan hantaran udara dan tulang
pada telinga yg diperiksa
 Vibrasikan garpu tala
 Letakkan garpu tala pada mastoid kanan pasien
 Anjurkan pasien memberitahu sewaktu tidak
merasakan getaran lagi
 Angkat garputala dan pegang didepan telinga kanan
pasien dengan posisi garpu tala paralel terhadap
lubang telinga luar pasien
 Anjurkan pasien untuk memberitahu apakah masih
mendengar suara getaran atau tidak. Normalnya
suara getaran masih dapat didengar karena konduksi
udara lebih baik daripada konduksi tulang
Pemeriksn rinne
 Apabila px masih mendengar,
berarti rinne positif dan
sebaliknya..
 Interpretasi :
• Normal : rinne positif
• Tuli konduksi : rinne negatif
• Tuli sensori neural : rinne positif
Pemeriksaan Weber….
 Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga penderita
 Vibrasikan garpu tala
 Letakkan garputala ditengah2 puncak kepala px,
dapat pula pd dagu atau pd gigi insisivus
 Tanya pasien ttg telinga yg tidak mendengar atau
mendengar suara getaran lebih keras. Normalnya
kedua telinga dapat mendengar secara seimbang
shg getaran dirasakan di tengah-tengah kepala
 bila mendengar pada satu telinga disebut
lateralisasi ke sisi telinga tsb
Pemeriksaan weber
 Bila kedua telinga tak mendengar atau sama2
mendengar berarti tdk ada lateralisasi
 Interpretasi :
• Normal : tdk ada lateralisasi
• Tuli konduksi : mendengar lebih keras pd telinga
yg sakit
• Tuli sensorineural : mendengar lebih keras pd
telinga yg sehat
Pemeriksaan schwabach

 Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang


antara penderita dg pemeriksa yg
pendengarannya normal
 Garputala dibunyikan, kemudian tungkainya
diletakkan tegak lurus pd planum mastoid
pemeriksa, bila sudah tdk mendengar,
secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid
penderita
 Bila penderita msh mendengar maka schwabach
memanjang, tetapi jk tdk mendengar,bisa
memendek atau normal
Lanjutan…..
 Utk membedakan kedua kemungkinan ini,
maka tes dibalik, yaitu tes penderita dulu baru
pemeriksa
 Garputala dibunyikan,kmdn diletakkan tegak
lurus pd mastoid px, bila penderita sdh tdk
mendengar, secepatnya dipindahkan pd
mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tdk
mendengar berarti sama2 normal, bila
pemeriksa msh mendengar berarti schwabach
penderita memendek
Pemeriksaan schwabach

 Interpretasi :
• Normal : schwabach sama dengan
pemeriksa
• Tuli konduksi : schwabach
memanjang
• Tuli sensorineural : schwabach
memendek
(Pemeriksaan Kulit, Rambut dan Kuku)

SISTEM INTEGUMEN
Instrument dan Prosedure
Pemeriksaan Kulit
1. Persiapan alat
 Sarung tangan/handscoen
 Penggaris
 Bullpen
 Lembar dokumentasi
2. Persiapan perawat :
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan
 Memberikan posisi yang nyaman
pada pasien
3. Persiapan lingkungan :
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Gunakan sketsel saat melakukan prosedur

4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Amati warna kulit
7. Kaji adanya lesi dan edema
8. Palpasi kelembaban kulit
9. Palpasi suhu kulit, bandingkan suhu kedua kaki dan kedua tangan
dengan menggunakan punggung jari
10. Tarik/cubit kulit untuk mengetahui turgor kulit (normalnya
kembali cepat)
11. Inspeksi pola penyebaran rambut. Normalnya penyebaran
rambut merata, tidak ada lesi/pitak.
12. Inspeksi warna rambut, perhatikan kesesuaian
antara warna dan usia. Dan inspeksi adanya
warna rambut coklat kemerahan yang mungkin
terjadi pada malnutrisi.
13. Inspeksi kebersihan kulit kepala dari kutu dan
ketombe.
14. Lakukan palpasi area rambut dan kepala
dengan pola sirkuler. Perhatikan ada/ tidaknya
massa atau nyeri tekan
15. Perhatihan konsistensi rambut : halus atau
kasar, pecah-pecah, atau mudah rontok saat di
Pegang
PEMERIKSAAN KUKU
 Amati bentuk kuku jari untuk menentukan
lengkungan dan sudut kuku (abnormal bila
sudut > 600)
 Amati warna dan tekstur kuku jari tangan
dan kaki
 Lakukan pemeriksaan CRT dgn mencubit
pada ujung kuku (normal < 3 dtk)
 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai