Anda di halaman 1dari 25

Bagian THT-KL REFERAT

FK UMI
2020

RE FE RAT:
RHINITIS ALERGI

FA D I L E F E N D I A Z I S
111 2 0 1 9 1 0 2 2

PEMBIMBING:
dr. Andi Tenri Sanna, Sp.THT-KL
PENDAHULUAN
Alergi adalah respon jaringan yang berubah terhadap antigen spesifik atau
alergen. Hipersensitivitas pejamu bergantung pada dosis antigen, frekuensi
paparan, polesan genetik dari individu tersebut, dan kepekaan relatif tubuh pejamu.
Rinitis alergika terjadi bilamana suatu antigen terhadap seorang pasien telah
mengalami sensitisasi, merangsang satu dari enam reseptor neurokimia hidung,
yaitu: reseptor histamine H1, adrenoreseptor-alfa, adrenoreseptor-beta2,
kolinoreseptor, reseptor histamine H2, dan reseptor iritan.
A N AT O M I
A N AT O M I
DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yang
atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.1
Definisi menurut WHO ARIA ( Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma) tahun
2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta
penderita dari seluruh etnis dan usia. Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta
warganya menderita rinitis alergi.
• Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan, sedangkan pada dewasa prevalensi rinitis alergi laki-laki sama
dengan perempuan dan menurun sejalan dengan usia.
ETIOLOGI

Alergi Alergi
Inhalan Ingestan

Alergi Alergi
Injektan Kontaktan
GEJALA KLINIS
• Bersin berulang pada pagi hari,
• Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak,
• Hidung tersumbat,
• Hidung dan mata gatal,
• Kadang- kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi).
PAT O G E N E S I S
KLASIFIKASI
Klasifikasi AR saat ini mempertimbangkan kriteria berikut:
1. Gejala penyebab alergen
2. Durasi gejala
3. Keparahan gejala klinis
4. Patofisiologi penyakit
KLASIFIKASI
Menurut kriteria pertama, sebagian termasuk etiologi penyakit,

Rinitis alergi musiman ( seasonal, hay fever, polinosis).

Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial).

Rinitis alergi episodik (EAR)


KLASIFIKASI
Berdasarkan kriteria kedua, yaitu durasi Penyakit

bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih


Intermitten dari 4 minggu.

bila gejala kurang dari 4 hari/minggu Persisten / Menetap


atau kurang dari 4 minggu.
KLASIFIKASI
Menurut kriteria ketiga, AR diklasifikasikan sebagai ringan atau sedang / berat (klasifikasi asli
ARIA, oARIA), tergantung pada dampak penyakit pada pengukuran kualitas hidup berikut :
• Kegiatan dan olah raga sehari-hari,
• Kehadiran di sekolah / kerja,
• Tidur, dan
• Kebutuhan terapi,
Klasifikasi ARIA, ada tingkat keparaha rhinitis alergi
• Rhinitis Alergi Ringan, tidak ada dampak pada aspek kualitas hidup yang disebutkan di atas.
• Rhinitis Alergi sedang/ berat, terdapat efek samping pada satu atau lebih item di atas.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang lebih rinci telah diusulkan, yang terdiri dari tiga tingkat keparahan
AR: ringan, sedang dan berat. Berbeda dengan oARIA, sistem yang direvisi disebut
sebagai klasifikasi ARIA (mARIA) yang dimodifikasi.
• Bentuk ringan, didefinisikan dengan cara yang sama seperti di oARIA.
• Bentuk sedang, penyakit mempengaruhi keberadaan satu, dua atau tiga dari
empat (a, b, c, d) elemen penilaian keparahan AR yang disebutkan di atas.
• Bentuk parah, dampak penyakit terlihat di keempat elemen.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kriteria keempat di atas, yaitu patofisiologi, AR dibagi menjadi:
• tipe yang dimediasi IgE
• non-IgE.
Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Anamnesis DIAGNOSIS Penunjang

In vitro In vivo
TATA L A K S A N A

Anti Histamin generasi 2 oral Antagonis reseptor leukotrien oral


• Fexofenadine Montelukast
• Loratadine
• Desloratadine
• Cetirizine

Decongestan Oral
TATA L A K S A N A
Kortikosteroid Intranasal Antihistamin Intranasal
• Flutikason ● Azelastine
● Olopatadine
• Beclomethasone
• Mometasone
• Budesonide

Antikoligernik Intranasal
● Ipratropium bromida
TATA L A K S A N A
Tindakan Operatif Bedah
• Deviasi septum hidung

• Hipertrofi adenoid
• Polip hidung
• Sinusitis rekuren / kronis
TATA L A K S A N A
Imunoterapi
• Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukkan IgG blocking antibody dan
penurunan IgE. Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu
intradermal dan sub-lingual.
KOMPLIKASI

Polip Hidung Otitis Media

Gangguan
Sinusitis
fungsi
Paranasal
tubaEustachius
PROGNOSIS
• Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati. Pada kasus yang lebih parah dapat
memerlukan imunoterapi.
• Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin dewasa akan semakin kurang
sensitif terhadap
• jika suatu zat menjadi  penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut
dapat terus mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang.
KESIMPULAN
• Rintis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh
IgE.
• Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
 pemeriksaan penunjang
• Pada  pemeriksaan fisik, pada rinoskopi anterior dijumpai mukosa edema basah,
berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak.
• Penatalaksanaan dari rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan allergen,
medikamentosa, operatif, imunoterapi, dan edukasi kepada pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai