Anda di halaman 1dari 109

A Complete Guide Of Oil

And Gas Law In Indonesia


A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS
LAW IN INDONESIA

Ir. ISWAHYUDI
HP : 085235013650
email : yudi.tm1989@yahoo.co.id
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
2
INDONESIA
OVERVIEW BISNIS HULU MIGAS

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


3
INDONESIA
PROSES BISNIS HULU MIGAS INDONESIA
Kementerian ESDM lwt Ditjen Migas menawarkan wilayah kerja lwt tender.
Investor akan menyampaikan minat mrk trmsk komitmen eksplorasi

Penandatanganan kontrak. Sbg wakil pemerintah adlh SKK Migas

Kontrak Kerja Sama dilaksanakan paling lama 30 tahun dan dpt


diperpanjangan lagi paling lama 20 tahun

Kontrak terdiri atas jangka waktu eksplorasi & eksploitasi. Jangka waktu
eksplorasi adlh 6 thn & dapat diperpanjang selama 4 tahun

Jk berhasil menemukan cadangan komersil, KKKS akan menyusun POD I

SKK Migas menyampaikan evaluasi & rekomendasi POD I kpd Menteri ESDM.
Persetujuan POD I tanda bahwa wilayah kerja tlh masuk fase produksi
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
4
INDONESIA
PROSES BISNIS HULU MIGAS INDONESIA
Dlm fase produksi, SKK Migas melakukan pengendalian kontrak dgn
mekanisme WP&B KKKS

Pengendalian oleh SKK Migas ini bertujuan memaksimalkan hasil kegiatan


usaha hulu migas untuk kesejahteraan rakyat

Seluruh hasil penerimaan negara dr kegiatan hulu migas, tdk msk ke rekening
SKK Migas, tp langsung ke kas negara lwt Menteri Keuangan

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


5
INDONESIA
Fase Kegiatan Hulu Migas

GreenFields BrownFields

Fase Fase
Fase Eksplorasi Fase Produksi
Pengembangan Abondement

 Pengoperasian
 Studi &  Pre FEED & Pemeliharaan  Penutupan Sumur
Analisa FEED  Optimisasi Decommisioning
Geologi & Konstruksi & mesin & peralatan
Peralatan
Geofisika Pembangunan Penutupan &
 Seismik Development  Pengembangan penyerahan
 Drilling Drilling Lanjutan kembali lahan

6 A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


INDONESIA
FASE EKSPLORASI - PRODUKSI

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


7
INDONESIA
FASE EKSPLORASI - PRODUKSI

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


8
INDONESIA
FASE EKSPLORASI - PRODUKSI

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


9
INDONESIA
PERATURAN – PERATURAN YG
MENGATUR PENGUSAHAAN
MIGAS INDONESIA

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


10
INDONESIA
UUD 1945

Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yaitu: ”Cabang-cabang


produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” serta
dalam ayat 3: ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat”.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


11
INDONESIA
AZAS & TUJUAN

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 2 : “Penyelenggaraan


kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi berasaskan ekonomi
kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan,keseimbangan,
pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan
rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian
hukum serta berwawasan lingkungan.”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


12
INDONESIA
PENGUASAAN & PENGUSAHAAN

UU No 22 tahun 2001 Pasal 4:


1. Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam
strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam
Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara.
2. Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai
pemegang Kuasa Pertambangan.
3. Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan
membentuk Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 23.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


13
INDONESIA
KEGIATAN USAHA HULU

Berdasarkan UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 7 yg


dimaksud “Kegiatan Usaha Hulu adalah kegiatan usaha yang
berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha Eksplorasi dan
Eksploitasi”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


14
INDONESIA
EKSPLORASI

UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 8: “Eksplorasi


adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi
mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di
Wilayah Kerja yang ditentukan”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


15
INDONESIA
EKSPLOITASI

UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 9: “Eksploitasi


adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja
yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan
penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta
kegiatan lain yang mendukungnya”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


16
INDONESIA
BADAN USAHA

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 17: “Badan Usaha


adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus dan
didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


17
INDONESIA
BADAN USAHA TETAP

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 18: “Bentuk Usaha


Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan
hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang melakukan kegiatan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


18
INDONESIA
BADAN PELAKSANA

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 23: “Badan


Pelaksana adalah suatu badan yang dibentuk untuk
melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang
Minyak dan Gas Bumi”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


19
INDONESIA
BADAN PELAKSANA
UU No 22 tahun 2001 Pasal 44:
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan Kontrak Kerja Sama
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 angka 1 dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3).
2. Fungsi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) melakukan pengawasan terhadap Kegiatan
Usaha Hulu agar pengambilan sumber daya alam Minyak
dan Gas Bumi milik negara dapat memberikan manfaat
dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


20
INDONESIA
BADAN PELAKSANA
3. Tugas Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :
a. memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya
dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak
Kerja Sama;
b. melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama;
c. mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan
yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja
kepada Menteri untuk mendapatkan persetujuan;
d. memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain
sebagaimana dimaksud dalam huruf c;
e. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran;
f. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri
mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama;
g. menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian negara
yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


21
INDONESIA
BADAN PELAKSANA

UU No 22 tahun 2001 Pasal 45:


1. Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
merupakan badan hukum milik negara.
2. Badan Pelaksana terdiri atas unsur pimpinan, tenaga ahli, tenaga
teknis, dan tenaga administratif.
3. Kepala Badan Pelaksana diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Presiden.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


22
INDONESIA
BADAN PELAKSANA
PerPres No 9 tahun 2013 ttg PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI, Pasal 1 & 2:
Pasal 1:
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi
dan sumber daya mineral, yang untuk selanjutnya disebut Menteri,
membina, mengoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan
pengelolaan kegiatan usaha huiu minyak dan gas bumi.
Pasal 2:
1. Penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sampai dengan
diterbitkannya undang undang baru di bidang minyak dan gas bumi,
dilaksanakan oleh satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha
huiu minyak dan gas bumi dan untuk selanjutnya dalam Peraturan
Presiden ini disebut SKK Migas.
2. Dalam rangka pengendalian, pengawasan, dan evaluasi terhadap
pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi oleh SKK
Migas, dibentuk Komisi Pengawas.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


23
INDONESIA
KONTRAK KERJASAMA

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 19: “Kontrak Kerja


Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja
sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang
lebih menguntungkan Negara dan hasilnya dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


24
INDONESIA
KONTRAK KERJASAMA

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 6:


1. Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 angka 1 dilaksanakan dan dikendalikan melalui
Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 19.
2. Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 paling sedikit memuat persyaratan :
a. kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan
Pemerintah sampai pada titik penyerahan
b. pengendalian manajemen operasi berada pada
Badan Pelaksana
c. modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap.
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
25
INDONESIA
KONTRAK KERJASAMA
UU No 22 tahun 2001 pasal 11:
(1) Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1
dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana.
(2) Setiap Kontrak Kerja Sama yang sudah ditandatangani harus
diberitahukan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
(3) Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu :
a. penerimaan negara;
b. Wilayah Kerja dan pengembaliannya;
c. kewajiban pengeluaran dana;
d. perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas
Bumi;
e. jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak;

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


26
INDONESIA
KONTRAK KERJASAMA
f. penyelesaian perselisihan;
g. kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk
kebutuhan dalam negeri;
h. berakhirnya kontrak;
i. kewajiban pascaoperasi pertambangan;
j. keselamatan dan kesehatan kerja;
k. pengelolaan lingkungan hidup;
l. pengalihan hak dan kewajiban;
m. pelaporan yang diperlukan;
n. rencana pengembangan lapangan;
o. pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri;
p. pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak
masyarakat adat;
q. pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


27
INDONESIA
KONTRAK KERJASAMA

Aspek legal dari definisi diatas adalah:


1. Adanya perjanjian atau kontrak
2. Adanya subyek hukum yaitu Badan Pelaksana dan Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
3. Adanya obyek yaitu kegiatan eksplorasi dan eksplotasi
migas
4. Adanya prinsip bagi hasil

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


28
INDONESIA
PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU
MIGAS

Berdasarkan UU No 22 tahun 2001 pasal 9:


1. Kegiatan Usaha Hulu dapat dilaksanakan oleh :
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. koperasi; usaha kecil;
d. badan usaha swasta.
2. Bentuk Usaha Tetap hanya dapat melaksanakan Kegiatan
Usaha Hulu.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


29
INDONESIA
WILAYAH KERJA

UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 16: “Wilayah Kerja


adalah daerah tertentu di dalam Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan Eksplorasi
dan Eksploitasi”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


30
INDONESIA
WILAYAH KERJA

UU No.22 tahun 2001 Pasal 12:


1. Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap ditetapkan oleh Menteri
setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah.
2. Penawaran Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
3. Menteri menetapkan Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap yang diberi wewenang melakukan kegiatan usaha
Eksplorasi dan Eksploitasi pada Wilayah Kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


31
INDONESIA
WILAYAH KERJA

UU No 22 tahun 2001 Pasal 13:


1. Kepada setiap Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
hanya diberikan 1 (satu) Wilayah Kerja.
2. Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
mengusahakan beberapa Wilayah Kerja, harus
dibentuk badan hukum yang terpisah untuk setiap
Wilayah Kerja.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


32
INDONESIA
JANGKA WAKTU KONTRAK KERJASAMA

UU No 22 tahun 2001 Pasal 14:


1. Jangka waktu Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan paling
lama 30 (tiga puluh) tahun.
2. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dapat
mengajukan perpanjangan jangka waktu Kontrak Kerja
Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling
lama 20 (dua puluh) tahun.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


33
INDONESIA
JANGKA WAKTU KONTRAK KERJASAMA

UU No 22 tahun 2001 Pasal 15:


1. Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) terdiri atas jangka waktu Eksplorasi
dan jangka waktu Eksploitasi.
2. Jangka waktu Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilaksanakan 6 (enam) tahun dan dapat
diperpanjang hanya 1 (satu) kali periode yang
dilaksanakan paling lama 4 (empat) tahun.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


34
INDONESIA
RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN
(POD)
UU No 22 tahun 2001 Pasal 21:
1. Rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan
diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja wajib mendapatkan
persetujuan Menteri berdasarkan pertimbangan dari Badan Pelaksana
dan setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi yang
bersangkutan.
2. Dalam mengembangkan dan memproduksi lapangan Minyak dan Gas
Bumi, Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib melakukan
optimasi dan melaksanakannya sesuai dengan kaidah keteknikan yang
baik.
3. Ketentuan mengenai pengembangan lapangan, pemroduksian cadangan
Minyak dan Gas Bumi, dan ketentuan mengenai kaidah keteknikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


35
INDONESIA
WP&B dan AFE
PP No 79 tahun 2010 Pasal 5:
1. Dalam melaksanakan operasi perminyakan, kontraktor
wajib menyusun rencana kerja dan anggaran sesuai
dengan kaidah praktek bisnis dan keteknikan yang baik
serta prinsip kewajaran.
2. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. pengeluaran rutin; dan
b. pengeluaran proyek.
3. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib mendapat persetujuan Kepala Badan
Pelaksana.
4. Persetujuan Kepala Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan dasar bagi kontraktor
untuk melaksanakan operasi perminyakan.
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
36
INDONESIA
LIFTING

PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 angka 5: “Lifting adalah


sejumlah minyak mentah dan / atau gas bumi yang dijual
atau dibagi di titik penyerahan (custody transfer point)”
PP No 79 tahun 2010 Pasal 8:
1. Menteri menetapkan besaran minimum bagian negara dari
suatu wilayah kerja yang dikaitkan dengan lifting dalam
persetujuan rencana pengembangan lapangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
2. Penetapan besaran minimum bagian negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


37
INDONESIA
FIRST TRANCE PETROLEUM (FTP)
PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 angka 6: “First Tranche
Petroleum yang selanjutnya disingkat FTP adalah
sejumlah tertentu minyak mentah dan/atau gas bumi yang
diproduksi dari suatu wilayah kerja dalam satu tahun
kalender, yang dapat diambil dan diterima oleh Badan
Pelaksana danlatau kontraktor dalam tiap tahun kalender,
sebelum dikurangi pengembalian biaya operasi dan
penanganan produksi (own use)”

PP No 79 tahun 2010 Pasal 10 ayat 1:


1. Untuk menjamin adanya penerimaan negara, Menteri
menetapkan besaran dan pembagian FTP.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


38
INDONESIA
INVESTMENT CREDIT (IC)

PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 angka 7: “Investment Credit


yang selanjutnya disebut insentif investasi adalah tambahan
pengembalian biaya modal dalam jumlah tertentu, yang
berkaitan langsung dengan fasilitas produksi, yang
diberikan sebagai insentif untuk pengembangan lapangan
minyak dan/atau gas bumi tertentu.”

PP No 79 tahun 2010 Pasal 10 ayat 2:


2. Untuk mendorong pengembangan wilayah kerja, Menteri
dapat menetapkan bentuk dan besaran insentif investasi

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


39
INDONESIA
COST RECOVERY
PP No 79 tahun 2010 Pasal 7:
1. Kontraktor mendapatkan kembali biaya operasi sesuai
dengan rencana kerja dan anggaran yang telah disetujui
oleh Kepala Badan Pelaksana, setelah wilayah kerja
menghasilkan produksi komersial.
2. Produksi komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
statusnya ditetapkan melalui persetujuan Menteri atas
rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan
diproduksikan.
3. Dalam ha1 wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak menghasilkan produksi komersial, terhadap
seluruh biaya operasi yang telah dikeluarkan menjadi
risiko dan beban kontraktor sepenuhnya.
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
40
INDONESIA
COST RECOVERY
PP No 79 tahun 2010 Pasal 11:
(1) Biaya operasi terdiri atas:
a. biaya eksplorasi;
b. biaya eksploitasi; dan
c. biaya lain.
(2) Biaya eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. biaya pengeboran terdiri atas:
1. biaya pengeboran eksplorasi; dan
2, biaya pengeboran pengembangan;
b. biaya geologis dan geofisika terdiri atas:
1. biaya penelitian geologis; ban
2. biaya penelitian geofisika;
c, biaya umum dan administrasi pada kegiatan eksplorasi;
d. biaya penyusutan.
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
41
INDONESIA
COST RECOVERY
(3) Biaya eksploitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. biaya langsung produksi untuk:
1. minyak bumi;
2. gas bumi.
b. biaya pemrosesan gas bumi;
c. biaya utility terdiri atas:
1. biaya perangkat produksi dan pemeliharaan peralatan
2. biaya uap, air, dan listrik;
d. biaya umum dan administrasi pada kegiatan eksploitasi;
e. biaya penyusutan.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


42
INDONESIA
COST RECOVERY
(4) Biaya umum dan administrasi untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf d terdiri
atas:
a. biaya administrasi dan keuangan;
b. biaya pegawai;
c, biaya jasa material;
d. biaya transportasi;
e. biaya umum kantor; dan
f. pajak tidak langsung, pajak daerah, dan retribusi daerah.
(5) Biaya lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri atas:
a. biaya untuk memindahkan gas dari titik produksi ke titik penyerahan
b. biaya kegiatan pasca operasi kegiatan usaha hulu.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


43
INDONESIA
COST RECOVERY
PP No 79 tahun 2010 Pasal 13:
Jenis biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam penghitungan bagi hasil
dan pajak penghasilan meliputi:
a. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan/atau
keluarga dari pekerja, pengurus, pemegang participating interest, dan
pemegang saham;
b. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali biaya penutupan dan
pemulihan tambang yang disimpan pada rekening bersama Badan Pelaksana
dan kontraktor dalam rekening bank umum Pemerintah Indonesia yang berada
di Indonesia;
c. harta yang dihibahkan;
d. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan serta tagihan atau denda yang timbul akibat
kesalahan kontraktor karena kesengajaan atau kealpaan;
e. biaya penyusutan atas barang dan peralatan yang digunakan yang bukan
milik negara;
f. insentif, pembayaran iuran pensiun, dan premi asuransi untuk kepentingan
pribadi dan/atau keluarga dari tenaga kerja asing, pengurus, dan pemegang
saham;
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
44
INDONESIA
COST RECOVERY
g. biaya tenaga kerja asing yang tidak memenuhi prosedur rencana
penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) atau tidak memiliki izin kerja
tenaga asing (IKTA);
h. biaya konsultan hukum yang tidak terkait langsung dengan operasi
perminyakan dalam rangka kontrak kerja sama;
i. biaya konsultan pajak;
j. biaya pemasaran minyak dan/atau 'gas bumi bagian kontraktor, kecuali
biaya pemasaran gas bumi yang telah disetujui Kepala Badan
Pelaksana;
k. biaya representasi, termasuk biaya jamuan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, kecuali disertai dengan daftar nominatif penerima
manfaat dan nomor pokok wajib pajak (NPWP) penerima manfaat;
l. biaya pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat pada masa
eksploitasi;
m. biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing;
n. biaya terkait merger, akuisisi, atau biaya pengalihan participating
interest;
o. biaya bunga atas pinjaman;
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
45
INDONESIA
COST RECOVERY
p. pajak penghasilan karyawan yang ditanggung kontraktor maupun dibayarkan
sebagai tunjangan pajak dan pajak penghasilan yang wajib dipotong atau
dipungut atas penghasilan pihak ketiga yang ditanggung kontraktor atau di-
gross up;
q. pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan
prinsip kewajaran dan kaidah keteknikan yang baik, atau yang melampaui nilai
persetujuan otorisasi pengeluaran di atas 10% (sepuluh persen) dari nilai
otorisasi pengeluaran;
r. surplus material yang berlebihan akibat kesalahan perencanaan dan pembelian;
s. nilai buku dan biaya pengoperasian aset yang telah digunakan yang tidak dapat
beroperasi lagi akibat kelalaian kontraktor;
t. transaksi yang:
1. merugikan negara;
2. tidak melalui proses tender sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan kecuali dalam ha1 tertentu; atau
3. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. u. bonus yang
dibayarkan kepada Pemerintah;
v. biaya yang terjadi sebelum penandatanganan kontrak;
w. insentif interest recovery;
x. biaya audit komersial
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
46
INDONESIA
COST RECOVERY

PP No 79 tahun 2010 Pasal 20 ayat 1:


1. Biaya operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yang
dapat dikembalikan dalam 1 (satu) tahun kalender terdiri atas:
a. biaya bukan modal tahun berjalan;
b. penyusutan biaya modal tahun berjalan;
c. biaya operasi yang belum dapat dikembalikan pada
tahun-tahun sebelumnya.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


47
INDONESIA
EQUITY TO BE SPLIT

PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 angka 8: “Equity to be Split


adalah hasil produksi yang tersedia untuk dibagi (lifting)
antara Badan Pelaksana dan kontraktor setelah dikurangi
FTP, insentif investasi (IC) , dan pengembalian biaya operasi

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


48
INDONESIA
DOMESTIC MARKET OBLIGATION (DMO)

PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 angka 16 & 17:


16. Domestic Market Obligation yang selanjutnya
disingkat DM0 adalah kewajiban penyerahan bagian
kontraktor berupa minyak dan atau gas bumi untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
17. Imbalan DM0 adalah imbalan yang dibayarkan oleh
Pemerintah kepada kontraktor atas penyerahan
minyak dan atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri dengan menggunakan harga yang
ditetapkan oleh Menteri yang bidang tugas dan
tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha minyak
dan gas bumi.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


49
INDONESIA
DOMESTIC MARKET OBLIGATION (DMO)

PP No 79 tahun 2010 Pasal 24 ayat 8 & 9:


8. Contraktor wajib memenuhi kewajiban DM0 dengan
menyerahkan 25% (dua puluh lirna persen) bagiannya
dari produksi minyak bumi dan/atau gas bumi yang
dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
9. Kontraktor mendapat imbalan DM0 atas penyerahan
minyak bumi dan/atau gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dengan harga yang ditetapkan oleh
Menteri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


50
INDONESIA
DMO FEE (DMO ADJUSTMENT)

PP No 79 tahun 2010 Pasal 1 ayat 17:


“Imbalan DM0 adalah imbalan yang dibayarkan oleh
Pemerintah kepada kontraktor atas penyerahan minyak
danlatau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dengan menggunakan harga yang ditetapkan oleh Menteri
yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan
usaha minyak dan gas bumi.”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


51
INDONESIA
PAJAK
UU No 22 tahun 2001 Pasal 31 ayat 4 dan PP No 35 tahun
2004 Pasal 53 disebutkan bahwa:
Dalam Kontrak Kerja Sama ditentukan bahwa kewajiban
membayar pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf
a dilakukan sesuai dengan :
a. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku pada saat Kontrak Kerja Sama
ditandatangani; atau
b. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


52
INDONESIA
PAJAK
PP No 79 tahun 2010 Pasal 9 :
1. Penghasilan bruto kontraktor terdiri atas:
a. penghasilan dalam rangka kontrak bagi hasil; atau
b. penghasilan dalam rangka kontrak jasa; dan
c. penghasilan lain di luar kontrak kerja sama.
2. Penghitungan pajak penghasilan atas penghasilan dalam rangka kontrak
bagi hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dihitung
berdasarkan nilai realisasi minyak dan atau gas bumi bagian kontraktor
dari equity share dan FTP share ditambah minyak dan atau gas bumi yang
berasal dari pengembalian biaya operasi ditambah minyak dan atau gas
bumi tambahan yang berasal dari pemberian insentif atau karena ha1 lain
dikurangi nilai realisasi penyerahan DM0 minyak dan/atau gas bumi
ditarhbah Imbalan DM0 ditambah varian harga atas lifling.
3. Penghitungan pajak penghasilan atas penghasilan dalam rangka kontrak
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan
imbalan yang diterima dari Pemerintah ditambah nilai realisasi penjualan
atas minyak dan atau gas bumi yang berasal dari pengembalian biaya
operasi A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
53
INDONESIA
PERHITUNGAN BAGI HASIL
PP No 79 tahun 2010 Pasal 24:
1. Dalam ha1 tidak terdapat FTP dan insentif investasi, equity to be split
dihitung berdasarkan lifting dikurangi biaya operasi yang dapat
dikembalikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
2. Dalam ha1 terdapat FTP tetapi tidak terdapat insentif investasi, equity to
be split dihitung berdasarkan lifting dikurangi FTP dikurangi biaya
operasi yang dapat dikembalikan.
3. Dalam hal terdapat FTP dan insentif investasi, equity to be split dihitung
berdasarkan lifing dikurangi FTP dikurangi insentif investasi dikurangi
biaya operasi yang dapat dikembalikan.
4. Dalam hal tidak terdapat FTP tetapi terdapat insentif investasi, equity to
be split dihitung berdasarkan lifting dikurangi insentif investasi dikurangi
biaya operasi yang dapat dikembalikan.
5. Insentif investasi dan biaya operasi yang dapat dikembalikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dikonversi menjadi:
a. minyak bumi, dengan harga rata-rata harga minyak mentah
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
b. gas bumi, dengan harga yang disepakati dalam kontrak penjualan
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
gas bumi. INDONESIA
54
PERHITUNGAN BAGI HASIL
6. Bagian kontraktor untuk kontrak kerja sama, dihitung berdasarkan
persentase bagian kontraktor sebelum pajak penghasilan yang
dinyatakan dalam kontrak kerja sama dikalikan dengan equity to be
split,
7. Bagian Pemerintah untuk kontrak kerja sama dihitung berdasarkan
persentase bagian Pernerintah yang dinyatakan dalam kontrak kerja
sama dikalikafi dengan equity to be split yang didalamnya belum
termasuk pajak penghasilan yang terutang oleh kontraktor.
8. Contraktor wajib memenuhi kewajiban DMO dengan menyerahkan
25% (dua puluh lirna persen) bagiannya dari produksi minyak bumi
dan/atau gas bumi yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
9. Kontraktor mendapat imbalan DM0 atas penyerahan minyak bumi
dan/atau gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dengan
harga yang ditetapkan oleh Menteri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


55
INDONESIA
KONSEP PSC DALAM
PENGUSAHAAN MIGAS
INDONESIA

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


56
INDONESIA
Indonesia PSC Characteristic

1. PSC adalah sistem pengelolaan kegiatan


hulu migas berdasarkan Rezim Kontrak.
2. Terms and Conditions Kontrak PSC
dibuat oleh Pemerintah dan diterima
oleh Kontraktor PSC, yang mengatur
aturan main (rights and obligation para
Pihak) dalam pelaksanaan Kontrak.
3. SKKMIGAS bertindak sebagai
Manajemen Pengawas Pengendali,
sedangkan Kontraktor PSC bertindak
sebagai Pelaksana yang mengeksekusi
kegiatan operasional perminyakan itu.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


57
INDONESIA
Indonesia PSC Characteristic

4. Kontraktor wajib membawa modal dan


teknologi serta menanggung risiko
operasi dalam rangka pelaksanaan
operasi perminyakan berdasarkan
kontrak kerja sama pada suatu wilayah
kerja (PP No 79 th 2010 pasal 3 ayat 1)
5. Pelaksanaan operasi perminyakan
wajib dilakukan berdasarkan prinsip
efektif dan efisien, prinsip kewajaran,
serta kaidah praktek bisnis dan
keteknikan yang baik.(PP No 79 th
2010 pasal 3 ayat 2)

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


58
INDONESIA
Indonesia PSC Characteristic

6. Seluruh barang dan peralatan yang


dibeli oleh kontraktor dalam rangka
operasi perminyakan rnenjadi barang
milik negara yang pembinaannya
dilakukan oleh Pemerintah dan dikelola
oleh Badan Pelaksana (SKK MIGAS)
(PP No 79 th 2010 pasal 4 ayat 1)
7. Dalam melaksanakan operasi
perminyakan, kontraktor wajib menyusun
WP & B terdiri atas:
a. pengeluaran rutin
b. pengeluaran proyek.
WP & B wajib mendapat persetujuan
Kepala Badan Pelaksana (SKK MIGAS)
(PP No 79 th 2010 pasal 5) GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
A COMPLETE
59
INDONESIA
Indonesia PSC Characteristic

8. Kontraktor mendapatkan kembali biaya


operasi sesuai dengan rencana kerja dan
anggaran yang telah disetujui oleh Kepala
Badan Pelaksana, setelah wilayah kerja
menghasilkan produksi komersial.(PP No
79 th 2010 pasal 7 ayat 1)
9. Dalam hal wilayah kerja tidak
menghasilkan produksi komersial, terhadap
seluruh biaya operasi yang telah
dikeluarkan menjadi risiko dan beban
kontraktor sepenuhnya (PP No 79 th 2010
pasal 7 ayat 3)

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


60
INDONESIA
Indonesia PSC

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


61
INDONESIA
Indonesian PSC Terms
FTP: First Tranche Petroleum
Sejumlah Tertentu Minyak Mentah Dan/Atau Gas Bumi Yang Diproduksi
Dari Suatu Wilayah Kerja Dalam Satu Tahun Kalender, Yang Dapat
Diambil Dan Diterima Oleh Badan Pelaksana Dan atau Kontraktor Dalam
Tiap Tahun Kalender, Sebelum Dikurangi Pengembalian Biaya Operasi
dan Penanganan Produksi (Own Use)

Investment Credits
Tambahan Pengembalian Biaya Modal Dalam Jumlah Tertentu,
Yang Berkaitan Langsung Dengan Fasilitas Produksi, Yang
Diberikan Sebagai Insentif Untuk Pengembangan Lapangan Minyak
Dan/Atau Gas Bumi Tertentu.

Cost Recovery
Pengembalian Atas Biaya-biaya Yg Telah Dikeluarkan (Recoverible
Cost) KKKS dg Menggunakan Produksi Minyak Dan Gas Bumi
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
62
Sesuai Dg Ketentuan Yg Berlaku. INDONESIA
Indonesian PSC Terms
Equity to be Split
Hasil Produksi Yang Tersedia Untuk Dibagi (Lifting) Antara Badan
Pelaksana Dan Kontraktor Setelah Dikurangi FTP, Insentif Investasi (jika
Ada) , Dan Pengembalian Biaya Operasi (Cost Recovery)

Domestic Market Obligation


Kewajiban Penyerahan Bagian Kontraktor Berupa Minyak
dan atau Gas Bumi Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam
Negeri

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


63
INDONESIA
MEKANISME COST RECOVERY

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


64
INDONESIA
PERPAJAKAN DLM PSC

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


65
INDONESIA
SKEMA KEEKONOMIAN PSC TANPA FTP
Gross Revenue

(-)
Investment Credit
(-)
Cost Recovery

Equity Oil to be Split

Gov. Share Contractor Share


(+) (-)
DMO

(-) (+)
(+) (+)
DMO Fee

Taxable Income
(-)
Income Tax
(+)
Government Take
Total Contractor
Share
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
66
INDONESIA
SKEMA KEEKONOMIAN PSC + FTP SHARE
Gross Revenue
(-)
(-)
Investment Credit
FTP (-)
Cost Recovery

(+)

Equity Oil to be Split

Gov. Share Contractor Share


(+) (-)
DMO

(-) (+)
(+) (+)
DMO Fee

Taxable Income
(-)
Income Tax
(+)
Government Take
Total Contractor
Share
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
67
INDONESIA
SKEMA KEEKONOMIAN PSC + FTP NOT
SHARE
Gross Revenue
(-)
(-)
Investment Credit
FTP
(-)
Cost Recovery

(+)

Equity Oil to be Split

Gov. Share Contractor Share


(+) (-)
DMO

(-) (+)
(+) (+)
DMO Fee

Taxable Income
(-)
Income Tax
(+)
Government Take
Total Contractor
Share
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
68
INDONESIA
SKEMA KEEKONOMIAN PSC - JOB
Gross Revenue

50% PSC 50% PERTAMINA

FTP 20%

Total Rec. Cost Operating Cost


Reypayment/Reimburs
ment
ETBS Taxable Income
Gov. Tax
Contractor Share Gov. Share
Pertamina Income

Gross DMO Req


DMO Req. Adj

Taxable Income Gov. Tax 48%

Total GOI

Total Contractor
Net Contractor
Share

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


69
INDONESIA
SKEMA KEEKONOMIAN PSC – JOB - EOR
Incremental Gross
Revenue
50% PSC 50% PERTAMINA

FTP 20%

Total Rec. Cost Operating Cost


Reypayment/Reimburs
ment
ETBS Taxable Income
Gov. Tax
Contractor Share Gov. Share
Pertamina Income

Gross DMO Req


DMO Req. Adj

Taxable Income Gov. Tax 48%

Total GOI

Total Contractor
Net Contractor
Share

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


70
INDONESIA
ASPEK LEGAL PSC

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


71
INDONESIA
ASPEK LEGAL KONTRAK KERJASAMA
BAGI HASIL (PSC)

1. Adanya perjanjian atau kontrak


2. Adanya subyek hukum yaitu Badan Pelaksana dan Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
3. Adanya obyek yaitu kegiatan eksplorasi dan eksplotasi
migas
4. Adanya prinsip bagi hasil

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


72
INDONESIA
PRINSIP POKOK PSC

UU No 22 tahun 2001 Pasal 6 ayat 2:


2. Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) paling sedikit memuat persyaratan :
a. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan
Pemerintah sampai pada titik penyerahan
b. Pengendalian manajemen operasi berada pada Badan
Pelaksana
c. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


73
INDONESIA
PARA PIHAK DALAM PSC

UU No 22 tahun 2001 pasal 11 ayat 1:


(1)Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 angka 1 dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan
Badan Pelaksana.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


74
INDONESIA
PARA PIHAK DALAM PSC
UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 23: “Badan Pelaksana adalah
suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan
Usaha Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi”

UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 17: “Badan Usaha adalah


perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha
bersifat tetap, terus-menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”
UU No 22 Tahun 2001 Pasal 1 angka 18: “Bentuk Usaha Tetap adalah
badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


75
INDONESIA
OBYEK DALAM PSC
UU No 22 tahun 2001 Pasal 5:
Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas :
1. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup :
a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi.
UU No 22 tahun 2001 Pasal 6 ayat 1:
1. Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1
dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 19.
UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 8: “Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan
memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh
perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan”
UU No 22 tahun 2001 Pasal 1 angka 9: “Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang
ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan
sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang
mendukungnya”

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


76
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
Kewajiban Kontraktor menurut ketentuan section V Production Sharing
Contract itu antara lain:
1. Menyediakan semua biaya yang diperlukan untuk membeli atau menyewa
peralatan dan juga material;
2. Menyediakan segala bantuan teknis, termasuk tenaga kerja asing;
3. Menyediakan biaya lain untuk pelaksanaan program kerja termasuk
pembayaran kepada pihak ketiga (asing) yang mana memberikan jasa
kepada kontraktor;
4. Bertanggungjawab atas persiapan dan pelaksanaan program kerja yang
akan dilakukan dengan cepat dan dengan menggunakan metode ilmiah;
5. Melakukan peninjauan tentang kondisi lingkungan pada awal kegiatan;
6. Mengambil tindakan-tindakan pencegahan untuk melindungi sistem
ekologi, pelayaran, penangkapan ikan dan juga mencegah meluasnya
dampak pencemaran laut, sungai-sungai, dan lain-lain, sebagai akibat
langsung dari pelaksanaan operasi;
7. Mengeluarkan semua peralatan yang digunakan dari wilayah kontrak
sesuai ketentuan SKK Migas dan Pemerintah Indonesia. Alat ini baru
dikeluarkan setelah masa kontrak
A COMPLETE GUIDEberakhir;
OF OIL & GAS LAW IN
77
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
8. Melakukan pemulihan semua lokasi pengeboran sesuai dengan
Peraturan Pemerintah, yang bertujuan untuk mencegah risiko terhadap
kehidupan manusia dan harta benda atau lingkungan;
9. Memasukkan anggaran tahunan biaya operasional, taksiran biaya
pemulihan dan pembebasan lokasi untuk setiap sumur eksplorasi dalam
program kerja. Semua biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor dalam
proses pembebasan sumur-sumur tersebut dan juga pemulihan lokasi
pengeboran akan dibayar sebagai biaya operasional;
10.Memasukkan rencana konstruksi untuk setiap penemuan secara
komersial, program pemulihan dan pembebasan lokasi bersama sesuai
dengan prosedur pendanaan setiap program;
11.Menyerahkan semua salinan data geologi, geofisika, pengeboran, sumur
minyak dan produksi dan juga data lainnya kepada Pemerintah
Indonesia melalui SKK Migas. Kontraktor dapat memegang salinan
data asli yang harus disetujui oleh Pemerintah Indonesia;
12.Menyiapkan dan melaksanakan rencana-rencana dan program-program
untuk pelatihan di bidang industri dan pendidikan di Indonesia bagi
semua kelompok kerja;A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
78
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
13.Menyetujui penjualan dan pengiriman sejumlah minyak kepada
Pemerintah Indonesia yaitu sebanyak 25% dari total bagi hasil yang
diterima kontraktor, penjualan ini baru dilakukan setelah produksi
secara komersial;
14.Menggunakan barang-barang dan juga jasa yang diproduksi di
Indonesia atau yang dibuat oleh orang Indonesia;
15.Membayar pajak pendapatan kepada Pemerintah Indonesia, termasuk
pajak akhir dari keuntungan yang diperoleh kontraktor;
16.Menaati semua peraturan yang mana berlaku di Indonesia;
17.Tidak dibenarkan untuk mengungkapkan pada pihak ketiga tentang data
geologi, geofisika, petrofisika, teknis, sumur minyak, dan data lainnya
tanpa izin tertulis dari Pemerintah Indonesia;

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


79
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
Sedangkan hak kontraktor dalam model kontrak Production Sharing Contract ,
yaitu:
1. Menjual, memberikan, atau memindahkan semua atau sebagian dari hak dan
wewenang menurut kontrak pada perusahaan cabang dengan syarat harus
ada izin tertulis dari SKK Migas;
2. Menjual, memberikan, atau memindahkan semua atau sebagian hak-hak dan
wewenang-wewenangnya menurut kontrak ini kepada pihak-pihak ketiga
selain perusahaan cabang dengan izin tertulis dari SKK Migas juga
Pemerintah Indonesia;
3. Melakukan pengawasan terhadap semua alat-alat yang disewa;
4. Memasukkan dan juga mengeluarkan fasilitas-fasilitas dari suatu wilayah
kontrak;
5. Menggunakan dan mengakses semua data dan informasi geologi, geofisika,
pengeboran, sumur minyak dan produksi pada wilayah kontrak yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Semua biaya untuk mendapatkan data
dan informasi tersebut akan disediakan oleh kontraktor, dan juga termasuk
biaya operasional;
6. Menjual dan mengeksporA COMPLETE
minyakGUIDE
mentahnya ke luar negeri;
OF OIL & GAS LAW IN
80
7. Menunjuk perwakilannya di Jakarta INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
Kewajiban dari SKK Migas sesuai dari Section V model kontrak bagi
hasil, yaitu:
1. Bertanggungjawab kepada manajemen operasional;
2. Membantu dan memperlancar pelaksanaan program kerja kontraktor
dengan cara menyediakan fasilitas, pegawai, dan persediaan, tidak
terbatas hanya pada penyediaan atau pembuatan visa, izin kerja,
transportasi, perlindungan keamanan, dan hiburan yang mungkin
diminta pihak kontraktor, dimana biaya untuk menyediakan hal itu
akan ditanggung kontraktor sebagai operasional;
3. Membebaskan kontraktor dari pajak-pajak lain, seperti PPN, Pajak
Pemindahan, Pajak Ekspor Impor bahan baku, dan juga peralatan
yang dibawa ke Indonesia;
4. Tidak diperkenankan untuk menyampaikan kepada pihak ketiga bahwa
semua data asli pengeboran minyak, seperti data geologi, geofisika,
petrofisika, teknis, dan data lainnya tanpa izin tertulis dari pihak
kontraktor;
5. Menyetujui penggunaan aset oleh pihak ketiga dengan syarat ada izin
tertulis dari kontraktor
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
81
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC

Sedangkan hak dari SKK Migas adalah:


1. Menerima hasil produksi minyak dan gas bumi, sesuai yang telah
ditetapkan antara SKK Migas dengan kontraktor;
2. Menerima pajak pendapatan dan pajak akhir tahun dari kontraktor.
Adapun juga secara umum hak pembayaran yang diterima oleh negara
(melalui SKK Migas) dari KKS adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran pajak yang merupakan penerimaan negara;
2. Pembayaran bukan pajak yang merupakan penerimaan negara.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


82
INDONESIA
HAK & KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
PSC
Penerimaan negara yang berupa pajak, terdiri atas:
1. pajak-pajak;
2. bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai;
3. pajak daerah dan distribusi daerah.
Penerimaan negara bukan pajak, terdiri atas:
1. bagian negara, yaitu bagian produksi yang diserahkan oleh badan usaha
atau usaha tetap kepada negara sebagai pemilik sumber daya minyak dan
gas bumi;
2. iuran tetap, yaitu iuran yang dibayar oleh badan usaha atau badan usaha
tetap kepada negara sebagai pemilik sumber daya minyak dan gas bumi
sesuai luas wilayah kerja sebagai imbalan atas kesempatan untuk
melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi;
3. iuran eksplorasi dan eksploitasi, yaitu iuran yang dibayarkan oleh badan
usaha atau badan usaha tetap kepada negara sebagai kompensasi atas
pengambilan kekayaan alam minyak dan juga gas bumi yang tak
terbarukan;
4. bonus-bonus, yaitu penerimaan dari bonus-bonus penandatanganan. Bonus
kompensasi data, bonus produksi dan bonus-bonus dalam bentuk apapun
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
yang diperoleh SKK Migas dalam rangka kontrak Production Sharing. 83
INDONESIA
PRINSIP BAGI HASIL

PP No 35 tahun 1994 Pasal 16 ayat 1 & 2:


1. Menteri menetapkan pembagian hasil produksi minyak
dan atau gas bumi.
2. Pelaksanaan pembagian hasil produksi minyak dan atau
gas bumi dilakukan pada titik penyerahan

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


84
INDONESIA
PRINSIP BAGI HASIL

PP No 79 tahun 2010 Pasal 8:


1. Menteri menetapkan besaran minimum bagian negara dari
suatu wilayah kerja yang dikaitkan dengan lifting dalam
persetujuan rencana pengembangan lapangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
2. Penetapan besaran minimum bagian negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


85
INDONESIA
PRINSIP BAGI HASIL
Description PSC 1st Generation (1965-1976) PSC 2nd Generation (1976-1988) PSC 3rd Generation (1988-current)

FTP None None 10% - 20%

Cost Recovery Ceiling 40% 100% (no ceiling) 80% (due to FTP)

Investment Credit None 20% 17% - 20%

25% of equity oil, full price for the


DMO was defined as 25% of 25% of equity oil, full price for the first
DMO first 60 months and 10% of export
equity oil at $0.2/barel 60 months and $0.20/barrel there after
price there after

Equity to be Split

Government /
Contractor

Oil 65%/35% 85%/15% 85%/15%

Gas 70%/30% or 65%/35% 70%/30% or 65%/35%

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


86
INDONESIA
KETENTUAN PENYUSUNAN PSC

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


87
INDONESIA
KETENTUAN POKOK

PP No 35 tahun 1994 Pasal 6:


Terhadap Kontrak Bagi Hasil sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah ini berlaku hukum Indonesia

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


88
INDONESIA
KETENTUAN POKOK
UU No 22 tahun 2001 Pasal 11 ayat 3:
Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling
sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu :
a. penerimaan negara;
b. Wilayah Kerja dan pengembaliannya;
c. kewajiban pengeluaran dana;
d. perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas Bumi;
e. jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak;
f. penyelesaian perselisihan;
g. kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk kebutuhan dalam
negeri;
h. berakhirnya kontrak;
i. kewajiban pascaoperasi pertambangan;
j. keselamatan dan kesehatan kerja;
k. pengelolaan lingkungan hidup;
l. pengalihan hak dan kewajiban;
m. pelaporan yang diperlukan;
n. rencana pengembangan lapangan;
o. pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri;
p. pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat;
q. pengutamaan penggunaanA COMPLETE
tenaga kerja Indonesia.
GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
89
INDONESIA
KETENTUAN POKOK

PP No 35 tahun 1994 Pasal 3:


1. Penetapan syarat-syarat Kontraktor dilakukan dengan berpedoman
antara lain pada hal-hal sebagai berikut:
a. Calon Kontraktor memiliki dan menyampaikan laporan
keuangan, prestasi perusahaan, kemampuan teknis operasional,
dan penilaian kinerja perusahaan.
b. Calon Kontraktor sanggup membayar bonus produksi dan bonus
lainnya .
c. Calon Kontraktor memiliki Kantor Perwakilan yang didirikan di
Indonesia
2. Penetapan lebih lanjut syarat-syarat dan tata cara pengajuan
permohonan Kontrak Bagi Hasil, ditetapkan oleh Menteri

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


90
INDONESIA
INDONESIA PSC

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


91
INDONESIA
KLAUSUL-KLAUSUL YG BERSIFAT
MELINDUNGI ASET KEKAYAAN
NEGARA

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


92
INDONESIA
PREDICT
Pertama, Relinquishment of areas. Klausula ini memuat
mengenai syarat dan ketentuan pengembalian wilayah kerja
yang dieksploitasi oleh kontraktor. Hal ini juga sejalan
dengan ketentuan Pasal 16 UU Migas bahwa badan usaha
atau bentuk usaha tetap wajib mengembalikan sebagian
wilayah kerjanya secara bertahap atau seluruhnya kepada
Menteri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


93
INDONESIA
PREDICT

Kedua, Valuation of crude oil and natural gas. Hasil dari


eksploitasi yang berupa minyak dan/atau gas bumi akan
dinilai dengan Net Realized Price FOB Indonesia. Hal ini
untuk menjaga harga minyak dan/atau gas bumi milik
negara yang telah dihasilkan oleh kontraktor.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


94
INDONESIA
PREDICT

Ketiga, Termination. Dalam klausula termination, sebuah


Kontrak Bagi Hasil tidak bisa diakhiri selama 3 tahun
pertama sejak effective date. Namun setelah 3 tahun, jika
wilayah tersebut ternyata tidak berpotensi maka kontraktor
berhak untuk meminta pengakhiran kontrak. Selain itu jika
dalam jangka waktu kontrak, kontraktor tidak bisa
melakukan apa yang menjadi kewajibannya, maka SKK
Migas berhak untuk memutus kontrak agar kemudian
wilayah kerja tersebut bisa dikelola oleh pihak kontraktor
lainnya. Hal ini guna mengoptimalkan hasil minyak dan gas
bumi dalam sebuah wilayah kerja.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


95
INDONESIA
PREDICT
Keempat, Consultation and Arbitration. Melihat karakter dari para
pihak yang berkontrak, kontrak internasional dapat digolongkan ke
dalam empat bentuk sebagai berikut:
1. antara pihak perusahaan dengan pihak perusahaan asing;
2. antara negara dengan perusahaan asing;
3. antara sesama pihak negara;
4. antara organisasi internasional dengan pihak perusahaan.
Dalam Kontrak Production Sharing disebutkan bahwa segala
perselisihan yang mungkin terjadi diselesaikan terlebih dahulu dengan
menempuh jalan musyawarah, baru kemudian bilamana masih terjadi
perbedaan interpretasi dan juga pelaksanaan yang kurang tepat dalam
melaksanakan klausula yang ada di dalam kontrak, serta tidak dapat
diselesaikan maka dapat diselesaikan menggunakan proses arbitrase.
Sifat putusan dari arbitrase adalah final dan tidak dapat dilakukan lagi
upaya hukumnya dalam hal keberatan dalam sidang arbitrase
pertamakali.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


96
INDONESIA
PROVIDE

Pertama, Terms and commerciality of contract area.


Sebagai sebuah kontrak untuk mengelola sebuah wilayah
yang memiliki potensi minyak dan gas bumi, klausula
terms merupakan sebuah klausula preventif. Karena
pada hakikatnya, wilayah tersebut adalah milik negara,
dan pemerintah adalah sebagai pemegang kuasa untuk
mengelola bersama kontraktor.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


97
INDONESIA
PROVIDE

Kedua, Section 6 Recovery of Operating Cost and Handling of


Production. Adanya imbalan atas kewajiban-kewajiban, yaitu hak-hak
yang diberikan kepada kontraktor termasuk hak untuk mendapatkan
kembali (cost recovery) dan pembagian keuntungan serta hak untuk
menjual, memindahkan dan juga melepaskan semua atau sebagian dari
kewajiban dan haknya kepada afiliasinya atau pihak ketiga. Bersamaan
dengan klausul manajemen, pengembalian biaya dan juga pembagian
hasil keuntungan berupa produksi merupakan jiwa dari Kontrak
Production Sharing. Tata cara klaim pengembalian dijabarkan cukup
rinci dalam naskah kontrak, termasuk tata pembukuan dan klasifikasi
biaya dan jumlah yang dapat diklaim setiap tahun. Kontraktor
mendapatkan penggantian atas biaya kapital dan operasional yang telah
dibelanjakan dalam bentuk produksi.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


98
INDONESIA
PROVIDE

Ketiga, Books and account and audits. Artinya pembukuan,


neraca, dan pemeriksaan keuangan resmi diperlukan sebagai
acuan dalam operating cost dan juga dalam cost recovery.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


99
INDONESIA
PROTECT
Pertama, Section 5 Rights and obligations of the parties.
Pelaksanaan kewajiban kontraktual para pihak dalam Kontrak
Production Sharing dituangkan dalam satu klausula yakni
terdapat dalam section 5 mengenai Hak dan Kewajiban Para
Pihak. Kontraktor berkewajiban dalam hal
pertanggungjawaban terkait dengan persiapan dan
pelaksanaan eksplorasi dan kegiatan eksploitasi yang mana
dapat mempengaruhi ekosistem hayati di tempat dimana
diadakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas
Bumi.
Adanya kewajiban kontraktor yang harus dipenuhi yaitu segera
setelah dimulainya produksi komersial kontraktor wajib
menyerahkan sebagian keuntungan yang diterimanya berupa
produksi minyak yang mana jumlahnya dihitung dengan
memperhatikan produksi minyak dan Konsumsi BBM. Seperti
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
yang tercantum dalam Pasal INDONESIA
22 UU Migas. 100
PROTECT
Wilayah kerja dapat merupakan pilihan kontraktor, yang mana
ditawarkan dalam lelang atau bagian dari wilayah yang telah
dilepaskan. Luas wilayah kerja umumnya dihubungkan dengan
potensi dari geologi (geological prospectivity) yakni makin
tinggi potensi wilayah kerja makin kecil. Terkait dengan
wilayah kerja ini yaitu kewajiban pihak kontraktor melakukan
kegiatan usaha eksplorasi. Dalam jangka waktu untuk
melaksanakan kegiatan usaha eksplorasi beragam dari 3
sampai dengan 6 tahun, yang dapat diperpanjang. Usaha
eksplorasi merupakan kegiatan yang berisiko dan mahal yang
terdiri dari dua atau lebih fase dan dihubungkan dengan
komitmen finansial Pelepasan wilayah pada akhir setiap fase
eksplorasi dimaksudkan untuk memacu kontraktor mempercepat
pelaksanaan kegiatan usaha eksplorasi. Jika berhasil
menemukan cadangan yang dapat dikembangkan, maka kontrak
dilanjutkan dengan dgA COMPLETE
memasukiGUIDE OF OIL & GAS LAW IN
masa eksploitasi .
INDONESIA
101
PROTECT

Kedua, Work program and budget. Artinya bahwa,


klausula ini memuat anggaran yang akan dikeluarkan oleh
kontraktor. Dalam klausula ini juga disebutkan mengenai
sebuah performance bond yang mana wajib dikeluarkan
oleh pihak kontraktor.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


102
INDONESIA
BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ASET NEGARA
Pertama, Pemerintah memiliki hak imunitas (kekebalan)
manakala digugat di muka pengadilan dalam hal mana terjadi
penyitaan terhadap aset negara. Pengaturan ini terdapat di
dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Pada prinsipnya apabila negara ingin
melakukan hubungan kontraktual dengan pihak lain yakni
negara tidak boleh sampai dirugikan. Prinsip ini juga berlaku
secara universal demi melindungi aset negara. Hal ini
merupakan upaya perlindungan hukum terhadap suatu aset
Negara demi terwujudnya pemenuhan akan kebutuhan publik
yang digunakan sebesarnya demi kemakmuran rakyat. Hak
imunitas dimaksud juga dapat berfungsi sebagai bargaining
position bagi negara, sebelum pihak menandatangani
Production Sharing Contract.
A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN
103
INDONESIA
BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ASET NEGARA

Kedua, yaitu adanya ketentuan mengenai penerimaan


negara, pungutan negara, dan bonus yang
diimplementasikan dalam ketentuan bagi hasil dalam model
kontrak Production Sharing Contract

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


104
INDONESIA
BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ASET NEGARA

Ketiga, Adanya ketentuan bagi kontraktor untuk


mendistribusikan sebagian dari bagi hasil produksi guna
pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


105
INDONESIA
MEKANISME PENYELESAIAN
SENGKETA

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


106
INDONESIA
PRINSIP PENYELESAIAN SENGKETA

Dalam Kontrak Production Sharing disebutkan bahwa


segala perselisihan yang mungkin terjadi diselesaikan
terlebih dahulu dengan menempuh jalan musyawarah, baru
kemudian bilamana masih terjadi perbedaan interpretasi
dan juga pelaksanaan yang kurang tepat dalam
melaksanakan klausula yang ada di dalam kontrak, serta
tidak dapat diselesaikan maka dapat diselesaikan
menggunakan proses arbitrase. Sifat putusan dari arbitrase
adalah final dan tidak dapat dilakukan lagi upaya
hukumnya dalam hal keberatan dalam sidang arbitrase
pertamakali.

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


107
INDONESIA
SUDAH
PROFESIONALKAH
ANDA?

108 A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


INDONESIA
Education is a
journey not a
destination

end

TERIMA KASIH

A COMPLETE GUIDE OF OIL & GAS LAW IN


109
INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai