0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah yang dilakukan dokter puskesmas ketika mendapat laporan jenazah Covid-19, meliputi melakukan wawancara melalui telepon, mempersiapkan peralatan kesehatan, melakukan otopsi verbal, menghubungi posko gugus tugas, memberikan penjelasan kepada keluarga, dan melakukan desinfeksi.
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah yang dilakukan dokter puskesmas ketika mendapat laporan jenazah Covid-19, meliputi melakukan wawancara melalui telepon, mempersiapkan peralatan kesehatan, melakukan otopsi verbal, menghubungi posko gugus tugas, memberikan penjelasan kepada keluarga, dan melakukan desinfeksi.
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah yang dilakukan dokter puskesmas ketika mendapat laporan jenazah Covid-19, meliputi melakukan wawancara melalui telepon, mempersiapkan peralatan kesehatan, melakukan otopsi verbal, menghubungi posko gugus tugas, memberikan penjelasan kepada keluarga, dan melakukan desinfeksi.
Penyebab kematian sangat penting untuk ditentukan berdasarkan sudut pandang patologi forensik apakah kematian wajar atau tidak wajar. Kematian wajar adalah kematian akibat penyakit ataupun proses penuaan, sementara kematian tidak wajar adalah kematian akibat pembunuhan (kriminal), bunuh diri atau kecelakaan. Penyebab kematian adalah sebagai akibat dari koma, asfiksia dan sinkop. Ketiga penyebab kematian tersebut harus dijelaskan dalam hal pelaporan visum et repertum (Suryadi, 2019). Kematian mendadak secara umum dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistem tubuh antara lain sistem kardiovaskular, respirasi, saraf pusat, gastrointestinal, urogenital, endokrin-metabolik dan hemopoetik. Di dunia, penyakit kardiovaskuler menempati urutan teratas sebagai penyakit yang menyebabkan kematian secara umum diikuti dengan penyakit infeksi dan kanker (Suryadi, 2019). Beberapa metode penentuan sebab kematian diantaranya melalui pemeriksaan eksternal postmortem (pemeriksaan luar), pemeriksaan internal (autopsi/pemeriksaan dalam) dan pemeriksaan penunjang. Penyebab kematian diklasifikasikan ke dalam empat tipe berdasarkan jenis penyakit/patologi yang berhubungan dengan efek yang ditimbulkan pada berbagai organ. Tipe penyebab kematian merupakan suatu jembatan tanatologis yang menghubungkan antara penyakit dan penyebab kematian yaitu kematian tipe linear, tipe divergen, tipe konvergen dan tipe kompleks. Pada kematian tipe linear terdapat hubungan langsung antara penyebab kematian dengan penyakit dasarnya yaitu penyebab kematian seseorang dapat ditentukan dengan melihat kelainan organ tertentu yang mendasari. Pada kematian tipe divergen, tidak terdapat hubungan langsung antara penyebab kematian dengan penyakit dasarnya. Sedangkan kematian tipe konvergen merupakan tipe kematian yang disebabkan berbagai keadaan patologi pada organ tubuh akan menyebabkan kerusakan pada satu organ vital sehingga menyebabkan kematian pada seseorang, dan yang terakhir adalah kematian tipe kompleks. Kematian ini timbul oleh karena kelainan/penyakit pada berbagai organ yang masing-masingnya menimbulkan berbagai komplikasi yang saling dapat menimbulkan kematian antara satu dan lainnya (Suryadi, 2019). Penentuan sebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem dapat ditentukan dengan cara mengumpulkan data medik. Data diambil dari wawancara (autopsi verbal) dengan keluarga korban, menelusuri rekam medik dan atau wawancara dengan dokter yang pernah merawat korban sebelumnya. Penentuan sebab kematian diperkuat juga dengan adanya saksi. Apabila penyebab kematian melalui pemeriksaan luar postmortem tidak dapat ditentukan maka perlu dilakukan autopsi baik autopsi forensik maupun klinis. Autopsi yang dilakukan dokter ditambah dengan pemeriksaan histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biologi molekuler maka hasilnya akan lebih baik dan dari sudut medikolegal lebih dapat dipertanggungjawabkan sebagai sebab kematian kausalitas (Suryadi, 2019).
6. LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DOKTER PUSKESMAS KETIKA
MENDAPAT LAPORAN JENAZAH COVID Prosedur Konfirmasi dan Persiapan Petugas Puskesmas/Gugus Tugas (Kemenkes, 2020): a. Petugas Puskesmas/gugus tugas melakukan wawancara melalui telepon untuk mengetahui riwayat penyakit kepada keluarga dan atau ketua RT. Apabila hasil wawancara mengarah ke COVID-19 petugas dapat mempersiapkan kelengkapan sebelum menuju lokasi untuk memastikan penyebab kematian (otopsi verbal). b. Petugas minimal 2 orang, menuju lokasi dengan membawa kelengkapan berupa masing-masing 1 (satu) set APD, formulir otopsi verbal, kantong plastik infeksius minimal 3 (buah) dan disinfeksi. c. Melakukan otopsi verbal, untuk memastikan penyebab kematian (Pasien dengan diagnosis COVID-19 atau Orang dalam Pengawasan (ODP) serta Pasien dalam Pengawasan (PDP)), formulir otopsi verbal terlampir. d. Apabila jenazah dipastikan meninggal karena COVID - 19, petugas menghubungi Posko Gugus Tugas Tingkat Desa /Kelurahan / Kecamatan / Kabupaten / Kota atau Provinsi. e. Memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular (Penjelasan tersebut terkait sensitivitas agama, adat istiadat, dan budaya, serta stigma masyarakat). f. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga untuk : Melaksanakan desinfeksi pada seluruh permukaan tempat setelah selesai pelaksanaan pemulasaran jenazah. Dalam pelaksanaan pemakaman, jenazah tidak diperbolehkan dibawa keluar atau masuk dari pelabuhan, bandar udara, atau pos lintas batas darat Negara. DAFTAR PUSTAKA Suryadi, T. 2019. Penentuan Sebab Kematian dalam Visum Et Repertum pada Kasus Kardiovaskuler. Jurnal Averrous. Vol.5(1): 1-13.
Kementerian Kesehatan. 2020. Pedoman Pemulasaran dan Penguburan Jenazah
Akibat Covid-19 di Masyarakat. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Jakarta. 33 hal.