Anda di halaman 1dari 55

Pembimbing:

dr. Kemalasari, SpP

Disusun Oleh:
Andi Bagus Prayogo 2014730008
Bobzi Razvidi 2014730016
Ferza Farizky 2014730032
Ghina Hanifah Kh 2014730036
Karel Respati 2011730144
M. Luthfi Mandani 2014730064
Farkhan Reza Sulaeman 2014730029
Nadya Mujahidah C.R 2014730071
Nur Indah Sari 2014730077
Refidani Munawar 2014730082
Wijdani Sharfina 2014730097

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
Identitas Pasien

 Nama : Ny. E
 Usia : 66 Tahun
 Alamat : Jl. Metro Jaya No19 RT 04/07
 Status : Menikah
 Pekerjaan: Pensiunan
 No. RM : 00-46-68-74
 Ruang : MA
Anamnesis (1)
KELUHAN UTAMA :

Sesak sejak 6 jam SMRS

KELUHAN TAMBAHAN :
 Batuk
 Demam
Anamnesis (2)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien mengeluhkan sesak sejak 6 jam SMRS. Sesak napas sudah dirasakan sejak satu minggu
belakangan dan makin dirasakan memberat dalam beberapa hari terakhir. Sesak diperberat bila
beraktifitas banyak dan sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun posisi.

Sesak napas yang dirasakan pasien juga disertai dengan keluhan batuk. Batuk berdahak, dengan
warna dahak kekuningan, darah (-), batuk dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Biasanya dahak berwarna
putih dengan konsistensi cair, saat ini dahak berubah warna menjadi putih kekuningan dan kental. Pasien
juga merasakan demam. Demam dirasakan naik turun dan hilang dengan obat penurun panas.

Nafsu makan masih dalam batas normal dan dalam beberapa bulan kebelakang tidak ada penurunan
berat badan yang signifikan. BAK dan BAB masih dalam batas normal. Pasien mengaku hal ini sudah
pernah dirasakan, dan keluhan ini yang kedua kalinya dalam satu tahun terakhir.
Anamnesis (3)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

 Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

 Riwayat asma (-)

 Riwayat hipertensi (-)

 Riwayat DM (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

 Tidak ada yang menderita keluhan serupa di keluarga

 Riwayat hipertensi (-)

 Riwayat DM (-)
Anamnesis (4)
RIWAYAT PENGOBATAN :
 Pasien sudah mengkonsumsi minum obat penurun panas dan batuk yang didapat di apotek,
tetapi keluhan tidak membaik.

RIWAYAT ALERGI :

 Obat-obatan (-), Makanan (-)

RIWAYAT KEBIASAAN :
 Kebiasaan merokok disangkal, tetapi suami pasien merokok dirumah (1 bungkus/hari)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70mmHg
HR : 90x/menit
Suhu : 37.0oC
Pernapasan : 20x/menit
Antropometri
BB : 55 kg
TB : 150 cm
IMT : 20.8 (normal weight)
Pemeriksaan Fisik

Normocephal, Rambut hitam, distribusi merata

Reflek cahaya (+/+) , pupil isokhor, Sklera


Ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (+/+)

Deviasi septum (-), Sekret (-), epistaksis (-)

Normotia, Sekret (-/-)

Mukosa bibir lembab, sianosis (-)

Pembesaran KGB (-)

Kesimpulan : Dalam Batas Normal


Pemeriksaan Fisik
Paru Jantung

Inspeksi : Jantung
Pergerakan dinding dada simetris KA = KI, Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Retraksi dinding dada (-) Palpasi : Ictus cordis teraba
Palpasi : Vocal fremitus menurun Perkusi Batas atas : ICS III linea
Perkusi : Sonor pada kedua lapang parasternalis dextra
paru Batas kanan : ICS IV linea
Auskultasi parasternalis dextra

: Suara napas vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Batas kiri : ICS IV linea
wheezing(+/+) midclavicularis sinistra
Auskultasi
:Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)
Pemeriksaan Fisik

 Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, scar (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 13x/menit
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak di jumpai

Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen


 Ekstremitas
Akral hangat (-/-/-/-)
CRT < 2 dtk
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hb 9.5 11.7 – 15.5 g/dl

Leukosit 7.72 3.60 – 11.00 10^3/l


Hematokrit 27 35 - 47 %

Trombosit 173 150-440 10^3/l


Eritrosit 3.05 3.80 – 5.20 10^6/l
MCV 90 80-100 Fl

MCH 31 26-34 Pg

MCHC 35 32-36 g/dl


Pemeriksaan Penunjang
Hasil Nilai Rujukan Satuan

Kreatinin Darah 2.0 < 1.4 mg/dL

Glukosa Darah 141 3.5 – 5.0 mg/dL


Sewaktu
Resume
Ny. E, 66 tahun datang ke IGD RSIJCP dengan keluhan dyspneu sejak 6 jam SMRS.

Dyspneu sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS, dan memberat dalam beberapa hari terakhir dan

diperberat bila beraktifitas. Dyspneu disertai dengan keluhan batuk berdahak, dengan warna

dahak kekuningan, darah (-), batuk dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan

febris. Febris dirasakan naik turun dan hilang dengan obat penurun panas. Pasien mengaku hal ini

sudah pernah dirasakan, dan keluhan ini yang kedua kalinya dalam satu tahun terakhir.

Tanda Vital : BP, HR, T : 37.0oC, RR (normal).

PemFis : Vocal fremitus menurun, wheezing(+/+)

PP : hb rendah (+), hematokrit turun (+), kreatinin darah meningkat (+)


Daftar Masalah
 Dyspneu + batuk berdahak e.c PPOK eksaserbasi akut

 Febris + batuk berdahak e.c Bacterial Infection


Assessment
1. Sesak

S: Sesak sejak 6 jam SMRS, sesak sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS, dan memberat
dalam beberapa hari terakhir dan diperberat bila beraktifitas.

O: Tanda Vital : BP : 110/70, HR : 90x, RR 20x , T : 37.0oC.

A: Dyspneu e.c PPOK eksaserbasi akut

P: - O2 Via nasal kanul 2-3 liter

- Nebu Combivent /8 jam

- Metilprednisolone 8 mg 3x1

- Ranitidine inj 2x1


Assessment
2. Batuk Berdahak + Febris

S: Keluhan sesak disertai batuk berdahak, dengan warna dahak kekuningan, darah (-), batuk
dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan febris. Febris dirasakan naik turun dan
hilang dengan obat penurun panas.

O: Tanda Vital : BP : 110/70, HR : 90x, RR 20x , T : 37.0oC.

A: Febris + batuk berdahak e.c Bacterial Infection

P: - Ceftriaxone 1 x 2gr IV

- Ambroxol tab 3x1 PO


TINJAUAN PUSTAKA
Definisi PPOK

PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat


ditangani, yang memiliki karakteristik gejala pernapasan yang menetap
dan keterbatasan aliran udara, dikarenakan abnormalitas saluran napas
dan/atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas atau partikel
berbahaya.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Epidemiologi
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survai Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan
terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena
asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab tersering kematian di
Indonesia.

Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut :


• Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %)
• Pertambahan penduduk
• Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an
• Industrialisasi
• Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Klasifikasi PPOK
Klasifikasi PPOK :
A. Bronkitis Kronik
 Bronkitis Kronik adalah inflamasi kronik pada mukosal bronkial yang menyebabkan gejala
batuk kronik berdahak untuk 3 bulan pada setiap 2 tahun berturut-turut.

B. Emfisema
 Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-
paru.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Faktor Risiko
 Asap tembakau
 Polusi dalam ruangan
 Polusi luar ruangan
 Paparan pekerjaan
 Faktor genetik
 Usia dan Jenis kelamin
 Petumbuhan dan perkembangan paru
 Status sosioekonomi
 Asma dan hiperreaktifitas jalan napas
 Infeksi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Patogenesis

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

 Riwayat merokok
 Riwayat terpajan zat iritan di tempat kerja atau lingkungan
 Riwayat penyakit dahulu : asma, alergi, sinusitis, polip hidung.
 riwayat keluarga dengan PPOK atau penyakit pernapasan kronil lainnya.
 Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, infeksi saluran napas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara
 Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi • lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
• Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Hipertropi otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan
edema tungkai
• Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi • Pada emfisema fremitus melemah,


• sela iga melebar
Perkusi • Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,
• letak diafragma rendah,
• hepar terdorong ke bawah
Auskultasi • suara napas vesikuler normal, atau melemah
• terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
• ekspirasi memanjang

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Pemeriksaa Penunjang
FAAL PARU

SPIROMETRI (VEP1, • Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau
VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) <
VEP1/KVP) 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % .
• Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak
lebih dari 20%

Uji bronkodilator • Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada


gunakan APE meter.
• Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15
- 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE,
perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
• Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin Radiologi Foto


 HB,  toraks PA dan lateral berguna untuk
menyingkirkan penyakit paru lain Pada
 HT, emfisema terlihat gambaran :
 LEUKOSIT  Hiperinflasi
 Hiperlusen
 Ruang retrosternal melebar
 Diafragma mendatar
 Jantung menggantung (jantung pendulum
/ tear drop / eye drop appearance)

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Diagnosis Banding
 Asma
 SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca Tuberculosis)
 Pneumotoraks
 Gagal Jantung Kronik
 Penyakit paru dengan obstruksi saluran nafas lain misal :
bronkiektasis, destroyed lung.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Diagnosis Banding
 
Asma PPOK SOPT
Timbul pada usia muda ++ - +
Sakit mendadak ++ - -
Riwayat merokok +/- +++ -
Riwayat atopi ++ + -
Sesak dan mengi berulang +++ + +
Batuk kronik berdahak + ++ +
Hipereaktifitas bronkus +++ + +/-
Reversibility obstruksi ++ - -
Variability harian ++ + -
Eosinophil sputum + - ?
Neutrophil sputum - + ?
Makrofag sputum + - ?

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Edukasi
 Tujuan Edukasi
 Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
 Melaksanakan pengobatan yang maksimal
 Mencapai aktiviti optimal
 Meningkatkan kualiti hidup

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Skala Prioritas Edukasi

 Berhenti merokok
 Pengunaan obat - obatan
 Penggunaan oksigen
 Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
 Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
 Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
 Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Farmakologi
Farmakologi Terapi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Bronkodilator
• Obat-obatan bronkodilator adalah pusat dari manajemen gejala COPD yang simtomatik
• Perawatan bronkodilator utama adalah β-agonis, antikolinergik, dan metilxantin yang
digunakan secara tunggal atau kombinasi
• Perawatan teratur bronkodilator kerja lama lebih banyak efektif dan nyaman daripada
perawatan dengan brnkodilator kerja singkat
• LABA dan LAMA sangat signifikan memperbaiki fungsi paru, sesak, dan kekambugan
serangan
• LAMA memiliki efek besar dalam mengirangi serangan dibandingkan dengan LABA
• Kombinasi LAMA dan LABA meningkatakn FEV1 dan menurunkan gejala dibandingkan
monoterapi.
Anti Inflamasi terapi
• Kombinasi ICS dan LABA sangat efektif meningkatkan fungsi paru, status kesehatan, dan
mengurangi serangan pada pasien dengan eksaserbagi moderate sampai very severe
• Kombinasi ICS, LABA dan LAMA sangat efektif meningkatkan fungsi paru, status
kesehatan, dan mengurangi serangan pada pasien dibandingkan dengan monoterapi.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
PDE4 inhibitor
• Pada pasien dengan derajat berat sampai sangat berat dan memiliki riwayat eksaserbasi
1. PDE4 inhibitor meningkatkan fungsi paru dan menurunkan eksaserbasi sedang dan berat
2. PDE4 inhibitor memperbaiki faal paru dan menurunkan eksaserbasi pada pasien dengan
fixed-dose LABA/ICS combinasi.
Antibiotik
• Penggunaan azitromycin dan erytromicin jangka panjang menurunkan eksaserbasi lebih
dari satu tahun
• Pengobatan azitromycin di hubungkan dengan peningkatan resistensi bakteri dan gangguan
pendengaran.
Mucoregulatro dan antioksidan
• Pengobatan yang reguler dengan mukolitik seperti erdosteine, carbocysteine dan NAC
menurunkan risiko eksaserbasi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Sesak
 Untuk pasien dengan sesak napas terus-menerus pada monoterapi bronkodilator long
acting, disarankan untuk menggunakan dua bronkodilator.
 Jika penambahan bronkodilator kerja lama kedua tidak meningkatkan gejala, kami
menyarankan pengobatan dapat diundurkan lagi ke monoterapi. Mengganti perangkat atau
molekul inhaler juga dapat dipertimbangkan.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
 Untuk pasien dengan sesak napas persisten dengan pengobatan
LABA / ICS, LAMA dapat ditambahkan untuk meningkat menjadi
terapi tiga jenis
 Pada semua tahap, dispnea karena penyebab lain (bukan PPOK)
harus diselidiki dan diobati dengan tepat. Teknik inhalasi dan
kepatuhan harus dipertimbangkan sebagai penyebab respons
pengobatan yang tidak adekuat.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Eksaserbasi
 Untuk pasien dengan eksaserbasi persisten pada monoterapi bronkodilator long acting, eskalasi
untuk LABA / LAMA atau LABA / ICS direkomendasikan. LABA / ICS mungkin lebih disukai
untuk pasien dengan riwayat atau temuan yang menunjukkan asma.
 Jumlah eosinofil darah dapat mengidentifikasi pasien dengan kemungkinan yang lebih besar dari
respons menguntungkan terhadap ICS.
 Untuk pasien dengan satu eksaserbasi per tahun, kadar darah perifer ≥ 300 eosinofil / μL
mengidentifikasi pasien yang lebih mungkin menanggapi pengobatan LABA / ICS.
 Untuk pasien dengan ≥ 2 eksaserbasi moderat per tahun atau setidaknya satu eksaserbasi parah
yang membutuhkan rawat inap pada tahun sebelumnya, pengobatan LABA / ICS dapat
dipertimbangkan dengan jumlah eosinofil darah ≥ 100 sel / μL, karena efek ICS lebih jelas pada
pasien dengan eksaserbasi lebih besar frekuensi dan / atau tingkat keparahan.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Eksaserbasi
 Pada pasien eksaserbasi lebih lanjut pada terapi LABA / LAMA, kami
menyarankan dua jalur alternatif. Jumlah eosinofil darah <100 sel / μL
dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan rendah respons ICS
yang menguntungkan:
 Peningkatan ke LABA / LAMA / ICS. Respon menguntungkan setelah
penambahan ICS dapat diamati pada jumlah eosinofil darah ≥ 100 sel / μL, dengan
besarnya respon yang lebih besar lebih mungkin dengan jumlah eosinofil yang
lebih tinggi.
 Tambahkan roflumilast atau azithromycin jika darah eosinofil <100 sel / μL.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Eksaserbasi
 Jika pasien pengobatan dengan LABA / LAMA / ICS yang masih terjadi eksaserbasi, opsi
berikut dapat dikeluarkan:
 Tambahkan roflumilast. Ini dapat dipertimbangkan pada pasien dengan FEV1 <50% diprediksi dan
bronkitis kronis, terutama jika mereka harus rawat inap untuk eksaserbasi pada tahun sebelumnya.
 Tambahkan makrolid. Bukti terbaik yang tersedia untuk penggunaan azitromisin, terutama pada
mereka yang bukan perokok saat ini.
 Menghentikan ICS. Ini dapat membantu jika ada efek samping (seperti pneumonia) atau disetujui
kurang efektif.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Nonfarmakologi
Rehabilitasi

 Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan


dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK
 Komponen rehabilitasi latihan fisis, psikososial dan latihan
pernapasan.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Nutrisi
 Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
 Penurunan berat badan
 Kadar albumin darah
 Antropometri
 Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)
 Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Terapi Oksigen
 Indikasi
 Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
 Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
 Terapi oksigen dapat diberikan di rumah atau di rumah sakit
 Jika dirumah dapet diberikan selama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen
dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah
hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Ventilasi Mekanik
 Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut,
gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat
dengan napas kronik.
 Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Ventilasi Mekanik

 Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara


 ventilasi mekanik tanpa intubasi
 Nonivasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV)
 Negative Pessure Ventilation (NPV)
 ventilasi mekanik dengan intubasi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Terapi Pembedahan
 Memperbaiki fungsi paru
 Memperbaiki mekanik paru
 Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi
 Memperbaiki kualiti hidup

 Operasi Paru yang dapat dilakukan


 Bulektomi
 Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey (LVRS)
 Transplantasi paru
 Bronkoskopi intervensi

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Pencegahan

1. Mencegah terjadinya PPOK


 Hindari asap rokok
 Hindari polusi udara
 Hindari infeksi saluran napas berulang

2. Mencegah perburukan PPOK


 Berhenti merokok
 Gunakan obat-obatan adekuat
 Mencegah eksaserbasi berulang

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Komplikasi

 Gagal napas
 Gagal napas kronik
 Gagal napas akur pada gagal napas kronik
 Infeksi berulang
 Kor pulmonal

- Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
- Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
Daftar Pustaka
 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2018. Global
Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
 Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik oleh
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Tumor Parotis
    Tumor Parotis
    Dokumen21 halaman
    Tumor Parotis
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis
    Appendisitis
    Dokumen23 halaman
    Appendisitis
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Paru
    Tutorial Paru
    Dokumen26 halaman
    Tutorial Paru
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Lapkas KAD
    Lapkas KAD
    Dokumen20 halaman
    Lapkas KAD
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • BPH
    BPH
    Dokumen31 halaman
    BPH
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Batu Saluran Kemih
    Batu Saluran Kemih
    Dokumen24 halaman
    Batu Saluran Kemih
    Anonymous J2laZdUi9
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Thoraks Laras
    Kegawatdaruratan Thoraks Laras
    Dokumen37 halaman
    Kegawatdaruratan Thoraks Laras
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Refreshing LBP
    Refreshing LBP
    Dokumen37 halaman
    Refreshing LBP
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Tumor Parotis
    Tumor Parotis
    Dokumen21 halaman
    Tumor Parotis
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Topik
    Diskusi Topik
    Dokumen2 halaman
    Diskusi Topik
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • KATPENGhipoksia Janin
    KATPENGhipoksia Janin
    Dokumen2 halaman
    KATPENGhipoksia Janin
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hati
    Sirosis Hati
    Dokumen22 halaman
    Sirosis Hati
    refidani
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Kehamilan Kel4 OBGYN Bunut
    Pemeriksaan Kehamilan Kel4 OBGYN Bunut
    Dokumen17 halaman
    Pemeriksaan Kehamilan Kel4 OBGYN Bunut
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Hipoksia Janin
    Hipoksia Janin
    Dokumen32 halaman
    Hipoksia Janin
    Putri Liyoni Suci
    100% (1)
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen6 halaman
    Tinjauan Pustaka
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Lapkas SH
    Lapkas SH
    Dokumen24 halaman
    Lapkas SH
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipoksia
    Referat Hipoksia
    Dokumen6 halaman
    Referat Hipoksia
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Referat Sirosis Hepatis
    Referat Sirosis Hepatis
    Dokumen25 halaman
    Referat Sirosis Hepatis
    refidani
    Belum ada peringkat
  • Lapkas ASMA
    Lapkas ASMA
    Dokumen22 halaman
    Lapkas ASMA
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen21 halaman
    Referat
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Omsk
    Lapkas Omsk
    Dokumen26 halaman
    Lapkas Omsk
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Kista Preauri
    Lapkas Kista Preauri
    Dokumen16 halaman
    Lapkas Kista Preauri
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Kista Preauri
    Lapkas Kista Preauri
    Dokumen16 halaman
    Lapkas Kista Preauri
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Refreshing
    Refreshing
    Dokumen15 halaman
    Refreshing
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Paru
    Tutorial Paru
    Dokumen26 halaman
    Tutorial Paru
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • MORPOT XX
    MORPOT XX
    Dokumen19 halaman
    MORPOT XX
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • REFERAT
    REFERAT
    Dokumen37 halaman
    REFERAT
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Paru
    Tutorial Paru
    Dokumen26 halaman
    Tutorial Paru
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat
  • REFERAT
    REFERAT
    Dokumen46 halaman
    REFERAT
    KOAS KLENDER FKK UMJ
    Belum ada peringkat