Anda di halaman 1dari 10

Bagian Ilmu Forensik dan Medikolegal

FK UMI
2020

RE FE RAT:
K E M AT IAN M E NDADAK

FA D I L E F E N D I A Z I S
111 2 0 1 9 1 0 2 2

PEMBIMBING:
dr. Denny Mathius, Sp.F, M.Kes
PENDAHULUAN
Banyak kematian dari kasus yang wajar terjadinya tak dapat diramalkan
sebelumnya, mendadak atau merupakan kematian tak ada yang melihat. Kematian
mendadak sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak
dalam keadaan yang sehat.
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada
24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian
besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama
timbul.
DEFINISI
1. Kematian seketika ( Instantaneous death)
2. Kematian tak terduga (Unexpected death)
3. Kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas (Unwitness death)
EPIDEMIOLOGI
• Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan
pada perempuan.
• Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI,
presentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi
9,1% (1981), 16,05 (1986) dan 19,0% (1995).
ETIOLOGI
Sistem Kardiovaskuler

Sistem Respirasi

Sistem Saraf Pusat

Sistem Pencernaan

Sistem Urogenital

Sebab-sebab Lain
KEPENTINGAN AUTOPSI
FORENSIK
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik maupun
emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnya sedang berolahraga,
melakukan ujian, dan lain sebagainya.
2. Jenazah dalam keadaan mencurigakan, misalnya korban tanpa kelainan apa-apa
dengan dengan pakaian rapi ditemukan meninggal, atau meninggal di tempat
tidur sendirian.
Menyebutkan beberapa kondisi yang mendukung untuk dilakukannya autopsi pada kasus mati
mendadak, yaitu:
1. Jika jenazah ditemukan dalam keadaaan yang mencurigakan, seperti ditemukan adanya tanda
kekerasan. Kadang kematian mendadak yang disebabkan penyakit dapat dipacu oleh adanya
kekerasan yang disengaja tanpa meninggalkan tanda pada tubuh korban. Umur korban juga
memegang peranan penting dalam menentukan, apakah korban perlu dilakukan autopsi atau tidak.
Mati mendadak jarang terjadi pada usia muda, jadi kecurigaan adanya unsur kriminal perlu lebih
diperhatikan dibanding pada orang tua.
2. Autopsi dilakukan atas permintaan keluarga, yang ingin mengetahui sebab kematian korban.
3. Autopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi.
Kematian mendadak yang tidak mendatangkan kecurigaan pada prinsipnya tidak
perlu dilakukan autopsi. Baru jika penyidik merasa ada kecurigaan atau tidak
mampu untuk menentukan adanya kecurigaan mati tidak wajar, maka dokter
sebetulnya mutlak untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian yang
sebenarnya. Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalu
pemeriksaan toksikologi harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan toksikologi,
penegakan sebab mati menjadi kurang tajam.
KESIMPULAN
Kematian mendadak meliputi kematian seketika, kematian tak terduga dan
kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas. Penyebab kematian
mendadak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut sistem dalam
tubuh, di mana kelompok penyakit sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem
saraf, sistem pencernaan, sistem saluran kencing, sistem genital dan sebab lain.
Kematian mendadak dalam aspek forensik selalu dianggap tidak wajar sampai
dibuktikan merupakan kematian wajar. Untuk menetukan sebab kematian, perlu
dilakukan otopsi dan dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai