Anda di halaman 1dari 67

Kelompok 8

Annurianisa Luhur Pekerti (2010730013)


Jayyidah Afifah (2010730055)
Noerlailatul Fitrah (2010730080)
Briliant Ibnu Sina (2010730018)
Fahmi Rilo Pambudi (2010730034)
Andi M. Iqbal (2010730010)
Gandhis Apri Widhayanti (2010730043)
Nudiya Aimah (2010730081)
Dessy Purnamasari (2010730042)
Litani Alamudi (2005730039)
Skenario 3 Varicella = Cacar air

Laras yang manis berusia 3 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas Kemuning dengan demam dan
terdapat ruam makulovesikulor yang gatal pada muka, tungkai dan tubuhnya. Ibu mengatakan
bahwa 3 hari yang lalu mereka baru kembali dari Ibukota Kabupaten. Dalam perjalanan pulang
Laras sudah mulai demam. Keesokan harinya muncul ruam merah pada tangan, muka yang
menjalar keseluruh tubuhnya. Dokter Puskesmas mendiagnosis Laras menderita Varicella atau
cacar air, yang sebelumnya kasus serupa tidak ada. Memang Laras belum menderita varicella
dan belum pernah mendapatkan vaksinasi varicella.

Pada kunjungan rumah, Petugas Puskesmas menemukan Adit, kakak Laras yang berusia 5 tahun
serta ayah Laras juga tengah menderita demam. Bahkan ayah merasa sakit di daerah dada
sebelah kanan yang menjalar dari bagian sisi kanan atas ke arah medial bawah. Dokter
mendiagnosis Adit mungkin tertular Varicell, sedangkan ayah menderita Herpes Zoster. Di
rumah-rumah lain yang terletak bersebelahan dengan runah Laras juga ditemukan anak-anak
dengan gejala sama.

Keluarga Laras tinggal di desa Mulia, salah satu desa dari 5 desa yang terletak di wilayah kerja
Puskesmas Kemuning. Desa Mulia berpenduduk sangat padat karena terletakk di dekat pabrik
pengolahan rotan. Jumlah penduduk 535 orang. Rumah-rumah di desa Mulia rata-rata
berukuran 4x6 meter, dengan penghuni minimal 8 orang, yang terdiri dari ibu, bapak, anak-anak
dan anggota keluarga yang lain
Kata Kunci:

1. Laras 3 tahun, 3 hari yang lalu naru pulamg dari Ibukota kabupaten
2. Demam, ruam makulovasikuler yang gatal pada mukam tungkai dan tubuhnya.
3. Belum pernah menderita varicella dan ayah menderita Herpes Zoster
4. Ditemukan gejala yang sama di lingkungan sekitar
5. Lingkungan tempat tinggal yang padat dan dekat pabrik pengolahan rotan
6. Luas rumah dan jumlah penghuni tidak seimbang
7. Jumlah penduduk 535 orang
8. Pukesmas Kemuning memiliki wilayah kerja mencakup 5 desa
Pertanyaan

1. Termasuk KLB atau wabahkah dari skenario ini(Definisi, Klasifikasi, Perbedaan) serta
menghitung attack rate. Case dan fatality case!
2. Jelaskan aspek klinis dari Varicella dan Herpe Zoster
3. Bagaimana cara melakukan penyelidikan wabah dan upaya penanggulangan wabah pada
skenario?
4. Apa rencana kerja pemerintah untuk desa tersebut untuk menanggulangi wabah
tersebut?
5. Bagaimana memonitoring dan evaluasi program kerja?
6. Bagaimana cara menggerakan potensi masyarakat untuk revitalisasi posyandu dalam
mencapai kecamatan sehat?
7. Bagaimana alur pelaporan wabah?
8. Bagaimana rencana kerja puskesmas dan melibatkan lintas sektoral masyarakat?
1.Termasuk KLB atau wabahkah dari
skenario ini(Definisi, Klasifikasi,
Perbedaan) serta menghitung attack
rate. Case dan fatality case!
Bentuk-Bentuk Wabah

Wabah

Wabah yang Wabah yang


berasal dari 1 menular dari
sumber orang ke orang

Common Propagated Contagious


Point Source
Source Source Diease
Epidemic
Epidemic Epidemic Epidemic
Wabah
(menurut sifatnya)

Common Propagated
Source Source
Epidemic Epidemic

•Ditularkan oleh perantara (makanan) •Ditularkan oleh manusia/hewan


•Korban yang terjadi banyak reservoir melalui kontak langsung/tidak
mencapai puncak menurun langsung
cepat •Masa inkubasi panjang
•Masa inkubasi pendek •Timbulnya gejala pelahan
•Timbulnya penyakit cepat •Peningkatan kasus penyakit lambat
•Penyakit lenyap dalam wakt singkat •Penyakit lenyap dalam waktu yang
•Episode penyakit merupakan lama
peristiwa tunggal •Episode penyakit bersifat majemuk
•Misalnya : keracunan makanan •Misalnya : wabah penyakit menular
WABAH SEMU

Adalah suatu kondisi di mana jumlah penderitanya


meningkat secara nyata, melebihi keadaan lazim,
sehingga seolah-olah ada wabah, namun
kondisi tersebut sebenarnya bukan wabah,
karena peningkatan kasus disebabkan oleh adanya
fasilitas baru untuk mendiagnosis penyakit tsb
(alat diagnosis atau adanya dokter spesialis baru)
PENYAKIT MENULAR

SYARAT PENYAKIT MENULAR :

1. Ada agen penyakit


2. Ada pejamu yang rentan
3. Ada hewan reservoir
4. Ada cara penularan penyakit kepada pejamu
yang baru
PENYAKIT MENULAR

• Penyakit karantina ( Peny. Wabah Penting ) :


– Kholera
– Pes
– Difteri
• Penyakit potensial wabah yang menjalar cepat /
mortalitas tinggi
– DBD - Rabies
– Diare - Poliomyelitis
– Campak - Tetanus Neonatorum
– Pertusis
PENYAKIT MENULAR

• Penyakit potensial wabah lainnya


– Malaria - Anthrax
– Frambusia - Influenza
– Hepatitis - Meningitis
– Typhus abdominalis - Tetanus
• Penyakit yang tidak potensial wabah
– TB Paru - Cacingan
– PMS - Filariasis
– Lepra
PENYAKIT INFEKSI

adalah penyakit pada manusia atau hewan yang timbul


akibat suatu
INFEKSI

adalah masuk dan berkembangnya
atau bertambah banyaknya suatu agen infeksi di dalam
tubuh hewan atau manusia
Penetapan wabah
1. Kesakitan / kematian meningkat > 3X selama > 3
kurun waktu berturut-turut.
2. Insiden meningkat > 2X dibandingkan rerata
sebulan sebelumnya.
3. Rerata bulanan penderita baru meningkat > 2X
dibandingkan rerata tahun sebelumnya.
4. CFR dalam 1 bulan meningkat 2X dibandingkan
CRF tahun sebelumnya.
5. Terdapat > 1 penderita/kematian di daerah yang
telah bebas selama 4 minggu berturut-turut.
6. Kesakitan/kematian karena keracunan
7. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit
menular yang sebelumnya tidak ada
Perbedaan wabah dengan KLB
Wabah KLB

•Penyakit unutk
•Hanya untuk penyakit menular
menular •Kejadian bencana lam
•Ditetapkan oleh yang disertai wabah
Menkes Dirjen P2PL •Ditetapkan oleh Kepala
Daerah setempat
ISTILAH DALAM WABAH

Bila tingkat penyakit dibagi dalam :

A = tanpa gejala
B = penyakit ringan
C = penyakit sedang
D = penyakit berat
E = mati
PATOGENITAS

Jumlah Kasus
PATOGENITAS = ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
Jumlah yang terinfeksi

B+C+D+E
PATOGENITAS = ───────
A+B+C+D+E
VIRULENSI

Jumlah Kasus Berat + Fatal


VIRULENSI = ────────────
Jumlah semua kasus

D+E
VIRULENSI = ───────
B+C+D+E
CASE FATALITY RATE = CFR
Jumlah Kasus Fatal
CFR = ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
Jumlah Semua Kasus

E
CFR = ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─
B+C+D+E

Attack rate=insidence rate


= jumlah kasus baru

jumlah populasi yang beresiko


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu /
sekelompok masyarakat tertentu.
(Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990),

- Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi


ertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama
(Last, 1983)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)
KLB
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB


merupakan kewaspadaan terhadap penyakit yang berpotensi
KLB serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan
menerapkan teknologi surveilans epidemiologi untuk
meningkatkan kesiap-siagaan dan upaya penanggulangam
yang cepat dan tepat

Inti SKD adalah surveilans


Kegiatan ini mencakup :
Pengumpulan data, pengolahan, Analisa data dan penyebarluasan informasi
KEJADIAN LUAR BIASA = KLB
= WABAH
WABAH hanya untuk penyakit menular, ditetap kan oleh
Menteri Kesehatan cq. Dirjen P2PL
Wabah harus mencakup:
- Jumlah kasus yang besar
- Daerah yang luas
- Waktu yang lebih lama
- Dampak yang timbulkan lebih berat

KLB bisa juga untuk :


Penyakit tidak menular
Kejadian bencana alam yang disertai wabah
Kriteria Kejadian Luar Biasa
(Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa

Tergolong kejadian luar biasa, jika ada unsur :


•Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal.
•Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).
•Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
•Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya
PENETAPAN KLB

1. Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit


yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam
keadaan biasa (endemik), pada populasi yang dianggap
beresiko, pada tempat dan waktu tertentu.
2. Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3
tahunan.
3. Membandinggkan frekuensi penyakit pada tahun yang
sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda
PETUNJUK PENETAPAN KLB:
1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu
Kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih
selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit


menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-
rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit
menular yang sama di kecamatan tersebut itu.

3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-


penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu
Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun
sebelumnya dari penyakit yang sama di Kecamatan yang
sama pula.
PETUNJUK PENETAPAN KLB (2):
4. Case Fatality rate suatu penyakit menular tertentu
dalam satu bulan di sutu Kecamatan, menunjukkan
kenaikan 50 % atau lebih, bila dibandingkan CFR
penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di
Kecamatan tersebut.

5. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit


menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan
proportional rate penderita baru dari penyakit menular
yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun
yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
PETUNJUK PENETAPAN KLB (3):
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
• Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di
atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan di atas
•Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4
minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
yang bersangkutan.

7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu


kelompok masyarakat.

8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang


sebelumnya tidak ada/dikenal
PENTING DIINGAT :
1. KLB Tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang
belum dikenal atau penyakit yang tidak mendapat
perhatian karena dampaknya belum diketahui .

2. KLB Palsu (pseudo-epidemic), terjadi oleh karena :


- Perubahan cara mendiagnosis penyakit,
- Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
- Perhatian yang berlebihan
TUJUAN PENYELIDIKAN KLB
Tujuan Umum :
• Mencegah meluasnya (penanggulangan).
• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian).

Tujuan khusus :
• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit .
• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986)
NO LANGKAH-LANGKAH PENYIDIKAN KLB
1 Persiapan penelitian lapangan.
2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3 Memastikan Diagnosis Etiologis
4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat.
6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera
(jika diperlukan)
7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8 Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
9 Merencanakan penelitian lain yang sistimatis
10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi.
12 Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan
setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
LAPORAN PENYELIDIKAN KLB
• Pendahuluan
menggambarkan peristiwa dan keadaan yang
menyebabkan dimulainya penyelidikan
• Latar Belakang
menguraikan secara singkat keadaan yang melatar-
belakangi masalah (segi geografis, politis, ekonomi)
• Uraian tentang upaya yang dilakukan
Hipotesis yang hendak diuji, metode, sumber informasi,
cara penemuan kasus, pemastian diagnosis, penggunaan
kelompok kontrol, besar dan cara pengambilan sampel
LAPORAN PENYELIDIKAN KLB
• Hasil penelitian
Tabulasi kasus menurut O-T-W, kurva epidemik, spot
map, hasil laboratorium
• Analisis data dan kesimpulan  meneria atau menolak
hipotesis
• Tindakan penanggulangan
• Uraian tentang dampak penting yang terjadi
• Saran di masa depan  perbaikan sistem surveilans
dan penanggulangan di masa depan
2. Jelaskan aspek klinis dari Varicella
VARICELLA
Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan sebutan Cacar Air. Varicella adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dan sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit ini harus dibedakan dengan
penyakit Cacar (Variola) yang memiliki angka kematian cukup tinggi. Secara klinis penyakit ini ditandai
dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada
anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya.

Sifat-sifat virus penyebab Varicella 
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus
ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh
sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel
penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur
dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap
antigen selaput yang disebabkan oleh virus.
Gambaran klinis 
Masa inkubasi Varicella biasanya 14 s/d 21 hari. Perasaan tidak enak badan dan
demam adalah gejala-gejala paling dini, dan segera diikuti oleh ruam, yang mula-mula pada badan, dan
kemudian pada wajah, anggota badan, dan selaput lendir pipi dan faring. Sampai 3-4 hari setelah gejala-
gejala tersebut, komplikasi jarang terjadi. Angka kematian jauh kurang dari 1% pada kasus tanpa
komplikasi. Pada Varicella neonatal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran) angka kematian
dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit defisiensi kekebalan tubuh, atau yang memperoleh
obat imunosupresor, atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena Varicella berat dan kadang
fatal.
Kekebalan Infeksi 
Varicella akan meninggalkan kekebalan seumur hidup terhadap infeksi Varicella
berikutnya.
Pencegahan 
Pencegahan terutama dianjurkan pada anak-anak dengan imunodefisiensi atau imunosupresi,
menggunakan Imunoglobulin G dengan titer antibodi spesifik yang tinggi pada plasma yang dikumpulkan
dari penderita konvalesen (penyembuhan) penyakit Herpes Zoster (GIVZ). GIVZ tidak mempunyai nilai
terapi jika diberikan setelah penyakit Varicella mulai timbul.
Epidemiologi 
Varicella dengan mudah menyebar melalui droplet serta kontak dengan kulit. Varicella
sering merupakan penyakit epidemik pada anak-anak, dengan insidens tertinggi pada anak usia 2-6 tahun,
walaupun bisa juga ditemukan penderita dewasa.
Terapi 
Terapi yang biasanya dilakukan adalah terapi suportif untuk peningkatan kondisi sistem kekebalan
tubuh dan terapi untuk mencegah infeksi sekunder (infeksi penyakit lain yang menyusul infeksi oleh suatu
penyakit) akibat lesi/luka dari vesikel-vesikel yang timbul.
Pengawasan 
Karena sifat Varicella yang sangat mudah menular, maka perlu dilakukan usaha untuk
mencegah kontak dengan penderita Varicella. Vaksin Varicella hidup yang dilemahkan sudah berhasil
dikembangkan dan dicobakan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena menderita penekanan
sistem imun ataupun yang telah kontak dengan Varicella. Vaksin terutama bermanfaat dalam mencegah
penyebaran Varicella pada anak- anak dengan resiko tinggi untuk tertular. Sejumlah masalah dapat pula
timbul dengan penggunaan vaksin ini bagi manusia sehat. Kepekaan yang meningkat akibat kekebalan
singkat oleh karena vaksin ini, pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit menjadi lebih berat. Vaksin
yang digunakan harus dapat memberikan kekebalan yang sesuai dengan kekebalan alamiah tubuh.
3. Bagaimana cara
melakukan penyelidikan
wabah dan upaya
penanggulangan wabah
pada skenario?
KERANGKA PENYELIDIKAN WABAH
1. Menegakkan diagnosis dan mengidentifikasi penyebab penyakit 
klinis dan laboratoris
2. Memastikan bahwa terjadi KLB / wabah
3. Menggambarkan kasus-kasus dalam KLB / wabah menurut variabel O-T-
W (dengan spot map, kurva)  Penelitian deskriptif
4. Identifikasi sumber penyebab penyakit, cara penularan dan populasi
berisiko  rumuskan hipotesis
5. Buktikan kebenaran hipotesis  Penelitian analitik
6. Susun laporan : penyebab, upaya pembe-rantasan yang dilakukan,
rekomendasi pencegahan di masa datang
7. Upaya penangulangan wabah
1.MENEGAKKAN DAN MEMASTIKAN
DIAGNOSIS
 Kedokteran merupakan ilmu yang tidak pasti  penyakit dapat salah
diagnosis
 Yang dilaporkan mungkin bukan kasus, ttp tersangka atau orang dg sindroma
lain

Kasus-kasus yang dilaporkan tetapi diagnosisnya tidak dapat dipastikan 


harus dikeluarkan dalam memastikan ada/tidaknya wabah
 Untuk beberapa penyakit, diagnosis klinis saja tidak cukup  bila mungkin
harus dilakukan pemeriksaan lab untuk memastikan diagnosis
Konfimasi lab membutuhkan waktu berminggu-minggu
Hitung distribusi frekuensi gejala-gejala yang ada
Frekuensi Gejala pada KLB DBD
No. Gejala Jumlah %
1 Demam tinggi 8 26.6
2 Uji torniquet (+) 8 26.6
3 Perdarahan spontan 5 16.6
4 Syok 5 16.6

Tujuannya tercapai bila :

 Kriteria kasus sesuai dengan gejala di atas


 Hasil pemeriksaan lab (+)
2. MEMASTIKAN ADANYA WABAH
• Perhitungan batas wabah :
Wabah = > (mean + 2 Standar Deviasi)
• Bila sulit dilakukan  Pedoman menetapkan adanya
wabah
• Batas wabah ?
Dlm keadaan tidak ada wabah  data insiden diare per mgg selama 12 mgg di
Puskesmas Ciamis adalah :
8 orang 9 orang 11 orang
10 orang 15 orang 13 orang
13 orang 10 orang 14 orang
9 orang 8 orang 14 orang

8+10+13 + 9 + 9 + 1 5 + 10 + 8 + 11 + 13 + 14 + 14
Rerata = ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ = 11 orang SD = 3
12
BATAS WABAH = 11 + 2 (3) = 17 orang
PEDOMAN
MENETAPKAN WABAH
1. Kesakitan / kematian meningkat ≥ 3x selama ≥ 3 kurun waktu
berturut-turut
2. Jumlah penderita baru meningkat ≥ 2x dibandingkan rerata
sebulan sebelumnya
3. Rerata bulanan penderita baru meningkat ≥ 2x dibandingkan
rerata tahun sebelumnya
4. CFR dalam 1 bulan meningkat ≥ 2x dibandingkan CFR tahun
seblmnya
5. Terdapat ≥ 1 penderita/kematian di daerah yang telah bebas
selama 4 mgg berturut-turut
6. Kesakitan / kematian karena keracunan
7. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada
3. MENGGAMBARKAN WABAH
MENURUT VARIABEL O – T – W
• Variabel Waktu  buat kurva epidemik
 Kapan periode waktunya  variasi musiman,
tahunan, trend, jam / hari
 Apa jenis KLB ini : common source atau
propagated ?
• Variabel Tempat  buat spot map
 Distribusi kasus menurut : tempat tinggal, tempat
kerja atau tempat lain ?
 Berapa attack rate ?
MENGGAMBARKAN WABAH
MENURUT VARIABEL O – T – W
• Variabel Orang :
 Berapa angka serangan menurut golongan
umur dan jenis kelamin ?
 Golongan umur dan jenis kelamin manakah
yang risiko sakitnya paling tinggi atau paling
rendah ?
 Dalam hal apa lagi karakteristik kasus-kasus
berbeda secara bermakna (ras, status
perkawinan, pekerjaan) ?
Angka serangan menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Jumlah Attack


Penderita Penduduk Rate
Perawat ICU 12 30 40.0
Petugas Bangsal 5 15 33.3
Teknisi Bedah 2 3 67
Asisten Perawat 5 68 7.4
Laboran 3 41 7.3
Sekretaris 1 67 1.5
Fisioterapist 1 37 2.7
Bagian Rmh Tangga 1 37 2.7
4. Merumuskan Hipotesis
5.Menguji Hipotesis
• Tujuan perumusan hipotesis adalah untuk memberikan dasar
pemikiran yang logis dalam merencanakan dan melaksanakan
upaya penanggulangan wabah
• Hipotesis membandingkan angka serangan pada orang-orang
yang terpapar dengan orang-orang yang tidak terpapar faktor
risiko
pada kelompok yang terpapar faktor risiko  angka
serangannya lebih besar.
• Setelah ditentukan sumber dan cara penularan  Pengujian
hipotesis  Identifikasi Populasi berisiko yang terpapar
faktor risiko  Laksanakan Tindakan Penanggulangan
6. Susun laporan : Penyebab, pemberantasan, rekomendasi
pencegahan di masa datang

Pasal 11 Ayat 1 dan 2


(UU RI NO 4 tahun 1984)

 Barang siapa mengetahui adanya penderita atau tersangka


penderita penyakit wabah, wajib melaporkan kepada Kepala
Desa atau Lurah setempat, dan atau Kepala Unit Kesehatan
terdekat dalam waktu secepat-cepatnya

 Kepala Desa atau Lurah setempat, dan atau Kepala Unit


Kesehatan segera melaporkan kepada atasan langsung dan
instansi lain yang bersangkutan
7. UPAYA PENANGGULANGAN
WABAH
1. Penyelidikan epidemiologis
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina
3. Pencegahan dan pengebalan
4. Pemusnahan penyebab penyakit
5. Penanganan jenazah akibat wabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat
7. Upaya penanggulangan lainnya
Upaya penanggulangan wabah
• Dilakukan dengan mengikut sertakan
masyarakat secara aktif (Ps 6 UU RI No 4
Tahun 1984)
• Dua tujuan pokok :
1. Memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan dokter
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar
penderita tidak bertambah banyak, dan wabah tidak
meluas ke daerah lain
Upaya penanggulangan wabah
Harus mempertimbangkan keadaan masyarakat
setempat (agama, adat kebiasaan, tingkat
pendidikan, sosial ekonomi) agar upaya
pennggulangan wabah tidak mendapat hambatan
masyarakat

Penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif


edukatif agar masyarakat mau ikut serta secara aktif
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS
yaitu penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat penyebabnya, serta
faktor-faktor yg dapat mempengaruhi timbulnya wabah

agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan yang paling


berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang berwenang

Wabah dapat ditanggulangi secepatnya

 Meluasnya wabah dapat dicegah


 Jumlah korban dapat ditekan
Upaya Penanggulangan Wabah
1. Untuk penderita yang telah ditemukan :
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi
penderita, termasuk karantina
2. Untuk penderita yang belum ditemukan:
Penyelidikan epidemiologi
3. Untuk masyarakat yang belum sakit:
Pencegahan dan pengebalan, penyuluhan kepada
masyarakat, penanganan jenazah
4. Perumusan sumber penyakit:
Pemberantasan tempat perindukan dan
memusnahkan makanan sumber keracunan
PEMUSNAHAN PENYEBAB PENYAKIT

Dalam pencegahan harus dilakukan pemusnahan terhadap benda-


benda, tempat-tempat dan lain-lain yang mengandung
kehidupan penyebab penyakit ybs, misalnya :

1. Pemberantasan tempat perindukan (sarang nyamuk)


2. Memusnahkan makanan sumber keracunan
PENANGANAN JENAZAH
apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan
wabah, atau jenazah tsb merupakan sumber penyakit
yang dapat menimbulkan wabah

harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya, tanpa


meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia
PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT
kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang
penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka :

 Mengerti sifat-sifat penyakit  dapat melindungi dirinya,


dan apabila terkena tidak menularkan kepada orang lain
 Mau berperan serta secara aktif dalam menanggulangi
wabah.
4. Apa rencana kerja pemerintah untuk desa
tersebut atau menanggulangi wabah tersebut?
Vaksinasi cacar air:
Rutin
Anak-anak yang belum pernah menderita cacar air harus mendapat 2 dosis vaksinasi cacar
air pada usia:
Dosis pertama: 12- 15 bulan
Dosis kedua: 4-6 tahun (bisa diberikan lebih cepat, jika jaraknya minimal 3 bulan setelah
dosis pertama)

Mereka yang berusia 13 tahun keatas (yang belum pernah menderita ata mendapat
vaksinasi cacar air) harus mendapat 2 dosis minimal dalam jarak waktu 28 hari.
Tidak boleh dilakukan vaksinasi jika pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa
terhadap gelatin/agar-agar, antibiotik neomycin atau dosis vaksinasi cacar air sebelumnya

Mereka yang sedang sakit ringan atau parah, jadwal vaksinasi harus menunggu sampai
sembuh sebelum mendapatkan vaksinasi cacar

Wanita hamil jangan mendapatkan vaksinasi sampai melahirkan. Jangan sampai hamil
dalam wktu 1 bulan setelah mendapatkan vaksinasi cacar air.

Menderita HIV/AIDS, atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Mendapat pengobatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, misalnya steroid


selama 2 minggu atau lebih

Menderita kanker jenis apapun

Mendapat perawatan kanker dengan radiaso atau obat-obatan

Mereka yang baru menjalani transfusi darah atau mendapat produk darah lainnya harus
menanyakan kapan waktu yang tepat diberikan vaksinasi cacar air
5. Evaluasi dan Monitoring
Program Kesehatan
Evaluasi Program Kesehatan
• Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi
terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi
terhadap dampak program.

a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan


sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain.

b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya meningkatnya cakupan
imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.

c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai
dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan
ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat.
Misalnya menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita,
menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya.
Monitoring Program Kesehatan
• Dalam program kesehatan masyarakat, disamping evaluasi juga dilakukan
monitoring atau pemantauan program. Monitoring dilakukan sejalan dengan
evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan,
baik waktunya maupun jenis kegiatannya.

• Dalam monitoring tidak dilakukan penilaian seperti pada evaluasi tetapi hanya
mengamati dan mencatat. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan
yang direncanakan, dilakukan koreksi. Demikian pula apabila terjadi
ketidakcocokan antara penggunaan sumber daya (biaya, tenaga, dan sarana)
dengan yang direncanakan, dilakukan pembetulan. Oleh sebab itu, dalam
prakteknya monitoring atau pemantauan ini kadang-kadang diidentikkan dengan
evaluasi proses dari suatu program.

Sumber :
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
6. Bagaimana cara menggerakan
potensi masyarakat untuk revitalisasi
posyandu dalam mencapai
kecamatan sehat?
Membuat beberapa program di
posyandu:
1.Melakukan imunisasi lengkap
2.Melakukan beberapa penyuluhan:
- Pemberian imuniasai
- Pemberian ASI
- Pengetahuan tentang tumbuh
kembang
- Kebersihan lingkungan
7. Bagaimana alur pelaporan wabah?
ALUR PELAPORAN
Petugas Surveilans melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa ada
peningkatan kasus

Puskesmas melakukan P.E.
(Penyelidikan Epidemiologi)

Pemegang Program bersama-sama dengan Kepala Puskesmas dan
Kepala Desa
memimpin Penyelidikan Wabah

Puskesmas membuat laporan

Diteruskan ke Dinas Kes. Kabupaten

Kepala Dinas Kes. Kab. bersama dg Ka Seksi P2PL melapor dan
melakukan advocacy kepada Bupati

Bupati mengadakan pertemuan dengan Ka Dinas Kes, Bappeda, Sektor
terkait untuk menentukan anggaran Pengendalian Wabah
8. Bagaimana rencana kerja puskesmas
dan melibatkan lintas sektoral
masyarakat?
Strategi operasional program kerja
• 1. Peningkatan advokasi untuk memperkuat komitmen penentu
kebijakan di
• Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional.
• 2. Pengembangan kelompok kerja surveilans epidemiologi
• 3. Pengembangan sumber daya manusia surveilans epidemiologi
• 4. Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi
• 5. Peningkatan jejaring surveilans epidemiologi
• 6. Peningkatan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi
elektromedia
• yang terintegrasi dan interaktif
• 7. Peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi bagi setiap
tenaga
• profesional kesehatan
• 8. Penyediaan anggaran, sarana dan prasarana

Anda mungkin juga menyukai