Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI CBL

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OSTEOCHONDRITIS

DISUSUN OLEH :
Fadil Efendi Azis 11120191022
Nurfidya K. Patuma 11120192116

PEMBIMBING :
dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT, FINACS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
I. Pendahuluan
Istilah 'osteochondrosis' atau 'osteochondritis' selama bertahun-
tahun telah diterapkan pada sekelompok kondisi di mana ada batasan,
kadang-kadang pemisahan dan nekrosis dari segmen kecil cartilago
articularis dan tulang. Daerah yang terkena menunjukkan banyak ciri dari
nekrosis dan iskemik, termasuk kematian sel-sel tulang pada fragmen
osteoarticular, pembuluh darah reaktif, dan osteogenesis di sekitar tulang.
Gangguan tersebut terjadi terutama pada remaja dan dewasa muda,
sering selama fase dimana aktivitas fisik meningkat, dan dapat didahului
oleh trauma atau stres yang berulang.
Patogenesis lesi ini masih belum sepenuhnya dipahami. Pengaruh
cedera dapat menyebabkan edema atau perdarahan di tulang
subarticular, sehingga kapiler tertekan atau trombosis dan terjadi iskemik
lokal. Kejadian yang gawat mungkin menjadi fraktur osteochondral yang
kecil, terlalu lemah untuk tampak pada pemeriksaan x-ray tetapi sering
terlihat pada MRI. Jika retakan gagal disatukan, fragmen yang terisolasi
mungkin kehilangan suplai darah dan menjadi jaringan nekrotik. Cedera
traksi mungkin juga merusak suplai darah ke apophysis. Namun, kita
berpikir bahwa harus ada faktor predisposisi lain, kondisi ini kadang-
kadang multifokal dan kadang-kadang terdapat dalam keluarga.

II. Definisi
Osteochondritis dissecans (OCD) adalah lesi patologis yang terjadi
pada cartilago articularis dan tulang subchondral. Gangguan ini paling
sering terjadi pada lutut, tetapi juga dapat terjadi pada lokasi lain seperti
kapitulum humerus, kaput femur, dan talus. Lokasi yang paling umum di
lutut adalah kondilus femur medialis (Gambar 1).
Lesi diduga hasil dari tekanan kecil berulang ke tulang subchondral
yang mengganggu suplai darah ke area tulang. Tulang osteonekrosis
menjadi terpisah dari tulang sekitarnya oleh jaringan fibrosa. Seiring
waktu, osteonekrosis yang dihasilkan melemahkan daerah yang terlibat,
dan gaya geser pada fraktur secara bertahap mematahkan permukaan
cartilage artikularis. Pada akhirnya, bagian osteonekrotik dapat menjadi
fragmen dan menjadi ‘loose bodies’ pada sendi.

Gambar 1. Gambar Lutut. Lokasi yang paling sering pada osteochondrotis


dissecan di lutut adalah pada kondilus femur medialis. (Dikutip dari kepustakaan)

III. Anatomi Sendi Lutut


Gambar 2. Otot-Otot pada Ekstremitas Inferior yang berhubungan dengan sendi
Lutut. (Dikutip dari kepustakaan)

Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua


buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan
ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi
dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan.
Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan
pada tubuh
Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang
menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari
sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk
menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain:
 Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
 Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang
bersendi supaya jangan lepas bila bergerak
 Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang
mengatur luasnya gerakan.
 Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi.
 Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang
merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi
sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan
tubuh.
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan
dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat
dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio.
Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat
menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan
ligamentum di sekitar sendi.

Gambar 3. Artikulatio Genu (Dikutip dari kepustakaan)

Jenis Sendi pada Lutut


Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial
(synovial joint ), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang
berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang
bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih
kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.
Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh
lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang
merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini
terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul
sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap
berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan.
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :

1. Lapisan luar : disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan


connective yang kuat yang tidak teratur. Dan akan berlanjut
menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian
tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk
ligamentum.
2. Lapisan dalam: disebut juga synovial membran, bagian dalam
membatasi cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari
articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan
jaringan connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial
yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial.
Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari
polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini
mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari
cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan
sendi sehingga sendi mudah digerakkan

Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur
dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi
femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada
segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur,
dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan
anteroinferior.
Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel
( mono axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu
sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang
satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave
pada tulang lainnya.

Anatomi Sendi Lutut


Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh
manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai
bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris
diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang
terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris
femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel,
tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :

1. condyloid articulatio di antara dua femoral condylus dan meniscus


dan berhubungan dengan condylus tibiae
2. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal
dari patella dan femur.

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk
bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago
semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah
femur dengan patella. Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi
oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis
tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.

Ligamentum Pada Sendi Lutut


A. Ligamentum Extracapsular

1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah
melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini
sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama
m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi
oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh
sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis
memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada
condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum
fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui
jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari
meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan
melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada
bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae.
Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m.
semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior
dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial
dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada
dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok
ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua
meniscus, terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang
ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya, sehingga sering
tidak dijumpai pada sebagian orang.

B. Ligamentum Intra Capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang


sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini
terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan
perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan
pengikat utama antara femur dan tibiae.
1. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae
dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat
pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis
femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan
akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum
cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke
posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan
fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik
ke posterior.
2. Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area
intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas , depan dan
medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral
condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi
lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi
tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila
sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior
akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

Cartilago Semilunaris (Meniscus )


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C ,
yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal
dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan
membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus
tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

1. Cartilago Semilunaris Medialis


Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih
lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area
intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago
semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area
intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat
pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena
perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu
anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan
eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area
intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari
cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke
condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari
ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian
kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang
demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada
tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris
medialis.

Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon
m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan
anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut
sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal
dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae
menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada
ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula articularis ini
menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari
tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan ,
lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah.
Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada
bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini
merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian ,
berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae.
Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir
tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi
kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior
dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo
infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.

Bursa pada Sendi Lutut


Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di
bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon
origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang
sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus.
Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan
enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat
terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.
A. Bursa Anterior

1. Bursa Supra Patellaris


Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat
dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.
3. Bursa Infrapatellaris Superficialis
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah ligamentum patellae
4. Bursa Infapatellaris Profunda
Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae
dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi
melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang
terjadi.

Bursa Posterior

1. Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan
berhubungan dengan rongga sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan
sering berhubungan dengan rongga sendi.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan:


1. tendon insertio m. biceps femoris
2. tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu
berjalan ke insertionya pada tibia.
3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius
4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

Persarafan Sendi Lutut


Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari
nervus yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk
mengatur pergerakan pada sendi lutut.

Sehingga sendi lutut disarafi oleh :


1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis

Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari
descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri
popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang
ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian
akan memasuki vena femoralis.

Sistem Limfe
Sistem limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan
fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan
lymph node sub inguinal superficialis.
Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal,
dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep
inguinal lymph node.

Pergerakan Sendi Lutut


Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan
sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris ,
semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis ,
m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya
tungkai bawah bagian belakang dengan paha.
Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula
oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi
lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta
ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum
obliquum menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum
posterior juga dieratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami
ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi , rotasi medial dari femur
mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari
sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku.

Gambar 4. Articulation Genu (Dikutip dari kepustakaan)

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan


cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus
femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi
dikatakan dalam keadaan terkunci.
Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat
menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan
cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke
depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak
menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu
ekstensi berlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak
kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada
garis bentuk condylus femoris yang berubah. Selama tahap akhir
ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris
bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak
ke depan.
Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-
ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk
memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa
mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m.
popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus
lateralis femoris bergerak mundur , perlekatan m. popliteus pada cartilago
semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago
semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus
yang berubah.
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 0 maka kemungkinan
rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan
m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris.
Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di
gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan
karena ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum sedang dalam
keadaan kendur.
Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada
kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan
kigamentum. Dari faktor-faktor ini, tonus otot berperan sangat penting, dan
menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini ,
terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.

Epifisis dan Lempeng Epifisis


Lempeng epifisis tulang rawan yang berbentuk diskus (piringan)
yang terletak antara epifisis dan metafisis. Lempeng epifisis merupakan
bagian tulang yang bertanggungjawab dalam perkembangan dan
pertumbuhan memanjang pada tulang matur. Terdapat beberapa tempat
osifikasi dalam tubuh, yaitu pusat osifikasi primer, yang bertanggungjawab
untuk pertumbuhan tulang-tulang kecil seperti tulang lunatum, navikular,
talus; pada tulang panjang dikenal adanya pusat osifikasi sekunder atau
epifisis tekanan, misalnya kaput femur dan sendi lutut; dikenal pula
adanya epifisis traksi atau apofisis pada daerah trochanter mayor,
trochanter minor, tuberculum mayus humeri, sehingga perkembangan dan
pertumbuhan tulang pada temat-tempat tersebut dapat terjadi melalui
tekanan atau tarikan yang sesuai dengan hokum Wolff. Proses
pertumbuhan ini terus-menerus pada manusia selama hidupnya.

Gambar 5. Epiphysis dan Physis (Dikutip Dari kepustakaan)

Perkembangan dan pertumbuhan sistem musculoskeletal


merupakan suatu proses yang berkelanjutan dimana terjadi pembentukan,
maturasi serta perombakan dari jaringan mesenkim, pembentukan tulang
rawan kemudian terjadi perombakan kembali menjadi tulang.
Vaskularisasi lempeng epifisis berasal dari arteri metafisis dan
arteri epifisis. Epifisis dan lempeng epifisis mempunyai vaskularisasi yang
unik. Permukaan epifisis ditutupi oleh tulang rawan artikuler. Pembuluh
darah epifisis juga bertanggungjawab terhadap vaskularisasi sel-sel
lempeng epifisis sehingga bila terjadi iskemi pada epifisis maka akan
terjadi kerusakan lempeng epifisis yang menimbulkan gangguan dalam
pertumbuhan memanjang tulang. Pertumbuhan memanjang tulang berasal
dari lempeng epifisis dimana epifisis berkembang dalam tiga dimensi dari
zona tulang rawan sendi yang dalam.
Lempeng epifisis tersusun atas tiga lapisan, yaitu:
1. Zona pertumbuhan:
 Germinal
 Proliferasi
 Palisade
2. Zona transformasi tulang rawan:
 Hipertrofi
 Kalsifikasi
 Degenerasi
3. Zona osifikasi:
 Vascular entry
 Osteogenesis

IV. Epidemiologi
Prevalensi osteochondritis dissecans adalah antara 15 dan 30 per
100.000 dengan kejadian lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita (rasio 5: 3). Penyebab paling mungkin adalah trauma, baik dampak
tunggal atau trauma kecil yang berulang. Secara dermografi,
osteochondritis terjadi pada dua kelompok yaitu Juvenile form yaitu pada
anak-anak dengan umur sekitar 10-20 tahun dengan physis yang masih
terbuka. Adult form yaitu pada orang dewasa dengan pembentukan
tulang yang telah matang dan physis telah tertutup. Paling sering pada
terjadi laki-laki dewasa muda. Daerah yang paling sering terkena adalah
kondilus femur medialis dengan presentasi sebesar 75%. Sisanya sebesar
25% terjadi pada kapitulum humerus, kaput femur, dan talus.

V. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari osteochondritis dissecan masih
diperdebatkan selama beberapa dekade terakhir. Etiologi yang selama ini
telah diajukan adalah traumatik, vascular, osifikasi yang abnormal,
genetic, dan idiopatik. Perdebatan berlanjut, namun kebanyakan penulis
sekarang meyakini bahwa OCD merupakan hasil dari proses
multifaktorial. Trauma telah dianggap sebagai penyebab OCD. Pada lutut,
trauma langsung dapat menyebabkan fraktur transkondral, namun
predileksi OCD pada kondilus femur medialis menyatakan bahwa trauma
tidak langsung sebagai penyebab lebih mungkin. Gesekan repetitif tulang
tibia pada kondilus femoralis media sisi lateral saat rotasi interna juga
dianggap sebagai factor yang berkontribusi. Meskipun penyebab pasti
OCD masih belum jelas, kebanyakan penulis setuju bahwa mikrotrauma
berulang mempunyai peranan yang penting. Gangguan vaskularisasi
seperti iskemik telah diteliti sebagai penyebab potensial OCD.

VI. Klasifikasi
Osteochondritis dissecans pada lutut diklasifikasikan menurut
Clanton dan DeLee
Klasifikasi Osteochondritis menurut Clanton dan DeLee
Tipe I Terdiri dari area kecil yang terdapat penekanan pada tulang
subkondral
Tipe II Terdiri dari fragmen osteokondral yang terlepas sebagian.
Pada gambaran radiografi tulang akan tampak area sklerotik
tulang subkondral yang berbatas tegas, terpisah dari bagian
epifisis asalnya oleh garis radiolusen.
Tipe III Lesi yang paling sering ditemukan dan merupakan gambaran
fragmen yang lepas seluruhnya namun tetap berada di
tempatnya.
Tipe IV Lesi dengan gambaran fragmen yang lepas seluruhnya dan
juga terpisah dari tempatnya. Disebut juga badan lepas atau
‘loose bodies’.

VII. Patofisiologi
Sejumlah penyakit nekrosis idiopatik epifisis merupakan kelainan utama
yang menyebabkan nekrosis avaskuler dengan gejala sisanya dan
dikelompokkan sebagai kelompok penyakit osteokondrosis atau
osteokondritis. Osteokondritis biasanya mengenai pusat osifikasi sekunder
pada ujung tulang panjang atau pusat osifikasi primer pada tulang-tulang
keci.
Ada empat fase terjadinya osteokondritis yaitu:
1. Fase nekrosis awal (fase kehilangan vaskularisasi)
Obliterasi pembuluh darah ke epifisis oleh kausa apapun akan
menyebabkan osteosit dan sel sumsum dalam epifisis mengalami
kematian. Pada fase ini tulang belum mengalami perubahan untuk
beberapa bulan, tetapi pusat osifikasi berhenti bertumbuh oleh
karena tidak ada vaskularisasi untuk terjadinya osifikasi
endokondral.
2. Fase revaskularisasi
Pada fase ini terjadi reaksi vaskuler dari jaringan sekitar terhadap
tulang yang mati dan terjadi deposisi dan resorpsi tulang. Pada
fase ini dapat terjadi fraktur patologis pada daerah subkondral.
3. Fase penyembuhan tulang
Resorpsi dan deposisi tulang berhenti dan jaringan fibrosa serta
granulasi secara perlahan-lahan diganti oleh tulang yang baru.
4. Fase deformitas residual
Setelah tulang mengalami penyembuhan pada epifisis secara
lengkap mungkin terjadi penyembuhan sempurna, tetapi pada
sendi dengan tekanan, misalnya panggul kemungkinan besar
penyembuhan disertai perubahan dan kerusakan yang menetap
pada epifisis sehingga permukaan sendi tidak serasi lagi dan akan
menimbulkan osteoarthritis di kemudian hari.
Daerah tangensial nekrosis avaskuler pada daerah cembung
epifisis tidak lebih dari 2 cm. apapun penyebab nekrosis, yang terjadi
adalah osteosit mati tetapi permukaan cartilage articularis atau tulang
rawan sendi tetap hidup karena mendapatkan suplai makanan dari cairan
sinovia. Bagian segmen yang nekrosis ini perlahan-lahan mengalami
revaskularisasi, kemudian terjadi kombinasi antara deposisi dan resorpsi
tulang yang akan menyebabkan epifisis pada daerah konveks menjadi
rata.
Kemudian tulang rawan di atasnya masih utuh dan fragmen stabil;
selama berbulan-bulan fragmen terpisah tapi tetap dalam posisinya;
akhirnya fragmen terputus dan menjadi “loose bodies” di sendi. Lubang
kecil perlahan-lahan diisi dengan fibrokartilago, meninggalkan lekukan
pada permukaan sendi.
VIII. Gejala Klinis
Pada tahap awal tidak ditemukan gejala klinis yang menyolok,
tetapi pada saat revaskularisasi mungkin terdapat nyeri lokal, nyeri
intermitten, nyeri terutama saat berativitas, kaku, bengkak. Pada
pemeriksaan mungkin ditemukan efusi sendi dengan atrofi otot sekitar
sendi disertai gangguan pergerakan sendi. Apabila segmen yang
mengalami nekrosis terlepas sama sekali, maka segmen yang terlepas
dapat terjebak pada sendi sehingga sendi menjadi terkunci dan terasa ada
yang mengganjal pada lutut.
Pasien sebaiknya ditanyakan seberapa sering ia mengalami gejala
tersebut. Gejala yang konstan dan parah merupakan karakteristik adanya
fragmen yang lepas pada lutut. Gejala dengan frekuensi semakin
bertambah menggambarkan progresi dari lesi.

VIII. Diagnosis
Stabilisasi lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot
kuadrisep. Otot kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut
walaupun terdapat keregangan dari ligamen.
Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis arthritis.
Daerah lutut juga termasuk daerah dimana terjadi pertumbuhan anggota
gerak bawah (daerah yang aktif) dan ini mungkin sebagai salah satu
sebab daerah metafisis dari lutut sering mengalami infeksi osteomielitis
atau tumor-tumor ganas primer.
Pemeriksaan artroskopi belakangan ini memegang peranan dan
merupakan pemeriksaan rutin yang sering dilakukan dalam menegakkan
diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan dengan teknik artroskopi
digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan meniscus dan adanya
benda asing dalam sendi. Keuntungan pembedahan dengan teknik ini
adalah tidak dilakukan operasi terbuka pada lutut, penyembuhan lebih
baik dan masa pemulihan serta perawatan diperpendek.

Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi
lutut misalnya pada robekan meniscus. Dalam anamnesis harus
ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-hal yang terjadi sesudahnya serta
mekanisme dari trauma. Keadaan yang perlu ditanyakan adalah yaitu
apakah dapat menyelesaikan pertandingan waktu itu, apakah dapat
berjalan, dapat meluruskan, atau membengkokkan lutut. Beberapa
penderita dapat dengan jelas mengutarakan lututnya menjadi terkunci
(locking).

Pemeriksaan fisis
Menentukan kausa pembengkakan pada sendi
Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan
mudah dengan jalan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Penebalan tulang
Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah
yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan
dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau kista tulang.
2. Efusi sendi
Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau oleh
darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan
pemeriksaan yang disebut uji fluktuasi. Pada pemerksaan ini
telapak tangan diletakkan di atas femur distal di bagian atas dari
patella pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan
lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari
telunjuk pada pinggir patella. Tekanan dilakukan oleh tangan yang
di proksimal kantung supra-patelar sehingga cairan terdorong ke
dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi dapat dengan mudah
dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan ibu jari
yang di distal. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan
cara aspirasi.
3. Penebalan membran sinovia
Penebalan membran sinovia merupakan suatu gambaran arthritis
inflamasi kronik. Penebalan membran umumnya terjadi di atas
patella dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga
terasa hangat oleh karena proses inflamasi yang ada.

Tabel 1. Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut


1. Pemeriksaan lokal pada lutut

Inspeksi
 Kontur tulang
 Kontur jaringan lunak
 Warna dan tekstur kulit
 Adanya jaringan parut atau sinus
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut yang
normal)
 Fleksi
 Ekstensi
 Nyeri bila digerakkan
 Krepitasi bila digerakkan
Stabilitas
 Ligamentum medial
 Ligamentum lateral
 Ligamentum krusiatum anterior dan posterior: Uji drawer;
uji Lachman; Uji pivot shift lateral
Palpasi
 Suhu kulit
 Kontur tulang
 Kontur jaringan lunak
 Nyeri lokal
Kekuatan (membadingkan dengan tahanan dari pemeriksa)
 Fleksi
 Ekstensi
Uji rotasi Mc Murray
Cara berjala (gait)
2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan akibat factor
ekstrinsik
Pemeriksaan ini penting bila tidak ditemukan kelainan lokal pada
pemeriksaan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tulang
belakang dan panggul.
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal
pada lutut dapat ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.

Gerakan sendi lutut


Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting oleh karena setiap
kelainan pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada
pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi.
Secara normal gerakan fleksi pada lutut sebesar 120 0-1450 dan gerakan
ekstensi 00 dan mungkin dapat ditemukan hiperekstensi sebesar 10 0.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral
Robekan pada ligamentum medial dapat diperiksa melalui uji
abduction stress dan pada ligamentum lateral melalui uji adduction
stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi
penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan
satunya pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk
menguji ligamentum medial dan adduksi untuk menguji ligametum
lateral. Apabila ada robekan ligamentum maka dapat dirasakan
sendi bergerak melebihi batas normal.

2. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior


Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah
depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi
untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur. Sedangkan
ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan:
 Uji Drawer
Lutut difleksikan 900 dan pemeriksa duduk pada kaki
penderita untuk mencegah gerakan kaki. Dengan
meletakkan kedua tangan di belakang tibia bagian proksimal
dan kedua ibu jari pada kondilus femur, kemudian dilakukan
tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang. Kecurigaan
adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada
gerakan abnormal, baik ke depan ataupun ke belakang
(bandingkan dengan yang normal).

 Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksi 15 0-200. Satu tangan
memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan
tangan lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan
kemudian digerakkan ke depan dan ke belakang antar tibia
proksimal dan femur.
 Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemerikaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior.
Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat oleh
pemeriksa, dimana kaki kanan diangkat oleh tangan kanan
dan kaki kiri diangkat oleh tangan kiri dan lutut dalam
keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa
memutar dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah
bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yag
bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi
secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan
positif apabila kondilus lateralis tibia terelokasi secara
spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30 0-350.
3. Uji rotasi
Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniscus
dan dikenal sebagai uji Mc Murray. Pada pemeriksaan ini lutut di
ekstensikan kemudian dilakukan eksorotasi maksimal untuk
memeriksa meniscus medial atau dengan endorotasi maksimal
untuk memeriksa meniscus lateral. Penderita berbaring terlentang,
tungkai bawah dipegang, lutut difleksikan 90 0 dan dilakukan
eksorotasi maksimal dan kemudian tungkai diluruskan sambil
mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniscus, maka
penderita merasa nyeri, mungkin dapat diraba adanya krepitasi
atau terdengar suara klik dari tanduk depan atau belakang atau
bagian dari meniscus yang lompat keluar dari antara kondilus
femur. Pemeriksaan meniscus medial dilakukan dengan endorotasi
maksimal dan mempunyai prinsip serta prosedur pemeriksaan yang
sama dengan pemeriksaan eksorotasi maksimal.
4. Tes Wilson
Pada pemeriksaan ini, pemeriksa menekuk lutut yang terkena,
ditekuk 900 kemudian endorotasi tibia sambil perlahan
mengekstensikan lutut hingga ± 300, tulang tibia akan menggesek
lesi OCD pada kondilus femoralis medial dan menimbulkan nyeri.
Eksorotasi mengeliminasi nyeri karena tibia akan bergerak
menjauhi lesi OCD.

X. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis rutin pada kelainan sendi lutut yaitu foto
polos Anteroposterior (AP) dan Lateral dimana bagian dari femur dan tibia
harus terlihat. Pemeriksaan lain adalah Sky line atau pemeriksaan
tangensial yang berguna untuk mengetahui osteoarthritis patelo-femoral.
Pemeriksaan radiologis dengan kontras yaitu artrografi kadangkala
bermanfaat pada kelainan-kelainan yang tidak jelas pada sendi lutut.
Pemeriksaan lainnya yaitu radioisotope scanning.
Foto X-ray mungkin menunjukkan batas garis di sekitar lesi, di
bagian kondilus femur medialis. Setelah fragmen terpisah, lubang kosong
dan “loose bodies” di tempat lain di sendi dapat dilihat.

(a) (b) (c)


Osteochondritis dissecans. Fragmen pada osteochondral biasanya tetap di
permukaan sendi. Tempat paling sering adalah di (a) kondilus femur medialis, (b)
talus, dan (c) kapitulum. (Dikutip dari kepustakaan)

Radionuclide scan menunjukkan peningkatan aktivitas di sekitar


lesi, dan MRI secara konsisten menunjukkan daerah dengan intensitas
sinyal yang rendah pada gambar; tulang yang berdekatan juga dapat
tampak tidak normal, mungkin karena edema. Pemeriksaan ini biasanya
menunjukkan apakah fragmen 'stabil' atau 'longgar'. MRI juga
memungkinkan prediksi awal apakah lesi akan sembuh atau tidak.
(a) (b)
Osteochondritis dissecans – imaging. Lesi sering tidak terlihar pada foto X-ray
posisi anteroposterior dan lebih baik terlihat pada ‘tunnel view’, sering terlihat di
kondilus femur medialis. (a) fragmen osteochondral kadang-kadang muncul
sebagai sebuah benda yang terpisah dari sendi. (b) MRI memberikan konfirmasi
dan menunjukkan banyak tempat yang lebih luas yang terlibat daripada
gambaran foto x-ray. (Dikutip dari kepustakaan)

Artroskopi
Dengan lesi awal pada permukaan sendi terlihat utuh, namun dari
hasil pemeriksaan dapat menunjukkan cartilago yang lemah. Segmen
yang lepas dengan mudah digambarkan.

XI. Diagnosis Diferensial


1. Nyeri pada lutut bagian anterior
2. Cedera ligament cruciatum
3. Robekan meniscus
Pembuluh darah yang nekrosis pada kondilus femoralis biasanya
berhubungan dengan terapi kortikosteroid atau penyalahgunaan alkohol
sehingga dapat menyebabkan pemisahan fragmen osteocartilaginous
lokal. Namun, hal ini terlihat dalam kelompok usia yang lebih tua dan lesi
pada gambaran foto x-ray selalu di lengkungan kondilus femoralis, dan ini
yang membedakannya dengan osteochondritis dissecans.

XII. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencapai penyembuhan lesi. Jika
gaya geser diminimalkan, pembentukan tulang baru dapat menggantikan
tulang osteonekrotik. Proses ini membutuhkan penggantian yang perlahan
pada pembentukan tulang baru. Apakah diterapi secara konservatif atau
operasi, lesi OCD mengambil waktu berbulan-bulan untuk sembuh.
Pengobatan pada tahap awal terdiri dari pengurangan beban dan
pembatasan aktivitas. Pada orang muda penyembuhan total dapat terjadi,
meskipun dapat memakan waktu hingga dua tahun. Untuk sendi yang
besar seperti sendi pada lutut, umumnya direkomendasikan yaitu pada
fragmen yang terpisah sebagian diletakkan kembali pada posisi setelah
roughening dasar, sementara fragmen yang benar-benar terpisah harus
diletakkan kembali hanya jika fragmennya cukup besar dan benar-benar
dipertahankan. Prosedur ini dapat dilakukan dengan Artroskopi. Jika
fragmen menjadi terlepas dan menyebabkan gejala, itu harus tetap
diposisikan kembali atau yang lain benar-benar dikeluarkan.
Pengobatan konservatif sesuai saat bagian atas tulang rawan sendi
utuh; Namun, pengobatan konservatif tidak mungkin berhasil dalam
pembentukan rangka yang sempurna. Pengobatan konservatif meliputi
perubahan aktivitas pada tempat yang gejalanya hilang, khususnya,
menghindari berjalan dan kegiatan yang melompat, dan mungkin ada
masa menopang saat berjalan. Imobilisasi disiapkan untuk gejala yang
sulit diatasi atau pada pasien yang tidak patuh.
Penanganan bedah diperlukan pada tulang yang matang dan pada
anak-anak di antaranya lesi telah berkembang ke tahap dimana tulang
rawan sendi telah terpisah sebagian atau benar-benar terpisah. Jika lesi
utuh (masih di tempat), itu dibor untuk mendorong pertumbuhan pembuluh
darah dan penggantian yang perlahan. Lesi yang tidak stabil memerlukan
fiksasi internal sementara untuk mendukung penyembuhan. Ketika
fragmen longgar, pengobatan terdiri dari membuang fragmen yang lepas
dan debridemen retakan permukaan sendi.
Tujuan penatalaksanaan berguna untuk mengetahui 'tingkatan' lesi;
maka pentingnya Radionuclide scan, MRI dan Artroskopi. Lesi pada orang
dewasa memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi tidak stabil
sedangkan osteochondritis remaja biasanya stabil. Lesi dengan
permukaan sendi yang masih utuh memiliki potensi yang paling besar
untuk sembuh tanpa operasi dan jika berulang dampaknya dapat
dihindari.

(a) (b)
Osteochondritis dissecans. Gambar operasi menunjukkan lesi pada sendi (a)
dan kerusakan setelah fragmen osteochondral dikeluarkan (b).

Pada tahap awal, ketika tulang rawan utuh dan lesi 'stabil', tidak
ada penanganan yang diperlukan tapi kegiatan dibatasi selama 2 bulan.
Lesi kecil sering sembuh secara spontan.
Jika fragmen ‘tidak stabil', yaitu dikelilingi oleh batas yang jelas
dengan gambaran radiologi tampak 'sklerosis' dari tulang utama, atau
menampilkan gambaran MRI yang terjadi pemisahan, perawatan akan
tergantung pada ukuran lesi. Sebuah fragmen kecil harus dikeluarkan
dengan Artroskopi dan dasarnya dibor; dasarnya nanti akan ditutupi oleh
fibrokartilago, hanya menyisakan kerusakan yang kecil. Sebuah fragmen
besar (diameternya lebih dari 1 cm) harus tetap di tempat dengan pin atau
sekrup Herbert. Selain itu, dapat membantu untuk mengebor dasar tulang
yang sklerotik untuk mengangkat fragmen nekrotik yang menyatu. Untuk
pengeboran, daerah yang di bor dari titik yang agak jauh, di luar tulang
rawan sendi.
Jika fragmen benar-benar terpisah tetapi tetap dalam satu bagian
dan terbukti cocok dengan baik di dasarnya, lubang dibersihkan dan
dasarnya dibor sebelum mengganti fragmen yang lepas dan
memperbaikinya dengan sekrup Herbert. Jika fragmen tersebut di potong
atau keadaannya rusak, yang terbaik adalah dibuang; lubang dibor dan
diperbolehkan untuk diisi dengan fibrokartilago. Dalam beberapa tahun
terakhir upaya telah dilakukan untuk mengisi sisa kerusakan dengan
transplantasi cartilago articularis: baik penyisipan sumbat osteochondral
yang diambil dari bagian lain dari lutut atau menggunakan lapisan
kondrosit yang dikultur. Pendekatan ini tetap harus dianggap sebagai
tahap 'eksperimen'. Setelah salah satu operasi di atas pada lutut
dipertahankan dengan gips selama 6 minggu; kemudian dibolehkan
bergerak, tetapi bantalan berat ditangguhkan sampai foto x-ray
menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
Jenis operasi lainnya pada osteochondrtis dissecan adalah
Arthroscopy, Subchondral drilling with kwire or drill, Fixation, Chondral
resurfacing, Knee Arthroplasty.
XIII. Komplikasi
Lesi OCD yang tidak diobati atau tidak berhasil diobati dapat
menjadi kepingan, membentuk “loose bodies” dan meninggalkan
kerusakan pada cartilago articularis yang dapat menyebabkan penyakit
sendi degeneratif.

Indikasi Rujukan atau Tanda Bahaya


Anak-anak dengan lesi yang besarnya kurang dari 1 cm biasanya
keadaannya baik dengan pengobatan konservatif; mereka dengan lesi
lebih besar dari 2 cm biasanya memiliki masalah progresif. Anak-anak
dengan lesi antara 1 dan 2 cm harus ditangani berdasarkan gejala dan
gambaran radiologi. Setelah physis tertutup, prognosis untuk
penyembuhan secara signifikan lebih buruk, dan pasien ini membutuhkan
evaluasi lebih lanjut.

XIV. Prognosis
Prognosis dihubungkan dengan umur, lokasi lesi, dan gambaran
lesi. Semakin muda umur pasien yang mengalami osteochondritis maka
semakin baik pula prognosis penyakitnya. Lokasi pada kondilus femur
lateral dan patella memiliki prognosis yang buruk. Apabila terdapat cairan
sinovial di belakang lesi pada gambaran MRI maka prognosisnya buruk.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes, Michael M.D. (2016). Osteochondritis dissecan. Tersedia:
http://www.orthobullets.com/sports/3028/osteochondritis-dissecans.
Dikutip [22 Maret 2016]
2. Rasjad Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Osteochondritis Dissecan. Edisi 2. Jakarta: PT. Yarsif Watampone.
h. 53-57, 222-224.
3. Waschake, J. Paulsen, F. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia
Jilid 2; Anatomi Batang Badan, Panggul Ekstremitas Bawah, Edisi
22. Jakarta: EGC. h. 287-289.
4. Eroschenko P. Victor. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi
Fungsional. Edisi 11. Jakarta: EGC. h. 75-76, 83-85.
5. Sherwood Laulare. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Edisi 6. Jakarta: EGC. h. 742-743.
6. Thompson, J.C. (2010). Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2 nd
Edition. Leg/Knee. Philadelphia: Saunders Elseivier. h. 7, 328.
7. Sarwark JF. John. Essentials of Muskuloskeletal Care 4th Edition.
Osteochondritis Dissecan. USA: American Academy of Pedatrics.
h. 983, 1144-1146.
8. Solomon Louis, Warwick David, dkk. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures 9th Edition. Osteochondritis Dissecans.
UK: Hodder Arnold. h. 113-114, 566-568.
9. Mckinnis, Lynn N. Fundamentals of Musculoskeletal Imaging 3th
edition. Osteochondritis Dissecan. USA: F. A Davis Company. h.
392-393.
10. Shea G. Kevin, Ganley J. Theoddore. (2013). Osteochondritis
dissecans of the Knee. USA: Sport Medicine Update. h. 2-5.

Anda mungkin juga menyukai