Anda di halaman 1dari 24

ENSEFALOPATI HIPERTENSI

FADIL EFENDI AZIS | 111 2019 1022


DEFINISI

 Ensefalopati : segala macam penyakit difus pd


otak yg menyebabkan kelainan fungsi &
struktur otak  kejang & gang. sensoris sbg
suatu keadaan emergensi.

 Hipertensi : salah satu kondisi medis yang


ditandai oleh peningkatan tekanan sistolik dan
atau tekanan diastolik. Menurut JNC 7
KLASIFIKASI HIPERTENSI

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage
1 140-159 90-99
Hipertensi stage
2 ≥160 ≥100
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Halaman 1079
DEFINISI
Ensefalopati Hipertensi

Hipertensi Ensefalopati adalah sindrom klinik akut


reversibel yang dicetuskan oleh kenaikan tekanan
darah secara mendadak sehingga melampaui batas
autoregulasi otak. HE dapat terjadi pada normotensi
yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi
160/100 mmHg. Sebaliknya mungkin belum terjadi
pada penderita hipertensi kronik meskipun tekanan
arteri rata-rata mencapai 200 atau 225 mmHg
KRISIS HIPERTENSI
 Setiap jenis hipertensi, dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah diastolik
sangat meningkat sampai 120 – 130 mmHg
yang merupakan suatu kegawatan medis dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan
tepat
KRISIS HIPERTENSI
The Fifth Report of the Joint National Comitte of Detection, Evaluation, and Tretment
of High Blood Pressure (JNCV) :
 Hipertensi emergensi : peningkatan TD sistolik atau
diastolik > 120 mmHg disertai proses kerusakan
target organ yaitu otak, jantung, ginjal, mata. o/k itu
TD hrs diturunkan dalam satu sampai beberapa jam

 Hipertensi urgensi peningkatan TD sistolik atau


diastolik > 120 mmHg dengan tanpa kerusakan /
komplikasi minimum target organ, TD dirurunkan
dalam 24 jam sampai batas aman terapi parenteral
FAKTOR RESIKO
 Penderita yang tidak minum obat atau minum
obat anti-hipertensi yang tidak teratur.
 Kehamilan
 Penggunaan napza
 Penderita dengan rangasangan simpatis tinggi,
seperti luka bakar berat, penyakit vaskular dan
trauma kepala.
 Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim
ginjal
EPIDEMIOLOGI
 Banyak ditemukan pada usia pertengahan dengan riwayat
hipertensi essensial sebelumnya.
 Penelitian di USA: sebanyak 60 juta orang yang menderita
hipertensi, kurang dari 1 % mengidap hipertensi emergensi
 Mortalitas dan morbiditas hipertensi bergantung pada tingkat
keparahan yang dialami.
 Populasi >45 tahun
 Laki-laki: Perempuan = 5 : 4
 di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di
Papua Barat (17,6 %)
ETIOLOGI
 Penyakit kronis parenkim ginjal
 Glomerulonefritis akut
 Penghentian agen hipertensi seperti clonidin
 Ensefalitis / meningitis
 Eklamsia atau preeklamsia
 Trauma kepala
 Penyakit kolagen vaskuler
 Hiperaktivitas otonom
 Vaskulitis
 Konsumsi kokain, amfetamin, pensiklidin
PATOFISIOLOGI EH
 Normal : autoregulasi peredaran darah
serebral
 Sistemik (vasoldilatasi) = pembuluh darah
serebral (vasokonstriksi). Diatur oleh aktifitas
saraf simpatis utk melindungi kerusakan jar.
otak
 Cerebral blood flow konstan pada MAP 60
dan 120 mmHg
PATOMEKANISME
Patofisiologi Ensefalopati Hipertensi akibat Reaksi Autoregulasi yang Berlebihan

↑↑ Blood pressure

Intense reflex cerebral vasoconstriction

(Exaggerated autoregulation)

↑↑ Cerebral blood flow

Focal cerebral ischemia


Vessel wall Global cerebral
- Transient focal deficits
ischemia ischemia
- Focal seizure
Arteriolar and capillary

damage

Localized cerebral Petechial hemorrhages


edema
PATOMEKANISME
Patofisiologi Ensefalopati Hipertensi akibat Kegagalan Autoregulasi
↑↑ Blood pressure

Failure of autoregulation

Forced vasodilatation

- Hyperperfusion
Endothelial permeability
- capillary hydrostatic pressure

Cerebral edema

Hypertensive encephalopathy (headache, nausea,


vomiting, altered mental status, convulsion)
MANIFESTASI KLINIS
 Prodromal : sakit kepala 12-48 jam sebelumnya
(makin lama makin hebat), disertai muntah
 Mental confusion (penurunan kesadaran), dapat
disertai kejang
 Defisit neurologik dapat dijumpai (hemiparesis,
afasia, refleks asimetrik, nistagmus)  bersifat
sementara/reversible
 Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat
berupa defisit neurologis fokal, tanda-tanda
lateralisasi yang bersifat reversible maupun
irreversible yang mengarah ke perdarahan cerebri
atau stroke.
MANIFESTASI KLINIS

 Microinfark dan peteki pada salah satu bagian


otak jarang dapat menyebabkan hemiparesis
ringan, afasia atau gangguan penglihatan.
 Manifestasi neurologis berat muncul jika telah
terjadi hipertensi maligna atau tekanan diastolik
>125mmHg disertai perdarahan retina, eksudat,
papiledema, gangguan pada jantung dan ginjal.6
DIAGNOSIS
 Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesis
singkat. Hal yang penting ditanyakan :
 Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
 Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
 Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.
 Gejala sistem saraf ( sakit kepala, rasa melayang, perubahan
mental, ansietas ).
 Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ).
 Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif
dan edema paru, nyeri dada ).
 Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
 Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
PEMERIKSAAN LANJUTAN
 Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD (
baring dan berdiri ) mencari kerusakan organ
sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif ).
 Pemeriksaan penunjang :
a. darah : rutin, creatinine, elektrolit.
b. urine : Urinelisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada edema paru ( dapat
ditunggu setelah pengobatan terlaksana ).
GAMBARAN CT SCAN HIPERTENSI ENSEFALOPATII

Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala pada wanita 55


tahun dengan Ensefalopati Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya
lesi white matter yang terkonsentrasi pada bagian posterior otak
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS

 DUBIA
 Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang
efektif survival penderita hanyalah 20% dalam 1
tahun.Kematian sebabkan oleh uremia (19%),
payah jantung kongestif (13%), cerebro vascular
accident (20%),payah jantung kongestif disertai
uremia (48%), infrak Mio Card (1%), diseksi
aorta (1%).
TERAPI HE dengan NIFEDIPIN
NIFEDIPIN SUBLINGUAL 0,1 mg/kgbb
Dinaikkan 0,1 mg/kgbb/kali setiap 5 mnt,
pada 30 mnt pertama, lalu setiap 15 menit
pada 1 jam,selanjutnya tiap 30 menit (dosis
maksimal 10mg/kali)
DIASTOLIK 90-
+ LASIX 1mg/KgBB/kali, 2x sehari (iV), oral 100 mmHG
bila KU baik
__________________________________
+ bila tensi tidak turun KAPTOPRIL 0,3
mg/kgbb/kali 2-3 x sehari (maks.2
mg/kgbb/kali

Tekanan darah diukur setiap 5 menit pada


15 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 STABIL
jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit NIFEDIPIN RUMAT
sampai tensi diastolik<100 mmHg, 0,2 mg-1 mg/kgbb/hari, 3-4 x
selanjutnya tiap 1-3 jam sampai tensi stabil
TERAPI HE dengan
KLONIDIN
Klonidin drip 0,002 mg/kgbb/8jam dalam
100cc glukosa 5% (12 tts mikro) dinaikkan
tiap 30 mnt hingga max.
DIASTOLIK 90-
100 mmHG
+ LASIX 1mg/KgBB/kali IV
_________________________________
KAPTOPRIL oral 0,3 mg/kgbb/kali 2-3 x
sehari (maks.2 mg/kgbb/kali

STABIL
Klonidin stop
Kaptopril terus
PENUTUP

 Hipertensi emergensi/ensefalopati dapat


mengancam jiwa
 Penurunan tensi harus bertahap sesuai pedoman
 Tahap pertama dipakai obat short acting
 Lakukan pemantauan TD secara ketat
 Drug of choice untuk hipertensi emergensi adalah
Sodium Nitroprusside.
 Nifedipine, Clinidine, merupakan oral anti
hipertensi yang terpilih untuk hipertensi urgensi.
 Dari berbagai penelitian (dalam dan luar negri ) bahwa
obat oral Nifedipine dan Captopril cukup efektif untuk
mengatasi hipertensi emergensi.
 Pemberiaan diuretika pada hipertensi emergensi dimana
dibuktikan adanya volume overload seperti payah
jantung kongestif dan edema paru.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai