Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada empat program
prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek
(stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Masalah
balita pendek mengambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu,
masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti
masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi oleh
berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan (Pusat Data dan
Informasi, 2016).

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG), pada tahun 2016 terdapat 27,5% balita yang mengalami
stunting di Indonesia dengan presentase pendek 19,0% dan sangat pendek 8,5%. Pada tahun
2017 terdapat 29,6% balita yang mengalami stunting dengan persentase pendek 19,8% dan
sangat pendek 9,8%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi balita
pendek di Indonesia mencapai 30,8% dengan persentase pendek 11,5% dan sangat pendek 19,3%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Penelitian Mufida dengan judul “Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi)
Untuk Bayi 6 – 24 Bulan: Kajian Pustaka” didapatkan cara yang efektif untuk mempertahankan
berat dan panjang badan agar tetap normal adalah dengan pemberian makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) sejak usia 6 bulan dan dilanjutkan ASI sampai usia 2 tahun. Pemberian MP-
ASI untuk bayi ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan. MP-ASI yang diberikan harus bertahap
sesuai dengan umurnya. MP-ASI harus bervariasi, padat gizi, sanitasi dan hygienitas harus
diperhatikan supaya bayi tidak terinfeksi bakteri (Mufida, dkk, 2015).

Penelitian Simanjuntak berjudul “Uji Daya Terima Dan Nilai Gizi Biskuit Mocaf Dengan
Penambahan Tepung Bayam” didapatkan hasil penelitian uji organoleptik terhadap rasa, aroma,
warna dan tekstur biskuit yang paling disukai panelis adalah biskuit mocaf dengan penambahan
tepung bayam 10%. Berdasarkan analisa sidik ragam, penambahan tepung pada pembuatan
biskuit memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma dan warna biskuit yang
dihasilkan. Penambahan tepung bayam pada pembuatan biskuit mocaf dapat meningkatkan
kalsium dan fosfor dibandingkan biskuit biasa. Kadar kalsium, fosfor dan zat besi lebih tinggi
pada biskuit mocaf dengan penambahan tepung bayam 20% (Simanjuntak, 2016).

Penelitian Hidayati berjudul “Analisis Kadar Protein Dan Daya Terima Biskuit Daun Kelor
(Moringa Oleifera) Dengan Penambahan Tepung Ikan Bandeng (Chanos Chanos)” didapatkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan bandeng berpengaruh signifikan
terhadap kadar protein dan kadar air. Perlakuan biskuit daun kelor yang direkomendasikan yaitu
pada perlakuan biskuit dengan penambahan tepung ikan bandeng sebanyak 10% atau 10 g (X1)
memiliki kandungan protein 11,15%, kadar air 5,03%, dan hasil daya terima yang paling tinggi
(Hidayati, 2017).
Hasil penelitian Mitra dengan judul “Jenis Dan Keberagaman Makanan Pendamping Air Susu
Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan” dalam Prosiding Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2018 didapatkan jenis MP-ASI yaitu makanan cepat
saji (odds ratio (OR) = 8,469; 95% confidence interval (CI) = 1,857-38,617), kurang beragamnya
makanan (OR = 7,031; 95%CI = 2,068-23,910), asupan energy kurang dari 70% angka
kecukupan gizi (AKG) (OR = 5,665; 95%CI = 1,482-21,668), asupan karbohidrat kurang dari
80% AKG (OR = 4,210; 95%CI = 1,074-15,803), dan tidak memberikan ASI eksklusif (OR =
4,246; 95%CI = 1,608-11,204) lebih berisiko untuk menyebabkan terjadinya stunting pada anak
balita usia 6-24 bulan. Oleh karena itu, dinas kesehatan dan puskesmas perlu meningkatkan
pemberian edukasi gizi kepada ibu melalui penyuluhan dan konseling gizi pada waktu hamil dan
menyusui agar ibu dapar memberikan ASI eksklusif dan membuat makanan olahan sesuai
dengan potensi pangan yang ada di daerah setempat dengan memperhatikan variasi menu MP-
ASI untuk mencegah stunting pada balita (Mitra, dkk, 2018).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kandungan
gizi dan daya terima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan penambahan tepung
daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur lumat beras merah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan masalah penelitian
yaitu “Bagaimana kandungan gizi dan daya terima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur lumat
beras merah?.”

Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan gizi dan daya terima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur lumat
beras merah.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui uji organoleptik Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur
lumat beras merah.
b. Untuk mengetahui uji kandungan gizi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur
lumat beras merah.
c. Untuk mengetahui uji bakteriologis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur
lumat beras merah.
d. Untuk mengetahui uji ketahanan pangan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
dengan penambahan tepung daun bayam dan tepung ikan bolu (bandeng) pada bubur
lumat beras merah.

A. Definisi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
sumber energi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. Pemberian ASI ini diberikan sampai bayi berusia 6
bulan, setelah 6 bulan pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan
makanan bayi, ASI hanya akan memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi, sedangkan 30-40%
harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan tambahan. ASI masih tetap diberikan
hingga bayi berusia 2 tahun. Penelitian oleh Rahmawati menggambarkan jenis MP-ASI yang
paling banyak diberikan di wilayah kerja Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan antara lain
pisang 25,6%, madu 9,3%, bubur 23,3%, susu formula 11,6%, pisang dan bubur 18,6%, susu
formula dan bubur 7%, pisang dan susu formula 2,3%, dan buah-buahan 2,3%. Hasil penelitian
serupa dilaporkan oleh Irawati (2004) dimana jenis makanan pendamping ASI yang sering
diberikan adalah pisang, susu formula (bubuk dan kental manis), biskuit, bubur beras, makanan
bayi produk industri dan nasi lumat (Mangkat, dkk, 2014).

B. Tinjauan tentang Stunting

1. Definisi Stunting

Masalah kurang gizi dapat terjadi mulai dari masa kehamilan sampai dengan awal kehidupan
anak, karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi dan pola asuh ibu yang kurang baik
serta, perilaku dan praktik pemberian makanan pada anak juga dapat mempengaruhi status gizi
anak stunting, ibu yang tidak memberikan asupan gizi yang baik serta ibu yang dalam masa
remajanya mengalami kurang nutrisi, sampai masa kehamilan, akan sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tubuh serta otak anak. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan stunting pada anak yaitu apabila ibu memiliki penyakit infeksi serta, jarak
kelahiran anak yang pendek, hipertensi serta rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan
air bersih dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
(Kemenkes, 2018).

Secara Global Pada tahun 2016, diperkirakan 155 juta anak dibawah 5 tahun menderita stunting,
sementara 41 juta anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan terdapat 45%
kematian di antara anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun disebabkan karena kekurangan gizi
(UNICEF, World Health Organization, dan World Bank Group, 2018).

C. Tinjauan tentang Tepung Daun Bayam

1. Definisi Bayam

Salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah bayam. Bayam
Amaranthus spp, berasal dari daerah Amerika tropis. Bayam merupakan bahan pangan yang kaya
akan protein dan zat besi. Bayam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad XIX di saat lalu
lintas perdagangan internasional mulai berjalan dan banyak orang luar negeri yang datang ke
Indonesia (Wijayanto, 2015:8).

Bayam memiliki sistem perakaran tunggang. Batang berair dan kurang berkayu. Daun
bertangkai, berbentuk bulat telur, dan berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga
tersusun majemuk, duduk di ketiak, dan berkumpul membentuk karangan bunga diujung tangkai
dan ketiak percabangan. Biji berwarna hitam, kecil, dan keras. Biji bayam yang tua dapat dipetik
dan disemaikan untuk perbanyakan tanaman (Latief, 2012).

D. Tinjauan tentang Tepung Ikan Bolu

1. Definisi Ikan Bolu

Bandeng (Chanos chanos, Forskal) merupakan salah satu komoditas yang strategis untuk
memenuhi kebutuhan protein yang relatif murah dan digemari oleh konsumen di Indonesia.
Pasaribu (2004) mengemukakan bahwa ikan bandeng diekspor dalam bentuk bandeng umpan
dan konsumsi. Bandeng sebagai bahan pangan, merupakan sumber zat gizi yang penting bagi
proses kelangsungan hidup manusia (Hafiludin, 2015).

Bandeng hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar
pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut
selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-
danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah
dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap. Ikan bandeng disukai sebagai
makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah
hancur jika dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang
berbau lumpur/tanah (Romadon, 2011).
Daftar pustaka

Hidayati, H. 2017. Analisis Kadar Protein Dan Daya Terima Biskuit Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Penambahan Tepung Ikan Bandeng (Chanos Chanos).
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/82556.15 Maret 2019 (21:10).

Hafiludin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng Yang Berasal Dari Habitat Yang
Berbeda. Jurnal Kelautan. 8 (1): 37-43.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Situasi Balita Pendek. Pusat Data Dan
Informasi. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) Di


Indonesia. Pusat Data Dan Informasi. Jakarta.

Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Cetakan Pertama. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Mitra, Nurlisis, Destriyani, S. 2018. Jenis Dan Keberagaman Makanan Pendamping Air Susu
Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. Prosiding Widyakarya Nasional
Pangan Dan Gizi (WNPG) XI. 3-4 Juli 2018. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 111-
119.

Mangkat, O., N. Mayulu, S.E.S. Kawengian. 2016. Gambaran Pemberian Makanan Pendamping
Asi Anak Usia 6-24 bulan di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang
Mongondow Induk. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4 (2): 1-7.

Mufida, L., T.D. Widyaningsih, J.M. Maligan. 2015. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (Mp-Asi) Untuk Bayi 6 – 24 Bulan: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
3 (4): 1646-1651.

Romadon, A dan E. Subekti. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten Demak. 7 (2):
19-24.
Simanjuntak, L.I. 2016. Uji Daya Terima Dan Nilai Gizi Biskuit Mocaf Dengan Penambahan
Tepung Bayam. http://repository.unimus.ac.id/660/7/daftar% 20pustaka.pdf. 25 Februari 2019
(20:12).

Unicef, World Health Organization, World Bank Group. 2018. Levels And Trends In Child
Malnutrition: Key Findings of The 2018 Edition of Joint Child Malnutrition Estimates.

Wijayanto, I. 2015. Eksperimen Pembuatan Kue Semprit Tepung Beras Merah.


http://lib.unnes.ac.id/20668/1/5401411025-S.pdf. 23 Februari 2019 (15:32).

Anda mungkin juga menyukai