Anda di halaman 1dari 5

PROSEDUR PEMERIKSAAN JENAZAH

No. Dokumen :
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr. Tri Resopimiarti
KECAMATAN MAMPANG
Ttd : NIP. 196108221989012002
PRAPATAN

1. Pengertian 1. Pemeriksaan terhadap jenazah yang meninggal dalam daerah cakupan


Puskesmas yang bersangkutan. Jika ada ada kematian warga yang
tinggal atau meninggal dalam cakupan wilayah suatu Puskesmas
tertentu, maka keluarga orang yang meninggal tersebut melaporkan
kematian tersebut ke Puskesmas. Petugas kesehatan Puskesmas yang
mendapat laporan tentang kematian wajib melakukan pemeriksaan atas
jenazah dan memberikan bantuan kepada keluarga orang yang
meninggal tersebut untuk pengurusan jenazah lebih lanjut
2. Pada prinsipnya, penanganan jenazah yang meninggal akibat hal yang
wajar (akibat penyakit atau tua) berbeda dengan yang tidak wajar (akibat
bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan).
3. Pemeriksaan jenazah harus dilakukan pada suatu tempat yang
penerangannya baik. Sebelum petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan, ia sebaiknya melakukan allo-anamnesis terhadap keluarga
korban, khususnya untuk mencari data mengenai riwayat kematian,
adanya gejala yang dikeluhkan atau diketahui diderita almarhum
menjelang kematiannya, adanya penyakit yang diderita baik yang baru
maupun yang lama serta adanya riwayat pengobatan atau minum obat
sebelumnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman klinisnya,
berdasarkan keterangan tersebut diatas, dokter dapat meyakini
kemungkinan adanya penyakit tertentu sebagai penyebab kematian
orang tersebut. Kesimpulan petugas kesehatan ini merupakan titik awal
untuk pencarian penyebab kematian yang lebih pasti berdasarkan hasil-
hasil temuan pada pemeriksaan jenazah
4. Pada setiap kasus kematian, petugas kesehatan harus melakukan
pemeriksaan luar jenazah secara seksama, lengkap dan teliti. Jika pada
pemeriksaan tersebut petugas kesehatan tidak menemukan adanya luka
atau tanda kekerasan lainnya, tidak menemukan tanda-tanda keracunan
dan anamnesisnya mengarah pada kematian akibat penyakit, maka
petugas kesehatan dapat langsung memberikan surat kematian (Formulir
A) dan jenazahnya kepada keluarga korban. Dalam Formulir A, dokter
Puskesmas harus mencantumkan nomor penyakit yang diduganya
merupakan penyebab kematian, sesuai dengan klasifikasi penyakit
dalam International Classification of Diseases (ICD) sebagaimana
tercantum pada bagian belakang Formulir A tersebut. Formulir A
diperlukan oleh keluarga korban untuk berbagai keperluan administrasi
kependudukan, seperti untuk administrasi dalam rangka penyimpanan
jenazah, pengangkutan jenazah keluar kota/negeri serta pembuatan Akte
Kematian (yang diperlukan untuk pengurusan pembagian warisan,
asuransi, izin kawin lagi dsb).
5. Jika pada pemeriksaan luar petugas kesehatan menemukan adanya
luka, adanya bau yang mencurigakan dari mulut atau hidung, adanya
tanda bekas suntikan tanpa riwayat berobat ke dokter, serta adanya
tanda keracunan lainnya, maka kasusnya kemungkinan merupakan
kematian yang tidak wajar. Kematian yang tidak wajar dapat terjadi pada
kematian akibat kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan. Pada kasus-
kasus ini dokter sebaiknya hanya berpegang pada hasil pemeriksaan
fisik dan analisisnya sendiri dan bisa mengabaikan anamnesis yang
bertentangan dengan kesimpulannya. Biasanya pada kasus kematian
tidak wajar, ada kecenderungan keluarga korban untuk membohongi
dokter dengan mengatakan korban meninggal akibat sakit, karena malu
(misalnya pada kasus bunuh diri, narkoba) atau karena mereka sendiri
pelakunya (pada kasus penganiayaan anak, pembunuhan dalam
keluarga) atau takut berurusan dengan polisi (pada kasus kecelakaan
karena ceroboh).
6. Dokter Puskesmas yang menemukan kasus dengan dugaan kematian
yang tidak wajar, berdasarkan Pasal 108 KUHAP, sebagai pegawai
negeri (dokter PTT dianggap sebagai pegawai negeri) wajib melaporkan
kasus tersebut ke polisi resort (polres) setempat. Pada kasus ini dokter
Puskesmas TIDAK BOLEH memberikan surat Formulir A (skpk) kepada
keluarga korban dan mayat tersebut harus ditahan sampai proses polisi
selesai dilaksanakan. Dokter Puskesmas sebaiknya tidak memberikan
pernyataan mengenai penyebab kematian korban ini sebelum dilakukan
pemeriksaan otopsi terhadap jenazah
7. Berdasarkan adanya laporan tersebut, penyidik berdasarkan pasal
133(1) KUHAP dapat meminta bantuan dokter untuk melakukan
pemeriksaan luar jenazah (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan luar
dan dalam jenazah (pemeriksaan bedah jenazah atau otopsi), dengan
mengirimkan suatu Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) jenazah
kepada dokter tertentu.
8. Untuk daerah DKI Jakarta, pemeriksaan bedah jenazah umumnya
dimintakan ke Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI/RSCM, akan tetapi
pemeriksaan luar jenazah dapat dimintakan kepada Puskesmas dan
Rumah Sakit manapun. Dokter yang diminta untuk melakukan
pemeriksaan jenazah bisa dokter yang melaporkan kematian tersebut,
bisa juga petugas kesehatan lainnya.
2. Tujuan 1. Menjaring kasus kematian yang dapat menimbulkan KLB penyakit
yang meninggal secara wajar.
2. Digunakan masyarakat sebagai kelengkapan administrasi
pemakaman di TPU dan sesuai dengan kebutuhan
3. Kebijakan
4. Referensi Peraturan daerah (Perda) nomor 2 tahun 1992 tentang Pemakaman Umum
dalam wilayah DKI Jakarta mengatur tentang kewajiban warga dalam
penanganan jenazah yang akan dimakamkan di DKI Jakarta (pasal 8).
5. Alat dan bahan 1. Alat :
1.1 Stetoskop
1.2 Sarung tangan (APD)
1.3
1.4 Senter
2. Bahan :
2.1 Buku register surat kematian
2.2 Alat tulis
2.3 Form surat kematian( SKMK )
1. Surat pengantar RT/RW,KK dan KTP almarhum bila ada
6. Langkah-langkah 1. Dokter/perawat menerima informasi kematian dari pihak
(Keluarga,warga, RT/RW) untuk kemudian dicek kebenaran informasinya.
2. Dokter/perawat melakukan cuci tangan sebelum pemeriksaan jenazah
dan menggunakan APD (sarung tangan dan masker)
3. Dokter/perawat melakukan pemeriksaan luar jenazah secara teliti dan
seksama dengan mengikuti format laporan obduksi
4. Dokter/perawat melakukan pemeriksaan luar jenazah&dicatat
mengenai perubahan-perubahan setelah kematian yang meliputi data
a. Lebam mayat (lokasinya, warnanya dan apakah hilang atau tidak
dengan penekanan)
b. kaku mayat (lokasinya, mudah atau tidak dilawan) serta
c. perubahan kematian lanjut (jika ada), yaitu tanda tanda pembusukan,
adiposera atau mumifikasi (lokasi dan deskripsinya).
5. Dokter/perawat mengecek nadi dan gerakan nafas,
6. Dokter/perawat mengecek Mata: dicatat kondisi kedua mata meliputi data
tentang selaput bening (kornea) apakah masih jernih atau sudah
keruh, teleng mata (pupil) bagaimana bentuknya serta berapa
diameternya, warna tirai mata (iris), selaput bola mata (sclera atau
konjunctiva bulbi) apakah warnanya pucat, kuning atau kemerahan
serta ada tidaknya bintik atau bercak perdarahan, selaput kelopak
mata (conjuctiva palpebra) apakah warnanya pucat, kuning atau
kemerahan dan apakah menunjukkan adanya bintik atau bercak
perdarahan
7. Dokter/perawat mengecek lidah dicatat apakah lidah terjulur atau
tergigit).
8. Dokter/perawat mengecek Lubang-lubang: disini dicatat mengenai apa
yang keluar dari lubang-lubang tubuh (mulut, hidung, telinga,
kemaluan dan anus), yaitu bentuknya (cairan, muntahan , darah dsb),
warna serta baunya. Khusus untuk mulut dan hidung penilaian
dilakukan setelah pemeriksa menekan dinding dada dan melihat
adanya benda yang keluar dari lubang mulut dan hidung serta
membaui hawa yang keluar dengan cara mengibaskan udara
mulut/hidung kearah pemeriksa
9. Dokter/perawat mengecek luka : dicatat luka pada tubuh korban sedetail
dan selengkap mungkin sebagai berikut; luka lecet geser: dicatat lokasi,
koordinat, arah serta ukurannya.
10. Dokter/perawat mengecek Memar: dicatat lokasi, koordinat, warna serta
ukurannyaLuka terbuka: dicatat lokasi, koordinat (sumbu X dan Y serta
jarak dari tumit), tepi luka (rata/tak rata), sudut luka (tajam/tumpul),
dinding luka (kotor/bersih), dasar (jaringan bawah kulit, otot, tulang),
adanya jembatan jaringan, sekitar luka (adanya luka lecet/memar serta
ukurannya), ukuran luka dalam keadaan aslinya dan ukuran setelah luka
dirapatkan.
11. Dokter/perawat mengecek Luka tembak: dicatat lokasi, kkordinat (sumbu
X, Y serta jarak dari tumit), bentuk luka (lubang, bintang atau luka
terbuka), ukurannya, adanya lecet di sekitar lubang luka (kelim lecet)
serta ukuran lebar lecetnya, adanya jelaga di sekitar luka (kelim jelaga)
serta ukurannya, adanya bintik-bintik hitam di sekitar luka (kelim tattoo)
serta ukurannya, adanya cekungan di sekitar lubang luka (jejas laras)
dan ukurannya.
12. Dokter/perawat mengecek Jejas jerat atau gantung pada leher: dicatat
bentuk luka, lokasi ketinggian luka pada GPD, sisi kanan dan kiri, lokasi
hilangnya jejas serta lokasi (perkiraan lokasi) simpul serta lebar luka
pada lokasi-lokasi tersebut.
13. Dokter/perawat mengecek Luka bakar: dicatat lokasi, koordinat, deskripsi
luka serta luasnya (mengikuti rule of nine)
14. Dokter/perawat pada kasus kematian wajar, setelah melakukan
pemeriksaan lluar jenazah cukup membuat catatan mengenai kasus
tersebut serta hasil pemeriksaannya secara garis besar dalam buku
catatan kematian di Puskesmas kecamatan pancoran .Kesimpulan
penyebab kematian pada kasus ini diperkirakannya berdasarkan allo-
anamnesis serta pemeriksaan luar jenazah, yang dicantumkan dalam
formulir A disertai KK,KTP,Surat pengantar RT,RW.
7. Hal-hal yang
perlu Ketelitian dalam pengecekan pemeriksaan jenazah.
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Pelayanan 24 Jam
2. BPU
3. Kepolisian
9. Dokumen terkait Catatan Mutu
1. Tidak Ada

10. Rekaman Historis Tgl. Mulai


No. Yang dirubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai