Anda di halaman 1dari 25

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Coalbed Methane

Coalbed methane (CBM) merupakan hasil produk dari

proses coalification selain air dan batubara itu sendiri. Coalification adalah proses

pembentukan batubara dari akumulasi peat yang tertimbun di bawah permukaan

pada temperatur tertentu dan waktu yang lama. Gas hasil produk dari

proses coalification didominasi oleh metana dengan kandungan lebih dari 90%

sisanya adalah karbon dioksida dan nitrogen.

Gambar 3.1

Tahapan Koalifikasi (FX, Forum Teknologi)

Proses coalification tersebut dibagi dalam beberapa coal rank sesuai

tahapan prosesnya menjadi Lignite, Sub Bituminous, Bituminous, Anthracite dan

Graphite. CBM akan dapat diproduksikan dengan baik pada coal rank Sub

Bituminous – Bituminous karena memiliki komposisi dan kandungan air dan gas

yang sesuai.

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
9

3.1.1 Karakteristik Batuan Reservoir

Seperti yang sudah diketahui dari tulisan-tulisan sebelumnya, ada beberapa

karakteristik penting yang harus dimiliki oleh suatu batuan reservoir CBM, dimana

batuan reservoir tersebut harus mempunyai kemampuan untuk menampung dan

mengalirkan fluida yang terkandung didalamnya. Dalam hal ini dinyatakan dalam

bentuk porositas dan permeabilitas.

a. Porositas dan Mekanisme Penyimpanan

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori batuan

(pore volume) terhadap volume total batuan (bulk volume) (ATHY, 1930).

Besar kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas

penyimpanan fluida reservoir. Porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu: ukuran butir (semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya),

susunan butir (susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas lebih

baik dibandingkan bentuk rhombohedral), kompaksi, dan sementasi.

Pengukuran porositas batuan merupakan hal yang sangat penting karena

akan menentukan seberapa banyak hidrokarbon (minyak atau gas) yang ada

di dalam batuan reservoir.

Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai:

𝑉𝑏 −𝑉𝑚 𝑉𝑝
𝜙= = ................................................................... (1)
𝑉𝑏 𝑉𝑏

Berdasarkan sifat batuan resevoir maka porositas dibagi menjadi dua

yaitu porositas efektif dan porisitas absolut. Porositas efektif yaitu

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
10

perbandingan volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume

batuan secara keseluruhan. Porositas absolut adalah perbandingan volume

pori-pori total tampa memandang saling berhubungan atau tidak, terhadap

volume batuan secara keseluruhan.

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dibagi menjadi

dua yaitu porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer

merupakan porositas yang terjadi saat sedimen diendapkan. Sementara

porositas sekunder merupakan volume pori yang terjadi setelah batuan

terbentuk, misalnya karena proses disolusi dan rekahan. Porositas sekunder

bisa terjadi saat pelapukan batuan oleh asam, misalnya di limestone.

Porositas pada reservoir coalbed methane biasanya sangat kecil,

berkisar antara 1-10 %. Walau terbilang sangat kecil dibandingkan reservoir

migas pada umumnya, dengan nilai porositas yang kecil tersebut reservoir

coalbed methane masih memiliki ketertarikan karena memiliki mekanisme

penyimpanan tersendiri. Mekanisme penyimpanan dari Coalbed Methane

terdiri dari 2 (dua) mekanisme pada batubara, yaitu sedikit free gas dan

dominan adsorpsi (Felik, 2011). Mekanisme adsorpsi terjadi pada tekanan

tertentu sehingga gas akan mendekat dan bersentuhan pada bidang

permukaan matriks batubara. Semakin kecil diameter pori dari batubara

maka akan mengakibatkan semakin besarnya bidang permukaan matriks

sehingga jumlah gas yang dapat mengalami mekanisme adsorpsi semakin

banyak. Hal tersebut mengakibatkan mekanisme penyimpanan gas pada

coalbed methane akan lebih besar dibandingkan reservoir konvensional.

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
11

Sebagai ilustrasi metematis, dari sebuah pori matriks dengan volume

sebesar 1 cm3 akan menghasilkan 6 cm2 bidang permukaan, sedangkan

untuk ukuran pori yang 4 (empat) kali lebih kecil akan menghasilkan 12

cm2, begitu seterusnya.

Gambar 3.2

Pengaruh Porositas Terhadap Bidang Permukaan (Felix, 2011)

Batubara memiliki porositas yang kecil, dan semakin kecil pori matriks

pada batubara menyebabkan bidang permukaan matriks batubara menjadi

lebih besar sehingga semakin banyak adsorpsi gas yang terjadi. Pada

batubara, gas yang terbentuk dominan berasal dari proses adsorpsi yang

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
12

memiliki kapasitas cukup besar sehingga Coalbed Methane akan lebih

banyak terbentuk pada reservoir batubara dibandingkan dengan gas pada

reservoir konvensional yang hanya tersimpan pada fractures/cleats untuk

satu skala reservoir yang sama.

b. Permeabilitas

Permeabilitas (K) merupakan salah satu parameter petrofisik yang

berupa kemampuan batuan untuk dapat melewatkan fluida (Suping, 2007).

Satuan permeabilitas yang umum digunakan ialah Darcy. Pada umumnya

seiring bertambahnya tingkat porositas pada suatu batuan maka akan diikuti

dengan penambahan tingkat permeabilitas batuan tersebut, meskipun

anggapan ini tidak selalu benar.

Persamaan umum permeabilitas adalah:

𝑄.𝜇.𝐿
𝐾= ................................................................................ (2)
𝐴.∆𝑃

Kemudian permeabilitas dibedakan menurut fasa fluida yang

dilewatinya. Jenis-jenis permeabilitas dibedakan menjadi:

1. Permeabilitas absolut : Merupakan kemampuan batuan untuk dapat

meloloskan satu jenis fluida yang 100% jenuh.

2. Permeabilitas efektif : Merupakan kemampuan batuan untuk dapat

meloloskan satu macam fluida apabila terdapat dua macam fluida yang

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
13

tidak bercampur satu sama lain. Permeabilitas efektif akan memiliki nilai

yang lebih kecil dibandingkan permeabilitas absolut.

3. Permeabilitas relatif : Merupakan perbandingan antara permeabilitas

efektif dan absolut. Harga permeabilitas relatif antara 0 – 1 Darcy. Semakin

besar saturasi air maka permeabilitas relatif air tersebut akan semakin besar.

Sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil hingga nol saat

kondisi Sw = Swc (critical water saturation).

Permeabilitas adalah faktor yang penting bagi CBM. Batubara itu

sendiri adalah reservoir berpermeabilitas rendah. Maka dari itu untuk

memproduksikan gas dari reservoir CBM diperlukan proses fracturing

terlebih dahulu. Hampir seluruh permeabilitas yang ada pada batubara itu

dianggap akibat dari rekahan dalam bentuk cleat. Cleat batu bara terdiri dari

dua jenis: butt cleat dan face cleat yang hadir dalam sudut hampir tegak

lurus.

3.1.2 Struktur Batubara

Struktur Batubara terdiri dari dua porositas, yaitu matriks dan cleats,

berbeda dengan reservoir konvensional dimana hanya fracture sebagai porositas

primer. Karakteristik matriks barubara memiliki permeabilitas rendah namun high

gas storage dengan mekanisme adsorpsi, sedangkan cleats memiliki permeabilitas

tinggi namun low gas storage. Pada cleats (fracture system) terdiri dari face

cleats dan butt cleats, dimana face cleats memiliki karakteristik menerus sepanjang

reservoir batubara yang dapat digunakan sebagai jalur utama pada aliran produksi

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
14

CBM, sedangkan butt cleats memiliki karakteristik tidak menerus dan tegak

lurus face cleats.

Gambar 3.3

Struktur Batubara (FX, Forum Teknologi)

3.1.3 Perbedaan CBM dan Gas Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan karakteristik yang kompleks antara reservoir

gas CBM dengan gas konvensional umumnya. Gas CBM seringkali berada pada

lapisan batubara yang dangkal, sehingga memiliki tekanan yang sangat rendah.

Pada masa produksi awal justru hampir 100% air. Gas yang terkandung diatas 95%

hanya metana, gas lainnya sangat sedikit. Sehingga sering disebut drygas atau gas

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
15

kering. Lebih lanjut tentang perbedaan karakteristik CBM dengan Gas Bumi

konvensional dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Perbedaan Karakteristik CBM dan Gas Konvensional (FX, Forum Teknologi)

Karakteristik Gas Konvensional CBM


Sumber gas Migrasi dari Source rock Coalification
Penyimpanan gas Gas bebas Adsorpsi
Porositas yang Sistem cleat dan rekahan
Jalur transportasi
berhubungan lainnya
Aliran mengikuti Hukum Desorpsi, aliran difusi
Mekanisme produksi
Darcy dan Hukum Darcy
Kondisi saturasi awal Gas Air

Perbedaan karakteristik reservoir antara CBM dengan Gas Bumi

konvensional menyebabkan perbedaan pula pada profil produksinya. Berikut

adalah profil produksi CBM.

Gambar 3.4

Tahapan Produksi CBM (FX, Forum Teknologi)

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
16

Pada Gas Bumi konvensional laju produksi gas akan besar di awal produksi

dan terus mengalami penurunan produksi secara berkala sampai akhir produksi.

Sedangkan pada CBM laju produksi gas sedikit di awal dengan dominasi produksi

air (dewatering) hingga saat tertentu produksi gas mencapai maksimum kemudian

mengalami penurunan secara berkala sampai akhir produksi seperti ditunjukkan

pada gambar 3.3.

3.2 Reservoir Rekah Alami

Karateristik reservoir rekah alami didefenisikan dengan adanya dua

perbedaan media berpori yang didefenisikan sebagai matriks dan rekahan. Karena

perbedaan fluida yang tersimpan dan konduktifitas dari matriks dan rekahan,

reservoir ini sering disebut sebagai reservoir dual porosity.

Gambar 3.5

Model Reservoir Rekah Alami (Firdaus, 2013)

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
17

Gambar 3.4 mengilustrasikan reservoir rekah alami yang terdiri dari matriks

gerowongan besar dan rekahan alam. Biasanya model reservoir rekah alami

dikaraterisasi sebagai model dual porosity (matriks dan rekahan) seperti

ditunjukkan dalam sketsa. Beberapa model tes telah diajukan untuk menampilkan

kelakuan tekanan pada reservoir jenis ini. Perbedaan pada model ini terdapat pada

asumsi yang dibuat untuk mendeskripsikan aliran fluida dalam matriks ke rekahan.

Model dual porosity mempunyai asumsi bahwa produksi dari reservoir rekah alami

berasal dari matriks, kemudian menuju rekahan dan kemudian mengalir ke sumur.

Namun pada saat awal produksi, fluida yang terdapat di rekahanlah yang dominan

mengalir sampai ke permukaan.

Warren dan Root melakukan penyelidikan analitik dari aliran unsteady-

state pada model ini, begitu juga dengan kelakuan pressure buildup. Mereka

menemukan suatu kondisi dimana plot pressure buildup akan dihasilkan dua garis

lurus yang pararel. Garis vertikal yang menghubungkan kedua garis tersebut adalah

kapasitas penyimpanan pada rekahan. Warren dan Root memperkenalkan dua

parameter yang dapat menggambarkan karateristik kelakuan dari sistem porositas

ganda yaitu Rasio Kapasitas Penyimpanan (ω) dan Aliran Antar Porositas (λ).

3.2.1 Rasio Kapasitas Penyimpanan (Storativity Ratio)

Storativity ratio (ω) adalah perbandingan antara penyimpanan fluida di

rekahan dengan penyimpanan fluida total (matriks dan rekahan).

∅𝑓 𝐶𝑓
𝜔= .............................................................................. (3)
∅𝑓 𝐶𝑓 +∅𝑚 𝐶𝑚

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
18

Dari Persamaan (3) didapatkan apabila harga ω ~1, maka ∅mCm ~ 0,

berarti storage capacity pada matriks ~ 0 artinya semua fluida hanya terdapat pada

rekahan saja. Misalnya ω = 0.1, berarti storage capacity matriks adalah 9x storage

capacity rekahannya. Kalau ω = 0.01, maka storage capacity matriksnya

99x storage capacity rekahannya. Kesimpulannya, makin kecil harga storage

capacity ratio (ω) maka storage capacity matriksnya semakin besar, dan makin

kecil pulalah kontribusi rekahan terhadap total storage dari sistem ini.

Dari harga storage capacity ratio (ω) kita juga bisa mengidentifikasi

distribusi porositas di dalam reservoir rekah alami. Hubungan antara distribusi

porositas pada batuan rekah alami dan akibatnya terhadap kapasitas penyimpanan

fluida. Hubungan tersebut diperlihatkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.6

Skema Distribusi Porositas pada Reservoir Rekah Alami (Firdaus, 2013)

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
19

Dari gambar tersebut kita melihat berdasarkan kapasitas penyimpanan

fluida (storage capacity) dibagi menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut:

 Tipe A : Menunjukan storage capacity pada matriks yang tinggi jika di

bandingkan dengan storage capacity pada rekahan

 Tipe B : Menunjukan storage capacity pada matriks dan rekahan hampir

sama besarnya

 Tipe C : Menunjukan seluruh storage capacity terdapat pada rekahan

3.2.2 Aliran Antar Porositas (Interporosity Flow Coefficient)

Interporosity flow coefficient adalah parameter yang menggambarkan

kemampuan suatu fluida untuk mengalir dari matriks ke rekahan. Hubungan ini

diperlihatkan dari rumus di bawah ini:

𝐾𝑚
𝜆=𝛼 𝑅𝑤 2 ................................................................................. (4)
𝐾𝑓

Dimana harga α adalah block-shape parameter, harga ini tergantung dari

geometri dan karakter dari bentuk sistem matriks-rekahan. Dan pada studi ini

digunakan model reservoir berbentuk kubik, maka:

60 𝐾𝑚
𝜆= ( ) 𝑅𝑤 2 .......................................................................... (5)
𝑙𝑚2 𝐾𝑓

Kita melihat bahwa apabila harga λ mengecil, maka km/kf mengecil.

Misalnya λ = 10-3, artinya permeabilitas matriksnya kurang lebih 1000x lebih kecil

dari permeabilitas rekahan dengan anggapan harga rw2 tetap. Jadi semakin kecil

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
20

harga λ semakin kecil pulalah harga permeabilitas matriksnya, yang juga berarti

kemampuan matriks melewatkan fluida semakin sulit. Apabila kita mendapatkan

harga-harga storativity ratio dan interporosity flow coefficient, maka setidaknya

kita bisa mengenali karakter dari reservoir rekah alami tersebut.

3.3 Well-Testing

Tujuan utama dari uji sumur, atau yang dikenal luas dengan sebutan well-

testing, selain untuk menentukan kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk

berproduksi, juga memperoleh data karakteristik reservoir. Apabila pengujian ini

dirancang secara baik dan memadai, kemudian hasilnya dianalisis secara tepat,

banyak sekali informasi yang sangat berharga akan diperoleh seperti permeabilitas

efektif fluida, kerusakan atau perbaikan formasi di sekeliling lubang bor yang diuji,

tekanan reservoir, mendeteksi adanya bidang patahan (linear boundary),

heterogenitas reservoir dan informasi lainnya.

Prinsip dasar pengujian ini sangat sederhana yaitu memberikan suatu

gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji. Hal ini dapat

dilakukan dengan memproduksikan sumur pada laju aliran yang konstan

(drawdown), penginjeksian air (fall-off) atau dengan penutupan sumur (build-up),

namun pada studi ini pengujian yang dilakukan adalah injection fall-off test.

Dengan adanya gangguan ini, impuls perubahan tekanan (pressure transient) akan

disebarkan keseluruh reservoir dan diamati setiap saat dengan mencatat tekanan

lubang bor selama pengujian berlangsung. Apabila perubahan tekanan tadi diplot

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
21

dengan suatu fungsi waktu, maka akan dapat dianalisis pola aliran yang terjadi dan

juga karakteristik formasi yang telah disebutkan diatas.

Menentukan parameter-parameter reservoir dengan menganalisis data

respon tekanan terhadap waktu sebuah injection fall-off test (IFO). Parameter-

parameter tersebut adalah:

 Permeabilitas reservoir

𝑄𝜇𝐵
𝑘 = −162.6 .................................................................. (3.6)
𝑚ℎ

Dengan slope (m) yang melambangkan kemiringan grafik semilog


(psi/cycle)

 Tekanan awal reservoir

 Skin

𝑃𝑖 −𝑃1ℎ𝑟 𝑘
𝑆 = 1.151 [ − log ( 2 ) + 3.23] ....................... (3.7)
𝑚 ∅ 𝜇 𝐶𝑡 𝑅𝑤

 Boundary (batas reservoir)

Parameter-parameter tersebut kemudian akan digunakan untuk menentukan

pengembangan lapangan yang akan dilakukan.

3.3.1 Pressure Transient pada Reservoir Rekah Alami

Ulasan klasik yang merupakan konsep mendasar tentang kelakuan aliran

fluida pada reservoir rekah alami ini diberikan oleh Muskat (1937). Ia menuliskan

bahwa “the main body of reservoir feeds its fluid into the highly permeable

fractures, these latter bringing the fluid directly or by a complex interconnection

into the outlet wells”. Konsep ini nantinya dikenal sebagai “Double Porosity

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
22

Concept” atau sistem porositas ganda, sebagai akibat adanya sistem matriks dan

rekahan yang berinteraksi.

Asumsi dasar dimana matriks mengalirkan fluidanya kepada rekahan-

rekahan yang ada kemudian hanya rekahan (fractures) yang mengalirkan fluida

tersebut ke lubang bor, tetap dipakai sebagai acuan dasar oleh pada peneliti di

bidang ini untuk menerangkan pola aliran fluida dan pressure transient pada

reservoir rekah alami (Doddy, 2011). Di bawah ini adalah persamaan untuk

reservoir rekah alami pada saat infinite acting.

1 −𝜆𝑡𝐷 𝐷 −𝜆𝑡
𝑃𝐷𝑓 = [ln 𝑡𝐷 + 0.80908 + 𝐸𝑖 ( ) − ((1−𝜔))]............................. (6)
2 𝜔(1−𝜔)

Gambar 3.6 memperlihatkan PD versus tD untuk berbagai macam harga

storativity ratio (ω) dan interporosity flow coefficient (λ) yang berbeda.

Gambar 3.7

Contoh Tekanan Drawdown pada Reservoir Rekah Alami (Doddy, 2011)

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
23

Untuk menerangkan arti fisik dan kurva PD versus tD yang terjadi, dibuat

idealisasi seperti terlihat pada Gambar 3.7. Ciri khas yang terlihat pada Gambar 3.7

ini adalah ada 3 segmen garis yang terjadi pada PD versus log tD, yaitu segmen garis

pertama ternyata dengan segmen garis terakhir (slope = 1.15) dipisahkan oleh garis

transisi ditengahnya (transition period). Garis dengan kemiringan 1.15 (angka ini

berasal dari 1/2 x 2.303), sebagai ciri solusi untuk aliran radial di dalam hubungan

PD versus log tD, dikenali sebagai akibat respon awal yang cepat dari rekahan

mengalirkan fluida secara radial ke lubang bor. Perioda ini dikenal sebagai

fractured flow controlled period. Setelah beberapa saat, penurunan tekanan yang

terjadi cukup untuk mulai mengalirkan fluida dari matriks.

Gambar 3.8

Karakteristik Bentuk “S” dari Sistem Dual Porosity (Doddy, 2011)

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
24

Hal ini menyebabkan kehilangan tekanan yang terjadi dapat ditahan.

Dengan mengecilnya pressure drop, mengecil pulalah PD sehingga kemiringan

akan mulai berkurang dari 1.15 sepanjang fluida yang mengalir dari matriks mampu

menahannya. Perioda ini dikenal sebagai perioda transisi yang mempunyai titik

belok yaitu disaat mana matriks mulai melemah mengalirkan fluidanya. Pada suatu

saat, tekanan pada matriks dan rekahan akan mencapai keseimbangan, dan sistem

akhirnya akan kembali menunjukan kemiringan 1.15.

Perioda akhir ini dikenal sebagai perioda matrix-fracture flow composite.

Lamanya waktu respon tekanan mulai berubah dari slope 1.15 adalah merupakan

fungsi dari interporosity flow coefficient (λ), makin kecil λ, makin lama juga

perioda awal dengan slope 1.15. Sedangkan panjangnya waktu perioda transisi ini

merupakan fungsi dari storativity ratio (ω), makin kecil harga storativity ratio (ω),

makin panjang perioda transisinya.

3.3.2 Pendekatan Pseudo Steady State

Ada suatu asumsi dasar yang dipakai oleh Warren dan Root (1960) didalam

memecahkan persoalan ini, yaitu mereka menganggap bahwa aliran dari matriks ke

fractures (cleats) ada dibawah kondisi “pseudo steady state”. Begitu terjadi

penurunan tekanan pada rekahan (karena fluidanya mengalir ke lubang bor), maka

dengan segera tekanan pada setiap titik pada matriks akan turun mencapai suatu

tekanan rata-rata dengan membebaskan fluidanya ke rekahan (Doddy, 2011).

Model aliran pseudo steady-state mempunyai asumsi bahwa pada waktu

tertentu tekanan pada matriks batuan disetiap titik menurun jika diproduksikan

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
25

dengan laju alir konstan. Kemudian aliran dari matriks ke rekahan sebanding

dengan perbedaan tekanan antara tekanan matriks dan tekanan didekat rekahan.

Kondisi pseudo steady-state juga menganggap tidak ada gradien tekanan unsteady-

state pada matriks dengan asumsi bahwa kondisi aliran pseudo steady-state terjadi

sejak awal aliran. Persamaan diferensial parsial yang menerangkan sistem ini

adalah sebagai berikut.

2
𝛿𝑃𝐷𝑓 1 𝛿𝑃𝐷𝑓 𝛿𝑃𝐷𝑚 𝛿𝑃𝐷𝑓
+ = = (1 − 𝜔) +𝜔 ............................................(7)
𝛿𝑟𝐷2 𝑟𝐷 𝛿𝑟𝐷 𝛿𝑡𝐷 𝛿𝑡𝐷

𝛿𝑃𝐷𝑚
(1 − 𝜔) = 𝜆(𝑃𝐷𝑓 − 𝑃𝐷𝑚 ) ..................................................................(8)
𝛿𝑡𝐷

3.3.3 Analisis Semilog

Solusi aliran pseudo steady-state dikembangkan oleh Warren dan Root yang

memprediksikan bahwa plot semilog profil tekanan pada uji analisis Horner akan

menghasilkan dua buah garis lurus yang pararel (Gambar 3.8). Kemiringan garis

awal menggambarkan kelakuan homogen dari rekahan sebelum matriks memulai

untuk mensuplai fluida ke rekahan. Pada periode ini, formasi berkelakuan seperti

reservoir homogen dengan kontribusi aliran seluruhnya hanya berasal dari rekahan.

Selanjutnya kehilangan tekanan pada rekahan semakin besar dan fluida di

matriks mulai mengalir ke rekahan sehingga daerah transisi mulai tampak sampai

akhirnya terjadi kesetimbangan aliran antara matriks dan rekahan. Pada keadaan ini

reservoir juga berkelakuan seperti reservoir homogen tetapi sistem terdiri dari

matriks dan rekahan.

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
26

Kemiringan garis kedua mengindikasikan permeabilitas total dikalikan

ketebalan sistem matriks-rekahan. Karena permeabilitas rekahan lebih besar dari

permeabilitas matriks, maka kemiringan kedua hampir identik dengan kemiringan

awal. Pada kenyataannya bentuk semilog plot dari data pada reservoir rekah alami

hampir selalu tidak menunjukkan adanya wellbore storage dan tidak jelas pula pada

daerah transisi diantara kedua garis seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.8.

Gambar 3.9

Karakteristik Respon Tekanan pada Semilog Plot (Firdaus, 2013)

3.3.4 Analisis dengan Type Curve

Karena pada kenyataannya terdapat gangguan wellbore storage, analisis

dengan type curve lebih berguna dalam identifikasi dan analisis sistem dual

porosity. Gambar 3.9 menunjukkan salah satu contoh type curve yang

dikembangkan oleh Bourdet dkk., untuk aliran pseudo steady-state pada matriks.

Pada keadaan awal data uji mengikuti kurva CDe2s dimana CD adalah dimensionless

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
27

wellbore storage coefficient. Pada contoh Gambar 3.9, saat awal data tes mengikuti

kurva CDe2s = 1.

Selanjutnya data menyimpang dari data awal dan mengikuti kurva transisi

oleh parameter λe-2s = 3 x 10-4. Ketika kesetimbangan tercapai antara matriks dan

rekahan, kemudian data mengikuti suatu harga yang lain CDe2s, contoh pada periode

akhir data mengikuti CDe2s = 0.1. Pada saat awal, reservoir berkelakuan seperti

reservoir homogen dengan fluida seluruhnya berasal dari rekahan. Selama waktu

pertengahan, terjadi transisi karena fluida dari matriks mulai ikut terproduksi ke

sistem aliran rekahan.

Gambar 3.10

Type Curve untuk Aliran Pseudo Steady-State (Firdaus, 2013)

Pada periode akhir, sistem kembali seperti reservoir homogen dengan fluida

seluruhnya berasal dari rekahan dan matriks. Derivative Type Curve untuk pseudo

steady-state pada matriks diilustrasikan oleh Gambar 3.10. Keistimewaan utama

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
28

dari reservoir rekah alami adalah setelah mengikuti pola reservoir homogen,

kemudian turun ke bawah membentuk “lembah”, kemudian kembali mengikuti pola

reservoir homogen. Penurunan kurva ke bawah dikarateriksasi oleh parameter

λCD/ω(1 – ω).

Ketika kurva mengikuti pola reservoir homogen, kurva dikarakterisasi oleh

parameter λCD/(1 – ω). Pola pada Derivative Type Curve di atas dapat

diinterpretasikan sebagai reservoir dual porosity dengan aliran pseudo steady-state

pada matriks. Baik data tekanan maupun derivative-nya harus digunakan secara

bersama-sama. Data pressure derivative secara khusus berguna untuk

mengidentifikasi kelakuan dual porosity.

Gambar 3.11

Kurva Pressure Derivative untuk Pseudo Steady-State (Firdaus, 2013)

3.4 Injection Fall-off Test

Injection fall-off test dilakukan dengan melewati 2 fase, yaitu fase injeksi

dan fase fall-off. Fase injeksi adalah saat dilakukan penginjeksian air ke dalam

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
29

lubang sumur. Air dipilih sebagai fluida injeksi karena fluida yang terkandung pada

reservoir CBM sebagian besar adalah air. Pada fase ini rate yang muncul pada plot

rate dengan waktu adalah negatif atau dibawah 0 karena yang dilakukan adalah

injeksi bukan produksi. Kemudian tekanan bawah sumur perlahan akan naik seiring

berjalannya penginjeksian air seperti gambar 3.6.

Fase Injeksi Fase Fall-off

Gambar 3.12

Fase dalam Injection Fall-off Test (Amanat, 2004)

Fase fall-off merupakan fase setelah penginjeksian selesai dilakukan. Sumur

akan ditutup selama kurang lebih 12 jam lalu dicatat penurunan tekanannya. Pada

gambar 3.6 dapat dilihat di fase ini rate injeksi kembali ke 0 bersamaan dengan

ditutupnya sumur dan tekanan yang sebelumnya naik dikarenakan oleh injeksi

kembali turun pada fase fall-off.

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
30

3.5 Perangkat Lunak Ecrin

Perangkat lunak Ecrin merupakan perangkat lunak yang biasa digunakan

untuk membantu dalam menganalisis hasil dari pengujian sumur. Ecrin dapat

memberikan informasi tentang karakteristik reservoir yang diuji berupa model

reservoir, batas resevoir, tekanan awal reservoir, skin factor, permeabilitas, dan lain

sebagainya. Parameter-parameter tersebut dapat dikatakan benar apabila model

yang digunakan sudah sesuai atau match. Untuk mendapatkan hasil parameter

karakteristik reservoir yang benar maka model yang digunakan harus disesuaikan

dengan baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan model,

diantaranya well model, reservoir model, dan boundary model.

3.5.1 Well Model

Pemilihan model sumur meliputi sumur vertikal, sumur horizontal, atau bisa

juga menggunakan sumur rekahan (fracture).

Vertical well Horizontal well Fracture well

Gambar 3.13

Pemilihan Model Sumur

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
31

3.5.2 Reservoir Model

Menentukan model reservoir dengan benar dapat menggambarkan keadaan

reservoir yang sebenarnya bila grafik yang dibuat oleh perangkat lunak sudah match

dengan model yang kita pilih. Model reservoir yang tersedia meliputi reservoir

homogeneous, reservoir two porosity, reservoir two layers, reservoir radial

composite, dan reservoir linear composite.

Two porosity Two layers

Radial composite Linear composite

Gambar 3.14

Pemilihan Model Reservoir

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.
32

3.5.3 Boundary Model

Dalam pemilihan model boundary ini kita akan melihat apakah reservoir

kita tidak memiliki batas (infinite) atau memiliki batas reservoir semisal berupa

patahan yang diketahui melalui hasil analisis pengujian sumur ini. Model boundary

dapat berupa infinite, one fault (patahan), circle, parallel faults, dan rectangle.

One fault Circle

Parallel fault Rectangle

Gambar 3.15

Pemilihan Boundary Model

Penentuan rasio kapasitas simpan reservoir CMB lapangan H berdasarkan analisis injection fall-off test
Dimas Alifah Giran H.

Anda mungkin juga menyukai