OSTEOCHONDRITIS
DISUSUN OLEH :
Fadil Efendi Azis 11120191022
Nurfidya K. Patuma 11120192116
PEMBIMBING :
dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT, FINACS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2021
I. Pendahuluan
Istilah 'osteochondrosis' atau 'osteochondritis' selama bertahun-
tahun telah diterapkan pada sekelompok kondisi di mana ada batasan,
kadang-kadang pemisahan dan nekrosis dari segmen kecil cartilago
articularis dan tulang. Daerah yang terkena menunjukkan banyak ciri dari
nekrosis dan iskemik, termasuk kematian sel-sel tulang pada fragmen
osteoarticular, pembuluh darah reaktif, dan osteogenesis di sekitar tulang.
Gangguan tersebut terjadi terutama pada remaja dan dewasa muda,
sering selama fase dimana aktivitas fisik meningkat, dan dapat didahului
oleh trauma atau stres yang berulang.
Patogenesis lesi ini masih belum sepenuhnya dipahami. Pengaruh
cedera dapat menyebabkan edema atau perdarahan di tulang
subarticular, sehingga kapiler tertekan atau trombosis dan terjadi iskemik
lokal. Kejadian yang gawat mungkin menjadi fraktur osteochondral yang
kecil, terlalu lemah untuk tampak pada pemeriksaan x-ray tetapi sering
terlihat pada MRI. Jika retakan gagal disatukan, fragmen yang terisolasi
mungkin kehilangan suplai darah dan menjadi jaringan nekrotik. Cedera
traksi mungkin juga merusak suplai darah ke apophysis. Namun, kita
berpikir bahwa harus ada faktor predisposisi lain, kondisi ini kadang-
kadang multifokal dan kadang-kadang terdapat dalam keluarga.
II. Definisi
Osteochondritis dissecans (OCD) adalah lesi patologis yang terjadi
pada cartilago articularis dan tulang subchondral. Gangguan ini paling
sering terjadi pada lutut, tetapi juga dapat terjadi pada lokasi lain seperti
kapitulum humerus, kaput femur, dan talus. Lokasi yang paling umum di
lutut adalah kondilus femur medialis (Gambar 1).
Lesi diduga hasil dari tekanan kecil berulang ke tulang subchondral
yang mengganggu suplai darah ke area tulang. Tulang osteonekrosis
menjadi terpisah dari tulang sekitarnya oleh jaringan fibrosa. Seiring
waktu, osteonekrosis yang dihasilkan melemahkan daerah yang terlibat,
dan gaya geser pada fraktur secara bertahap mematahkan permukaan
cartilage artikularis. Pada akhirnya, bagian osteonekrotik dapat menjadi
fragmen dan menjadi ‘loose bodies’ pada sendi.
Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur
dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi
femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada
segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur,
dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan
anteroinferior.
Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel
( mono axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu
sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang
satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave
pada tulang lainnya.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk
bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago
semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah
femur dengan patella. Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi
oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis
tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah
melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini
sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama
m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi
oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh
sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis
memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada
condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum
fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui
jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari
meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan
melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada
bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae.
Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m.
semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior
dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial
dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada
dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok
ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua
meniscus, terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang
ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya, sehingga sering
tidak dijumpai pada sebagian orang.
Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon
m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan
anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut
sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal
dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae
menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada
ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula articularis ini
menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari
tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan ,
lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah.
Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada
bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini
merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian ,
berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae.
Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir
tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi
kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior
dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo
infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.
Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan
berhubungan dengan rongga sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan
sering berhubungan dengan rongga sendi.
Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari
descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri
popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang
ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian
akan memasuki vena femoralis.
Sistem Limfe
Sistem limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan
fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan
lymph node sub inguinal superficialis.
Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal,
dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep
inguinal lymph node.
IV. Epidemiologi
Prevalensi osteochondritis dissecans adalah antara 15 dan 30 per
100.000 dengan kejadian lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita (rasio 5: 3). Penyebab paling mungkin adalah trauma, baik dampak
tunggal atau trauma kecil yang berulang. Secara dermografi,
osteochondritis terjadi pada dua kelompok yaitu Juvenile form yaitu pada
anak-anak dengan umur sekitar 10-20 tahun dengan physis yang masih
terbuka. Adult form yaitu pada orang dewasa dengan pembentukan
tulang yang telah matang dan physis telah tertutup. Paling sering pada
terjadi laki-laki dewasa muda. Daerah yang paling sering terkena adalah
kondilus femur medialis dengan presentasi sebesar 75%. Sisanya sebesar
25% terjadi pada kapitulum humerus, kaput femur, dan talus.
V. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari osteochondritis dissecan masih
diperdebatkan selama beberapa dekade terakhir. Etiologi yang selama ini
telah diajukan adalah traumatik, vascular, osifikasi yang abnormal,
genetic, dan idiopatik. Perdebatan berlanjut, namun kebanyakan penulis
sekarang meyakini bahwa OCD merupakan hasil dari proses
multifaktorial. Trauma telah dianggap sebagai penyebab OCD. Pada lutut,
trauma langsung dapat menyebabkan fraktur transkondral, namun
predileksi OCD pada kondilus femur medialis menyatakan bahwa trauma
tidak langsung sebagai penyebab lebih mungkin. Gesekan repetitif tulang
tibia pada kondilus femoralis media sisi lateral saat rotasi interna juga
dianggap sebagai factor yang berkontribusi. Meskipun penyebab pasti
OCD masih belum jelas, kebanyakan penulis setuju bahwa mikrotrauma
berulang mempunyai peranan yang penting. Gangguan vaskularisasi
seperti iskemik telah diteliti sebagai penyebab potensial OCD.
VI. Klasifikasi
Osteochondritis dissecans pada lutut diklasifikasikan menurut
Clanton dan DeLee
Klasifikasi Osteochondritis menurut Clanton dan DeLee
Tipe I Terdiri dari area kecil yang terdapat penekanan pada tulang
subkondral
Tipe II Terdiri dari fragmen osteokondral yang terlepas sebagian.
Pada gambaran radiografi tulang akan tampak area sklerotik
tulang subkondral yang berbatas tegas, terpisah dari bagian
epifisis asalnya oleh garis radiolusen.
Tipe III Lesi yang paling sering ditemukan dan merupakan gambaran
fragmen yang lepas seluruhnya namun tetap berada di
tempatnya.
Tipe IV Lesi dengan gambaran fragmen yang lepas seluruhnya dan
juga terpisah dari tempatnya. Disebut juga badan lepas atau
‘loose bodies’.
VII. Patofisiologi
Sejumlah penyakit nekrosis idiopatik epifisis merupakan kelainan utama
yang menyebabkan nekrosis avaskuler dengan gejala sisanya dan
dikelompokkan sebagai kelompok penyakit osteokondrosis atau
osteokondritis. Osteokondritis biasanya mengenai pusat osifikasi sekunder
pada ujung tulang panjang atau pusat osifikasi primer pada tulang-tulang
keci.
Ada empat fase terjadinya osteokondritis yaitu:
1. Fase nekrosis awal (fase kehilangan vaskularisasi)
Obliterasi pembuluh darah ke epifisis oleh kausa apapun akan
menyebabkan osteosit dan sel sumsum dalam epifisis mengalami
kematian. Pada fase ini tulang belum mengalami perubahan untuk
beberapa bulan, tetapi pusat osifikasi berhenti bertumbuh oleh
karena tidak ada vaskularisasi untuk terjadinya osifikasi
endokondral.
2. Fase revaskularisasi
Pada fase ini terjadi reaksi vaskuler dari jaringan sekitar terhadap
tulang yang mati dan terjadi deposisi dan resorpsi tulang. Pada
fase ini dapat terjadi fraktur patologis pada daerah subkondral.
3. Fase penyembuhan tulang
Resorpsi dan deposisi tulang berhenti dan jaringan fibrosa serta
granulasi secara perlahan-lahan diganti oleh tulang yang baru.
4. Fase deformitas residual
Setelah tulang mengalami penyembuhan pada epifisis secara
lengkap mungkin terjadi penyembuhan sempurna, tetapi pada
sendi dengan tekanan, misalnya panggul kemungkinan besar
penyembuhan disertai perubahan dan kerusakan yang menetap
pada epifisis sehingga permukaan sendi tidak serasi lagi dan akan
menimbulkan osteoarthritis di kemudian hari.
Daerah tangensial nekrosis avaskuler pada daerah cembung
epifisis tidak lebih dari 2 cm. apapun penyebab nekrosis, yang terjadi
adalah osteosit mati tetapi permukaan cartilage articularis atau tulang
rawan sendi tetap hidup karena mendapatkan suplai makanan dari cairan
sinovia. Bagian segmen yang nekrosis ini perlahan-lahan mengalami
revaskularisasi, kemudian terjadi kombinasi antara deposisi dan resorpsi
tulang yang akan menyebabkan epifisis pada daerah konveks menjadi
rata.
Kemudian tulang rawan di atasnya masih utuh dan fragmen stabil;
selama berbulan-bulan fragmen terpisah tapi tetap dalam posisinya;
akhirnya fragmen terputus dan menjadi “loose bodies” di sendi. Lubang
kecil perlahan-lahan diisi dengan fibrokartilago, meninggalkan lekukan
pada permukaan sendi.
VIII. Gejala Klinis
Pada tahap awal tidak ditemukan gejala klinis yang menyolok,
tetapi pada saat revaskularisasi mungkin terdapat nyeri lokal, nyeri
intermitten, nyeri terutama saat berativitas, kaku, bengkak. Pada
pemeriksaan mungkin ditemukan efusi sendi dengan atrofi otot sekitar
sendi disertai gangguan pergerakan sendi. Apabila segmen yang
mengalami nekrosis terlepas sama sekali, maka segmen yang terlepas
dapat terjebak pada sendi sehingga sendi menjadi terkunci dan terasa ada
yang mengganjal pada lutut.
Pasien sebaiknya ditanyakan seberapa sering ia mengalami gejala
tersebut. Gejala yang konstan dan parah merupakan karakteristik adanya
fragmen yang lepas pada lutut. Gejala dengan frekuensi semakin
bertambah menggambarkan progresi dari lesi.
VIII. Diagnosis
Stabilisasi lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot
kuadrisep. Otot kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut
walaupun terdapat keregangan dari ligamen.
Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis arthritis.
Daerah lutut juga termasuk daerah dimana terjadi pertumbuhan anggota
gerak bawah (daerah yang aktif) dan ini mungkin sebagai salah satu
sebab daerah metafisis dari lutut sering mengalami infeksi osteomielitis
atau tumor-tumor ganas primer.
Pemeriksaan artroskopi belakangan ini memegang peranan dan
merupakan pemeriksaan rutin yang sering dilakukan dalam menegakkan
diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan dengan teknik artroskopi
digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan meniscus dan adanya
benda asing dalam sendi. Keuntungan pembedahan dengan teknik ini
adalah tidak dilakukan operasi terbuka pada lutut, penyembuhan lebih
baik dan masa pemulihan serta perawatan diperpendek.
Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi
lutut misalnya pada robekan meniscus. Dalam anamnesis harus
ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-hal yang terjadi sesudahnya serta
mekanisme dari trauma. Keadaan yang perlu ditanyakan adalah yaitu
apakah dapat menyelesaikan pertandingan waktu itu, apakah dapat
berjalan, dapat meluruskan, atau membengkokkan lutut. Beberapa
penderita dapat dengan jelas mengutarakan lututnya menjadi terkunci
(locking).
Pemeriksaan fisis
Menentukan kausa pembengkakan pada sendi
Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan
mudah dengan jalan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Penebalan tulang
Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah
yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan
dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau kista tulang.
2. Efusi sendi
Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau oleh
darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan
pemeriksaan yang disebut uji fluktuasi. Pada pemerksaan ini
telapak tangan diletakkan di atas femur distal di bagian atas dari
patella pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan
lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari
telunjuk pada pinggir patella. Tekanan dilakukan oleh tangan yang
di proksimal kantung supra-patelar sehingga cairan terdorong ke
dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi dapat dengan mudah
dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan ibu jari
yang di distal. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan
cara aspirasi.
3. Penebalan membran sinovia
Penebalan membran sinovia merupakan suatu gambaran arthritis
inflamasi kronik. Penebalan membran umumnya terjadi di atas
patella dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga
terasa hangat oleh karena proses inflamasi yang ada.
Inspeksi
Kontur tulang
Kontur jaringan lunak
Warna dan tekstur kulit
Adanya jaringan parut atau sinus
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut yang
normal)
Fleksi
Ekstensi
Nyeri bila digerakkan
Krepitasi bila digerakkan
Stabilitas
Ligamentum medial
Ligamentum lateral
Ligamentum krusiatum anterior dan posterior: Uji drawer;
uji Lachman; Uji pivot shift lateral
Palpasi
Suhu kulit
Kontur tulang
Kontur jaringan lunak
Nyeri lokal
Kekuatan (membadingkan dengan tahanan dari pemeriksa)
Fleksi
Ekstensi
Uji rotasi Mc Murray
Cara berjala (gait)
2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan akibat factor
ekstrinsik
Pemeriksaan ini penting bila tidak ditemukan kelainan lokal pada
pemeriksaan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tulang
belakang dan panggul.
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal
pada lutut dapat ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.
Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksi 15 0-200. Satu tangan
memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan
tangan lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan
kemudian digerakkan ke depan dan ke belakang antar tibia
proksimal dan femur.
Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemerikaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior.
Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat oleh
pemeriksa, dimana kaki kanan diangkat oleh tangan kanan
dan kaki kiri diangkat oleh tangan kiri dan lutut dalam
keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa
memutar dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah
bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yag
bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi
secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan
positif apabila kondilus lateralis tibia terelokasi secara
spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30 0-350.
3. Uji rotasi
Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniscus
dan dikenal sebagai uji Mc Murray. Pada pemeriksaan ini lutut di
ekstensikan kemudian dilakukan eksorotasi maksimal untuk
memeriksa meniscus medial atau dengan endorotasi maksimal
untuk memeriksa meniscus lateral. Penderita berbaring terlentang,
tungkai bawah dipegang, lutut difleksikan 90 0 dan dilakukan
eksorotasi maksimal dan kemudian tungkai diluruskan sambil
mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniscus, maka
penderita merasa nyeri, mungkin dapat diraba adanya krepitasi
atau terdengar suara klik dari tanduk depan atau belakang atau
bagian dari meniscus yang lompat keluar dari antara kondilus
femur. Pemeriksaan meniscus medial dilakukan dengan endorotasi
maksimal dan mempunyai prinsip serta prosedur pemeriksaan yang
sama dengan pemeriksaan eksorotasi maksimal.
4. Tes Wilson
Pada pemeriksaan ini, pemeriksa menekuk lutut yang terkena,
ditekuk 900 kemudian endorotasi tibia sambil perlahan
mengekstensikan lutut hingga ± 300, tulang tibia akan menggesek
lesi OCD pada kondilus femoralis medial dan menimbulkan nyeri.
Eksorotasi mengeliminasi nyeri karena tibia akan bergerak
menjauhi lesi OCD.
X. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis rutin pada kelainan sendi lutut yaitu foto
polos Anteroposterior (AP) dan Lateral dimana bagian dari femur dan tibia
harus terlihat. Pemeriksaan lain adalah Sky line atau pemeriksaan
tangensial yang berguna untuk mengetahui osteoarthritis patelo-femoral.
Pemeriksaan radiologis dengan kontras yaitu artrografi kadangkala
bermanfaat pada kelainan-kelainan yang tidak jelas pada sendi lutut.
Pemeriksaan lainnya yaitu radioisotope scanning.
Foto X-ray mungkin menunjukkan batas garis di sekitar lesi, di
bagian kondilus femur medialis. Setelah fragmen terpisah, lubang kosong
dan “loose bodies” di tempat lain di sendi dapat dilihat.
Artroskopi
Dengan lesi awal pada permukaan sendi terlihat utuh, namun dari
hasil pemeriksaan dapat menunjukkan cartilago yang lemah. Segmen
yang lepas dengan mudah digambarkan.
XII. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencapai penyembuhan lesi. Jika
gaya geser diminimalkan, pembentukan tulang baru dapat menggantikan
tulang osteonekrotik. Proses ini membutuhkan penggantian yang perlahan
pada pembentukan tulang baru. Apakah diterapi secara konservatif atau
operasi, lesi OCD mengambil waktu berbulan-bulan untuk sembuh.
Pengobatan pada tahap awal terdiri dari pengurangan beban dan
pembatasan aktivitas. Pada orang muda penyembuhan total dapat terjadi,
meskipun dapat memakan waktu hingga dua tahun. Untuk sendi yang
besar seperti sendi pada lutut, umumnya direkomendasikan yaitu pada
fragmen yang terpisah sebagian diletakkan kembali pada posisi setelah
roughening dasar, sementara fragmen yang benar-benar terpisah harus
diletakkan kembali hanya jika fragmennya cukup besar dan benar-benar
dipertahankan. Prosedur ini dapat dilakukan dengan Artroskopi. Jika
fragmen menjadi terlepas dan menyebabkan gejala, itu harus tetap
diposisikan kembali atau yang lain benar-benar dikeluarkan.
Pengobatan konservatif sesuai saat bagian atas tulang rawan sendi
utuh; Namun, pengobatan konservatif tidak mungkin berhasil dalam
pembentukan rangka yang sempurna. Pengobatan konservatif meliputi
perubahan aktivitas pada tempat yang gejalanya hilang, khususnya,
menghindari berjalan dan kegiatan yang melompat, dan mungkin ada
masa menopang saat berjalan. Imobilisasi disiapkan untuk gejala yang
sulit diatasi atau pada pasien yang tidak patuh.
Penanganan bedah diperlukan pada tulang yang matang dan pada
anak-anak di antaranya lesi telah berkembang ke tahap dimana tulang
rawan sendi telah terpisah sebagian atau benar-benar terpisah. Jika lesi
utuh (masih di tempat), itu dibor untuk mendorong pertumbuhan pembuluh
darah dan penggantian yang perlahan. Lesi yang tidak stabil memerlukan
fiksasi internal sementara untuk mendukung penyembuhan. Ketika
fragmen longgar, pengobatan terdiri dari membuang fragmen yang lepas
dan debridemen retakan permukaan sendi.
Tujuan penatalaksanaan berguna untuk mengetahui 'tingkatan' lesi;
maka pentingnya Radionuclide scan, MRI dan Artroskopi. Lesi pada orang
dewasa memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi tidak stabil
sedangkan osteochondritis remaja biasanya stabil. Lesi dengan
permukaan sendi yang masih utuh memiliki potensi yang paling besar
untuk sembuh tanpa operasi dan jika berulang dampaknya dapat
dihindari.
(a) (b)
Osteochondritis dissecans. Gambar operasi menunjukkan lesi pada sendi (a)
dan kerusakan setelah fragmen osteochondral dikeluarkan (b).
Pada tahap awal, ketika tulang rawan utuh dan lesi 'stabil', tidak
ada penanganan yang diperlukan tapi kegiatan dibatasi selama 2 bulan.
Lesi kecil sering sembuh secara spontan.
Jika fragmen ‘tidak stabil', yaitu dikelilingi oleh batas yang jelas
dengan gambaran radiologi tampak 'sklerosis' dari tulang utama, atau
menampilkan gambaran MRI yang terjadi pemisahan, perawatan akan
tergantung pada ukuran lesi. Sebuah fragmen kecil harus dikeluarkan
dengan Artroskopi dan dasarnya dibor; dasarnya nanti akan ditutupi oleh
fibrokartilago, hanya menyisakan kerusakan yang kecil. Sebuah fragmen
besar (diameternya lebih dari 1 cm) harus tetap di tempat dengan pin atau
sekrup Herbert. Selain itu, dapat membantu untuk mengebor dasar tulang
yang sklerotik untuk mengangkat fragmen nekrotik yang menyatu. Untuk
pengeboran, daerah yang di bor dari titik yang agak jauh, di luar tulang
rawan sendi.
Jika fragmen benar-benar terpisah tetapi tetap dalam satu bagian
dan terbukti cocok dengan baik di dasarnya, lubang dibersihkan dan
dasarnya dibor sebelum mengganti fragmen yang lepas dan
memperbaikinya dengan sekrup Herbert. Jika fragmen tersebut di potong
atau keadaannya rusak, yang terbaik adalah dibuang; lubang dibor dan
diperbolehkan untuk diisi dengan fibrokartilago. Dalam beberapa tahun
terakhir upaya telah dilakukan untuk mengisi sisa kerusakan dengan
transplantasi cartilago articularis: baik penyisipan sumbat osteochondral
yang diambil dari bagian lain dari lutut atau menggunakan lapisan
kondrosit yang dikultur. Pendekatan ini tetap harus dianggap sebagai
tahap 'eksperimen'. Setelah salah satu operasi di atas pada lutut
dipertahankan dengan gips selama 6 minggu; kemudian dibolehkan
bergerak, tetapi bantalan berat ditangguhkan sampai foto x-ray
menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
Jenis operasi lainnya pada osteochondrtis dissecan adalah
Arthroscopy, Subchondral drilling with kwire or drill, Fixation, Chondral
resurfacing, Knee Arthroplasty.
XIII. Komplikasi
Lesi OCD yang tidak diobati atau tidak berhasil diobati dapat
menjadi kepingan, membentuk “loose bodies” dan meninggalkan
kerusakan pada cartilago articularis yang dapat menyebabkan penyakit
sendi degeneratif.
XIV. Prognosis
Prognosis dihubungkan dengan umur, lokasi lesi, dan gambaran
lesi. Semakin muda umur pasien yang mengalami osteochondritis maka
semakin baik pula prognosis penyakitnya. Lokasi pada kondilus femur
lateral dan patella memiliki prognosis yang buruk. Apabila terdapat cairan
sinovial di belakang lesi pada gambaran MRI maka prognosisnya buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes, Michael M.D. (2016). Osteochondritis dissecan. Tersedia:
http://www.orthobullets.com/sports/3028/osteochondritis-dissecans.
Dikutip [22 Maret 2016]
2. Rasjad Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Osteochondritis Dissecan. Edisi 2. Jakarta: PT. Yarsif Watampone.
h. 53-57, 222-224.
3. Waschake, J. Paulsen, F. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia
Jilid 2; Anatomi Batang Badan, Panggul Ekstremitas Bawah, Edisi
22. Jakarta: EGC. h. 287-289.
4. Eroschenko P. Victor. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi
Fungsional. Edisi 11. Jakarta: EGC. h. 75-76, 83-85.
5. Sherwood Laulare. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Edisi 6. Jakarta: EGC. h. 742-743.
6. Thompson, J.C. (2010). Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2 nd
Edition. Leg/Knee. Philadelphia: Saunders Elseivier. h. 7, 328.
7. Sarwark JF. John. Essentials of Muskuloskeletal Care 4th Edition.
Osteochondritis Dissecan. USA: American Academy of Pedatrics.
h. 983, 1144-1146.
8. Solomon Louis, Warwick David, dkk. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures 9th Edition. Osteochondritis Dissecans.
UK: Hodder Arnold. h. 113-114, 566-568.
9. Mckinnis, Lynn N. Fundamentals of Musculoskeletal Imaging 3th
edition. Osteochondritis Dissecan. USA: F. A Davis Company. h.
392-393.
10. Shea G. Kevin, Ganley J. Theoddore. (2013). Osteochondritis
dissecans of the Knee. USA: Sport Medicine Update. h. 2-5.