Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN TONSILITIS PADA ANAK-ANAK


TONSILITIS IN CHILDREN DIAGNOSIS AND TREATMENT MEASURES

Disusun oleh:
Jenifer Johana Paath, S.Ked
2013-83-019
Pembimbing:
dr. Julu Manalu, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
+
Pendahuluan

 Tonsilitis adalah infeksi tenggorokan yang parah dan intermiten, ditandai


dengan lima atau lebih serangan tonsillitis dalam setahun

 Selain bakteri sebagai penyebab utama tonsillitis, beberapa virus dan infeksi
mononucleosis, mungkin dapat menjadi penyebabnya

 Diagnosis tonsillitis adalah pemeriksaan klinis dan/atau pemeriksaan


laboratorium, meskipun terkadang, susah untuk membedakan antara infeksi
virus dan infeksi bakteri.

 Rapid antigen tes masiih digunakan berulang kali walaupun membutuhkan


waktu lama

 Tonsilektomi masih merupakan salah satu intervensi bedah yang paling sering
dilakukan pada anak
+
Tonsil

 Tonsil mengandung sel imun seperti, pusat germinal limfosit B, limfosit T dan
antigen presenting cells lainnya seperti makrofag, yang bertugas untuk
menghasilkan imunitas dan pertahanan tubuh.

 Tonsil palatine memiliki aliran darah yang banyak dari empat pembuluh darah
yang beragam. Pembuluh-pembuluh darah ini mengalirkan darah terutama ke pilar
superior dan inferior tonsil, serta pusat khusus pada lateral tonsil

 Tonsil memiliki kriptus untuk mempertahankan bagian eksterior organ sebesar


mungkin dan membentuk permukaan yang dapat melepaskan potensial antigen
+
Etiologi
+  Mayoritas kasus tonsillitis disebabkan oleh bakteri
terutama beta-hemolitik dan Streptococcus lainnya.

 Namun, pada tonsillitis yang terkait dengan infeksi


mononucleosis, virus yang paling umum menjadi penyebab
adalah EBV

 Infeksi
CMV, hepatitis A, HIV, rubella dan toksoplasmosis
juga dapat mengakibatkan gambaran klinis infeksi
mononucleosis, sehingga memerlukan diferensial diagnosis
 19 Dalam tonsillitis akut pada anak-anak, Streptococcus
ditemukan sampai dengan 30%27, diikuti Haemophilus
influenza dan Neisseria.
+
Tonsilitis akut

 Kondisiini ditandai dengan pembengkakan dan


kemerahan pada tonsil, mungkin dengan eksudat,
limfadenopati servikal dan demam >38.3oC rektal.
 Odinofagia

 Tonsilitis
yang disebabkan virus secara teratur diterapi
dengan penanganan suportif. Tonsilitis bakteri biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
+
Tonsilitis berulang

 serangan tonsillitis dalam satu tahun dibuktikan


dalam tujuh kultur bakteri
 atau lima kultur baketri dalam dua tahun berturut-
turut
 atau tiga kultur bakteri pada tiga tahun berturut-
turut.
 Penundaan pemberian antibiotic mengarah ke
serangan infeksi bakteri lain dalam beberapa minggu,
sehingga memicu kekambuhan kembali.
+
Tonsilitis Kronis

 Jenis ini biasanya berhubungan dengan napas yang bau dan nyeri tekan kelenjar
leher yang persisten

 Tonsilitis kronis menggambarkan lesi yang paling umum terkandung oleh patologi
inflamasi faring dengan komplikasi lokal-regional dan berjauhan
(glomerulonephritis, rematik sendi, endocarditis, enteritis dll)

 Tonsilitis kronis biasanya menggambarkan tonsillitis focal, hipertrofi atau


acleroatropi tonsillitis kriptus kaseosa sebagai jenis kekambuhan, dan hipertrofi
tonsilitas ringan tipe lembut pada anak-anak dan keras pada orang dewasa.

 Dalam sebagian besar kasus tonsillitis kronis tipe keras, hipertrofi terjadi pada
orang dewasa dan anak yang lebih tua, tonsil mengalami hipertrofi, kongesti,
dengan pengurangan fleksibilitas dalam ruang amygdalian dengan kriptus tampak
mengeluarkani caseum spontan, tetapi juga ketika ditekan oleh spatula pada pilar
anterior.47
+
Abses Peritonsilar atau Quinsy

 Keadaan ini merupakan tonsillitis akut dengan pembentukan abses,


biasanya pada satu sisi

 Ketika tonsillitis akut dibiarkan tidak diobati, infeksi bakteri biasanya


menyebabkan abses peritonsiler yang berkembang lateral menuju ke regio
tonsilar

 . Area abses peritonsilar muncul dengan abses atau zona bengkak dengan
akumulasi nanah.

 Staphylococcus, Streptococcus, Haemophilus dan Fusobacterium


necrophorum merupakan paktogen tersering yang bertangunggjawab atas
abses peritonsilar.

 Gejala utamanya adalah perubahan kualitas suara, ketidaknyamanan


membuka mulut, napas kasar, demam dan nyeri tenggorokan yang berat.
+
Diagnosis Tonsilitis
+
 Diagnosis
tonsillitis didasarkan pada riwayat medis untuk
mengetahui apakah tonsillitis merupakan kekambuhan dan
pemeriksaan fisik tenggorokan.

 Nyeri, demam, terutama batuk, suara sesak, dan


rhinorrhoera sering terjadi di tonsillitis virus, sementara rasa
sakit dengan pembengkakan kelenjar getah bening dapat
terjadi pada tonsillitis bakteri terutama dengan pernanahan
tonsil dan demam > 38.3OC.

 Meskipun tes antigen streptokokus kurang sensitive, tetapi


dapat mengkonfirmasi diagnosis streprokokus dengan 98%
spesifisitas
+ dianjurkan untuk mendapatkan swab tonsil
untuk tes rapid antigen Rapid Antigen
Detection (RAD) pada anak-anak atau remaja
dengan riwayat, tanda dan/atau gejala dugaan
infeksi oleh kelompok streptokokus A beta-
hemolitik (GABHS)
Jika hasil tes RAD negatif pada seseorang
dengan bukti kuat atau kecurigaan infeksi,
kultur bakteri harus dilakukan.
Dalam kasus hasil tes RAD positif, kultur
bakteri tidak wajib
+ Mononukleosis disebabkan oleh EBV, terjadi
sebagai sakit tenggorokan parah dan bengkak,
tonsil berselaput dan pembesaran kelenjar
getah bening,
Selain itu, pembesaran limpa, hilangnya nafsu
makan, menggigil, batuk kering, mual dan
berkeringat di malam hari dapat terjadi.
Namun, penyakit ini hanya terjadi sekali
dalam kehidupan seseorang, tetapi seperti
virus herpes lainnya, sisa EBV dalam tubuh
terus menetap dan dapat kambuh jika dipicu
kembali.
+
Penatalaksanaan
+
Pengobatan Antibiotik

 Penisilin masih menjadi mengobatan pilihan untuk tonsillitis stretokokus


pyogenic

 .Sefalosporin lebih efektif pada anak usia dibawah 12 tahun dan untuk
tonsilitas kronis berulang, karena dapat menghancurkan lebih banyak
strain streptokokus

 Makrolid dan klindamisin pada anak menginduksi efek samping tambahan


dengan efektivitas yang sama dan dengan demikian harus digunakan
hanya untuk mengkonfirmasi alergi penisilin per individu

 Selain itu, terapi jangka pendek dengan azitromisin (20 mg/kg)80 selama
tiga hari atau klaritromisin dan sefalosporin selama lima hari setara
dengan penisilin jangka panjang
+
Analgesik

 Untuk tonsillitis akut, yang paling umum non-steroid anti-


inflamasi adalah ibuprofen, yang menunjukkan efikasi
terbaik dengan efeksamping yang paling sedikit
dibandingkan dengan parasetamol dan asam asetilsalisilat

 Diklofenakdan ketorolac pada anak memiliki efek yang


kurang dan dimetabolisme secara cepat, yang memerlukan
penyesuaian dosis (dosis yang lebih tinggi daripada orang
dewasa)

 Metamizol harus dihindari sebagai analgesik di anak


karena risiko agranulositosis meskipun kecil
+
Steroid

Konsekuensi terbaik diwujudkan dalam


verifikasi faringitis streptokokus untuk
deksametason (10 mg), serta betamethasone
(8mg) dan prednisolone (60 mg) dengan
penurunan sempurna dalam nyeri dan
perasaan sakit yang berhubungan dengan
tonsillitis akut
+
Mouthwash

 Antiseptik
mouthwash dengan clorhexidine atau
benzydamine menunjukkan pengurangan gejala
pada anak dan orang dewasa
 Obat
kumur herbal mengandung sage, thyme dan
chamomile, dapat melubrikasi dan menjaga
membran mukosa.
 Nasturtium dan akar lobak terkandung dalam
beberapa obat-obatan, yang memiliki senyawa
antimikroba, antivirus dan antijamur
+
Tonsilektomi

 Tonsilektomi masih merupakan salah satu intervensi bedah yang paling sering
dilakukan pada anak

 Tonsilektomi pada anak sebelum usia 6 tahun hanya boleh dilakukan jika anak
menderita tonsillitis bakteri akut yang berulang.

 Dalam semua kasus lain seperti hyperplasia dari tonsil, tonsilektomi parsial risiko
rendah harus dijadikan sebagai penanganan lini pertama

 Tonsilektomi ekstrakapsular total masih dipertimbangkan pada anak yang terkena


dampak parah infeksi tonsil, alergi terhadap antibiotic, sindrom PFAPA (periodic
fever, aphtous stomatitis, faringitis dan adenitis servikal) dan abses peritonsilar.

 Sebagian besar kasus fatal akibat tonsilektomi akibat penanganan pendarahan


yang salah. Pada banyak anak yang lebih muda pendarahan dapat mengancam
nyawa karena volume darah yang hilang dan bahaya aspirasi dengan
+
Kriptolisis

 Thermal atau cryoterapi tonsil palatine: merupakan


metode dimana jaringan tonsil dipanaskan atau
didinginkan secara interstitial, yang menyebabkan
jaringan parut dan penyusutan dari jaringan limfatik
 Banyak prosedur dapat dilibatkan: koagulasi
interstitial (elektro) terhadap tonsil palatine, koagulasi
laser, koagulasi termal, cryocoagulasi, terapi
fotodinamis, terapi ultrasound, thermotherapy
radiofrequency, terapi tonsil dengan panas,
thermoterapi tonsil
+
Kesimpulan
+
Kesimpulannya, bakteri masih menjadi agen
penyebab terbesar yang banyak dikonfirmasi
dengan menggunakan tes antigen. Tonsilektomi
masih merupakan salah satu intervensi bedah
yang paling sering dilakukan pada anak.

Anda mungkin juga menyukai