Anda di halaman 1dari 21

TRENDS IN CRITICAL CARE

NUTRITION

KELOMPOK 3
EKA SRI WAHYUNI 16S10172
LISDA FITRIANI 16S10178
NORMA 16S10196
SITI KHADIJAH 16S10203
MAURIN NADILLA 16S10210
LATAR BELAKANG
Pasien kritis adalah pasien yang secara
fisiologis tidak stabil, sehingga mengalami
Pasien Kritis respon hipermetabolik kompleks terhadap
trauma, sakit yang dialami akan mengubah
metabolisme tubuh, hormonal, imunologis
dan homeostasis nutrisi.
Survey yang dilakukan
pada tahun 2011 di Inggris
menunjukkan bahwa terjadi
-Anoreksia
perubahan Trend dalam
-ketidakmampuan makan
peningkatan penggunaan
-Pasien yang tidak dapat
EN di ICU dan pengurangan
makan atau tidak boleh makan
penggunaan PN.

Nutrisi Enteral Nutrisi Parenteral

Meminimalkan keseimbangan negatif kalori


dan protein serta kehilangan protein
Mempertahankan fungsi jaringan dan
Memodifikasi perubahan metabolik dan
fungsi metabolik
NUTRISI ENTERAL
Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang
diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi
diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara
manual maupun dengan bantuan pompa mesin
(gastrostomy dan jejunum percutaneous) (Yuliana, 2009).
Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien
kritis kecuali pasien mengalami distensi abdomen,
perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.
Larutan nutrisi enteral
yang tersedia dipasaran
memiliki komposisi yang
bervariasi. Nutrisi
polimer mengandung
protein utuh (berasal dari
whey, daging, isolat
kedelai dan kasein),
karbohidrat dalam
bentuk oligosakarida
atau polisakarida.
Formula demikian
memerlukan enzim
pankreas saat
absorbsinya.
Keuntungan Kerugian

Fisiologis Membutuhkan waktu untuk mencapai


sokongan yang utuh

Menyediakan fungsi kekebalan Tergantung fungsi saluran cerna

Menyediakan fungsi saluran usus Kontra indikasi pada obstruksi


Tidak lebih mahal dibandingkan TPN intestinal

Meningkatkan aliran splanchnic Ketidakstabilan hemodinamik: output


yang melindungi cedera iskemik tinggi pada fistulaenterokuntaneus
atau perfusi diare berat
CONTOH FORMULA ENTERAL KOMERSIAL

Jenis Formula Kalori/ml Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Osmolaritas

Entramil 1,2 66 20 14 600

Entrasol 1 79 12 9 450

Peptisol 1 66 24 9 400

Diabetasol 1 60,1 14,5 24,5 250

Pediasure 1 43,8 12 44

Pan-Enteral 1 44 12 44 273
FORMULA MODISCO
Formula MODISCO
Bahan Dasar Satuan
MODISCO 1/2 MODISCO 1 MODISCO 2 MODISCO 3

Susu Skim g 10 10 10 -

Susu Fullcream g - - - 12

Gula Pasir g 5 5 5 7

Minyak Kelapa cc 5 - 3 6

Margarin g - 6 - -

Cairan/air cc 100 100 100 100

Kandungan Zat Gizi

Energi Kalori 80 100 100 100

Protein g 3,6 3,6 3,6 3,2

Lemak g 4 4 2 9

Sumber: (Sugiyani dan Kusumayanti, 2011)


Cara Pembuatan MODISCO
Modisco 1:
Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air
hangat/panas.
Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.
Saring dan minum hangat-hangat.

Modisco 2:
Larutkan margarin dalam air.
Larutkan susu dan gula dalam air.
Campur kedua larutan, lalu saring.
Minum hangat-hangat.

Modisco 3:
Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
Tambahkan minyak dan 1/2 bagian air panas.
Aduk hingga rata dan saring larutan bubur modisco tersebut
Sumber: Instalasi Gizi RSUD dr. Soetomo Surabaya.
SONDE MAKANAN LENGKAP
MODIFIKASI PANGAN LOKAL
Contoh Formula Enteral Makanan Lengkap
Komposisi:
1. Tepung sukun
2. Telur ayam ras
3. Tahu
4. Wortel
5. Minyak kelapa sawit
6. Gula diabetasol
7. Jeruk siam banjar
Cara Pembuatan:
Menyiapkan bahan
Merebus telur, tahu, dan wortel
Mencampurkan semua bahan dan diblender hingga halus
Mengeringkan bahan yang telah di blender ke dalam oven
Memasukkan bahan yang telah kering ke dalam processor dan mengayaknya hingga menjadi tepung
Melarutkan pada 250 ml air hangat
Memberikan formula kepada pasien melalui pipa NGT
NUTRISI PARENTERAL
Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition
(PN) adalah suatu bentuk pemberian
nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran
pencernaan (Yuliana, 2009).
Metode pemberian nutrisi parenteral
bisa melalui vena perifer dan vena
central, namun risiko terjadinya phlebitis
lebih tinggi pada pemberian melalui
vena perifer sehingga metode ini tidak
banyak digunakan. Nutrisi parenteral
diberikan bila asupan nutrisi enteral
tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien
dan tidak dapat diberikan dengan baik.
Nutrisi parenteral diberikan pada pasien
dengan kondisi reseksi usus massif,
reseksi kolon, fistula dan pasien sudah
dirawat selama 3-7 hari (Ziegler, 2009).
Kelebihan Kekurangan

Tersedia apabila rute enteral Berhubungan dengan atropi


menjadi kontra indikasi jaringan limfoid system digestif

Dapat meningkatkan asupan Morbiditas septic yang meningkat


bila oral inadekuat penuh memberikan dukungan tumbuhnya
kurang dari 24 jam bakteri
Sedikit kontraindikasi Translokasi mikroorganisme pada
sirkulasi portal
MAKANAN UNTUK PASIEN KRITIS
Nutrisi yang diberikan berdasarkan penyakit atau kondisi
pasien yaitu:
1. Nutrisi Pada Keadaan Trauma
Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih
dipilih dari pada TPN karena alasan keamanan, murah,
fisiologis dan tidak membuat hiperglisemia. Intoleransi TEN
dapat terjadi, yaitu muntah, distensi atau cramping
abdomen, diare, keluarnya makanan dari selang
nasogastrik. Pemberian TPN secara dini tidak diindikasikan
kecuali pasien mengalami malnutisi berat (Wiryana,
2007).
NUTRISI PADA PASIEN SEPSIS

Pemberian glukosa sebagai sumber energi utama dapat


mencapai 4-5 mg/kg/menit dan memenuhi 50-60% dari
kebutuhan kalori total atau 60-70% dari kalori non
protein. Pemberian glukosa yang berlebihan dapat
mengakibatkan hipertrigliseridemia, hiperglikemia, diuresis
osmotik, dehidrasi, peningkatan produksi CO2 yang dapat
memperburuk insufisiensi pernafasan dan ketergantungan
terhadap ventilator, steatosis hepatis, dan kolestasis.
Pemberian lemak sebaiknya memenuhi 25-30% dari
kebutuhan total kalori dan 30- 40% dari kalori non protein
NUTRISI PADA PENYAKIT GINJAL AKUT
(ACUTE RENAL FAILURE)

Pada pasien ARF membutuhkan perhatian yang hati-hati


terhadap kadar glukosa darah dan penggunaan insulin
dimungkinkan dalam larutan glukosa untuk mencapai
kadar euglikemik. Pemberian lipid harus dibatasi hingga
20-25% dari energi total. Meski demikian lipid sangatlah
penting karena osmolaritasnya yang rendah, sebagai
sumber energi, produksi CO2 yang rendah dan asam
lemakessensial. Protein atau asamamino diberikan 1,0-1,5
g/kg/hari tergantung dari beratnya penyakit, dan dapat
diberikan lebih tinggi (1,5-2,5 g/kg/hari)
NUTRISI PADA PANKREATITIS AKUT

Pemberian energi hipokalorik sebesar 15-20 kkal/kg/hari


lebih sesuai pada keadaan katabolik awal pada pasien-
pasien non bedah dengan MOF. Pemberian protein
sebesar 1,2-1,5 g/kg/hari optimal untuk sebagian besar
pasien pankreatitis akut. Pemberian nutrisi peroral dapat
mulai diberikan apabila nyeri sudah teratasi dan enzim
pancreas telah kembali normal. Pasien awalnya diberikan
diet karbohidrat dan protein dalam jumlah kecil, kemudian
kalorinya ditingkatkan perlahan dan diberikan lemak
dengan hati-hati setelah 3-6 hari
NUTRISI PADA PENYAKIT HATI
Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis, sehingga lipid harus
diberikan dengan hati-hati untuk mencegah hipertrigliseridemia, yaitu tidak
lebih dari 1 g/kg perhari. Pembatasan protein diperlukan pada
ensefalopati hepatik kronis, mulai dari 0,5 g/kg perhari, dosis ini dapat
ditingkatkan dengan hati-hati menuju ke arah pemberian normal. Pada
pasien dengan intoleransi protein, pemberian nutrisi yang diperkaya dengan
BCAAs dapat meningkatkan pemberian protein tanpa memperburuk
ensefalopati yang sudah ada. Kegagalan fungsi hati fulminan dapat
menurunkan glukoneogenesis sehingga terjadi hipoglikemia yang
memerlukan pemberian infus glukosa. Lipid dapat diberikan, karena masih
dapat ditoleransi dengan baik.
JURNAL 1
PENGARUH ASUPAN MAKANAN TERHADAP KEJADIAN
MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
Defriani Dwiyanti, Hamam Hadi, Susetyowati (2004)
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan
yaitu rata-rata asupan energi dan protein selama di
rumah sakit berhubungan dengan rata-rata asupan tiga
hari pertama dirawat di rumah sakit dan pasien dengan
asupan energi tidak cukup selama di rumah sakit
mempunyai risiko lebih besar untuk malnutrisi dibandingkan
dengan pasien dengan asupan energi cukup.
JURNAL 2
NUTRISI PADA PENDERITA SAKIT KRITIS
Made Wiryana (2007)
•Secara umum dapat diuraikan tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi
kritis adalah meminimalkan keseimbangan negatif kalori dan protein dan
kehilangan protein dengan cara menghindari kondisi starvasi, mempertahankan
fungsi jaringan khususnya hati, sistem imun, sistem otot dan otot-otot pernapasan,
dan memodifikasi perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan
menggunakan substrat khusus.
Pada pemberian nutrisi enteral, pipa nasal lebih dianjurkan daripada oral, kecuali
pada keadaan fraktur basis cranii dimana bisa terjadi resiko penetrasi ke
intrakranial. Pipa naso jejunal dapat digunakan jika terjadi kelainan pengosongan
lambung yang menetap dengan pemberian obat prokinetik atau pada
pankreatitis. Alternatif lain untuk akses nutrisi enteral jangka panjang adalah
dengan gastrostomi dan jejunum perkutaneus.
Nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan
baik. Terdapat kecenderungan untuk tetap memberikan nutrisi enteral walaupun
parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi
parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke
nutrisi enteral secepat mungkin.
JURNAL 3
PEMBERIAN NUTRISI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
KRITIS DI RUANG PERAWATAN INTENSIF ANAK RS. CIPTO
MANGUNKUSUMO

Irene Yuniar, Abdul Latief, Yoga Devaera, Suci Fitrianti (2018)


Pada pasien dengan kondisi kritis, pemberian nutrisi merupakan
salah satu target terapi anak yang dirawat di PICU, terutama anak
yang sejak awal masuk mengalami gizi kurang atau buruk. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, klinisi harus memperhitungkan
kebutuhan energi beserta faktor stres yang menyertainya,
perhitungan pemberian makronutrien, mengutamakan jalur oral
atau enteral, terutama apabila tidak ditemukan kelainan saluran
cerna. Terdapat selisih antara peresepan dan pemberian nutrisi
yang disebabkan adanya penyulit sehingga nutrisi enteral tidak
dapat diberikan. Hal tersebut menyebabkan underfeeding pada
anak yang dirawat di PICU dan anak makin mengalami malnutrisi.
Untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada anak yang dirawat di
PICU, perhitungan kebutuhan kalori, protein, dan lemak harus
dilakukan secara cermat. Diperlukan kerjasama antara klinisi,
perawat, dietisien, dan farmasi dalam suatu tim asuhan nutrisi
pada pasien dengan kondisi kritis.
KESIMPULAN
Berdasarkan 3 jurnal yang telah dikaji didapatkan kesimpulan
bahwa:
Rata-rata asupan energi dan protein tiga hari pertama saat
dirawat di rumah sakit dan pasien dengan asupan energi tidak
cukup selama di rumah sakit mempunyai risiko lebih besar
untuk malnutrisi dibandingkan dengan pasien dengan asupan
energi cukup. Untuk mengurangi resiko malnutrisi pada pasien
kritis diberikan dukungan nutrisi dengan cara pemberian nutrisi
enteral dan atau nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan
enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Pada pasien anak
kritis diutamakan jalur oral atau enteral, terutama apabila tidak
ditemukan kelainan saluran cerna. Pemberian nutrisi parenteral
pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih
ke nutrisi enteral secepat mungkin.
.

Anda mungkin juga menyukai