Anda di halaman 1dari 3

5.

PERKIRAAN CARA KEMATIAN


Penyebab kematian sangat penting untuk ditentukan berdasarkan sudut pandang
patologi forensik apakah kematian wajar atau tidak wajar. Kematian wajar adalah
kematian akibat penyakit ataupun proses penuaan, sementara kematian tidak wajar adalah
kematian akibat pembunuhan (kriminal), bunuh diri atau kecelakaan. Penyebab kematian
adalah sebagai akibat dari koma, asfiksia dan sinkop. Ketiga penyebab kematian tersebut
harus dijelaskan dalam hal pelaporan visum et repertum (Suryadi, 2019).
Kematian mendadak secara umum dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
sistem tubuh antara lain sistem kardiovaskular, respirasi, saraf pusat, gastrointestinal,
urogenital, endokrin-metabolik dan hemopoetik. Di dunia, penyakit kardiovaskuler
menempati urutan teratas sebagai penyakit yang menyebabkan kematian secara umum
diikuti dengan penyakit infeksi dan kanker (Suryadi, 2019).
Beberapa metode penentuan sebab kematian diantaranya melalui pemeriksaan
eksternal postmortem (pemeriksaan luar), pemeriksaan internal (autopsi/pemeriksaan
dalam) dan pemeriksaan penunjang. Penyebab kematian diklasifikasikan ke dalam empat
tipe berdasarkan jenis penyakit/patologi yang berhubungan dengan efek yang
ditimbulkan pada berbagai organ. Tipe penyebab kematian merupakan suatu jembatan
tanatologis yang menghubungkan antara penyakit dan penyebab kematian yaitu kematian
tipe linear, tipe divergen, tipe konvergen dan tipe kompleks. Pada kematian tipe linear
terdapat hubungan
langsung antara penyebab kematian dengan penyakit dasarnya yaitu penyebab kematian
seseorang dapat ditentukan dengan melihat kelainan organ tertentu yang mendasari. Pada
kematian tipe divergen, tidak terdapat hubungan langsung antara penyebab kematian
dengan penyakit dasarnya. Sedangkan kematian tipe konvergen merupakan tipe kematian
yang disebabkan berbagai keadaan patologi pada organ tubuh akan menyebabkan
kerusakan pada satu organ vital sehingga menyebabkan kematian pada seseorang, dan
yang terakhir adalah kematian tipe kompleks. Kematian ini timbul oleh karena
kelainan/penyakit pada berbagai organ yang masing-masingnya menimbulkan berbagai
komplikasi yang saling dapat menimbulkan kematian antara satu dan lainnya (Suryadi,
2019).
Penentuan sebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem dapat
ditentukan dengan cara mengumpulkan data medik. Data diambil dari wawancara
(autopsi verbal) dengan keluarga korban, menelusuri rekam medik dan atau wawancara
dengan dokter yang pernah merawat korban sebelumnya. Penentuan sebab kematian
diperkuat juga dengan adanya saksi. Apabila penyebab kematian melalui pemeriksaan
luar postmortem tidak dapat ditentukan maka perlu dilakukan autopsi baik autopsi
forensik maupun klinis. Autopsi yang dilakukan dokter ditambah dengan pemeriksaan
histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biologi molekuler maka hasilnya akan lebih
baik dan dari sudut medikolegal lebih dapat dipertanggungjawabkan sebagai sebab
kematian kausalitas (Suryadi, 2019).

6. LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DOKTER PUSKESMAS KETIKA


MENDAPAT LAPORAN JENAZAH COVID
Prosedur Konfirmasi dan Persiapan Petugas Puskesmas/Gugus Tugas (Kemenkes,
2020):
a. Petugas Puskesmas/gugus tugas melakukan wawancara melalui telepon untuk
mengetahui riwayat penyakit kepada keluarga dan atau ketua RT. Apabila hasil
wawancara mengarah ke COVID-19 petugas dapat mempersiapkan kelengkapan
sebelum menuju lokasi untuk memastikan penyebab kematian (otopsi verbal).
b. Petugas minimal 2 orang, menuju lokasi dengan membawa kelengkapan berupa
masing-masing 1 (satu) set APD, formulir otopsi verbal, kantong plastik infeksius
minimal 3 (buah) dan disinfeksi.
c. Melakukan otopsi verbal, untuk memastikan penyebab kematian (Pasien dengan
diagnosis COVID-19 atau Orang dalam Pengawasan (ODP) serta Pasien dalam
Pengawasan (PDP)), formulir otopsi verbal terlampir.
d. Apabila jenazah dipastikan meninggal karena COVID - 19, petugas menghubungi
Posko Gugus Tugas Tingkat Desa /Kelurahan / Kecamatan / Kabupaten / Kota atau
Provinsi.
e. Memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi
jenazah yang meninggal dengan penyakit menular (Penjelasan tersebut terkait
sensitivitas agama, adat istiadat, dan budaya, serta stigma masyarakat).
f. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga untuk :
 Melaksanakan desinfeksi pada seluruh permukaan tempat setelah selesai
pelaksanaan pemulasaran jenazah.
 Dalam pelaksanaan pemakaman, jenazah tidak diperbolehkan dibawa keluar atau
masuk dari pelabuhan, bandar udara, atau pos lintas batas darat Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi, T. 2019. Penentuan Sebab Kematian dalam Visum Et Repertum pada Kasus
Kardiovaskuler. Jurnal Averrous. Vol.5(1): 1-13.

Kementerian Kesehatan. 2020. Pedoman Pemulasaran dan Penguburan Jenazah


Akibat Covid-19 di Masyarakat. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Jakarta. 33 hal.

Anda mungkin juga menyukai