PENDAHULUAN
1
kematian sering juga disebut sebagai kumpulan data dari angka kematian pada
populasi dunia ataupun bagian dunia. Angka kematian adalah angka yang
menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada satu tahun tertentu
untuk setiap 1000 penduduk. Angka kematian di suatu negara dapat dijadikan
indikator dalam melihat maju atau tidaknya suatu negara. Berdasarkan data WHO
tahun 2002 terdapat 57.029.000 orang meninggal di seluruh dunia pada tahun
2005.3
Data diatas dapat disimpulkan bahwa angka kematian di dunia tidak terlalu
berubah dari tahun ke tahun. Di Indonesia, angka kematian sangat berfluktuatif,
hal ini dibuktikan dari data Departemen Kesehatan terdapat penurunan angka
kematian 6,24% dari tahun 2000 sampai tahun 2008 dan meningkat setelah itu
sampai 6,26% di tahun 2011.3
Untuk registrasi penyebab kematian perlu dicatat dan ditentukan penyebab
kematiannya. Maka dengan itu, terlah ada undang-undang yang terkait dengan hal
ini, yakni dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan nomor 15 tahun 2010, nomor 162/MENKES/PB/I/2010, tentang
Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian.3
Dalam penentuan penyebab kematian disini, peran medis sangatlah
diperlukan. Dan dalam hal ini, sudah merupakan tugas dan kewajiban seorang
dokter untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan profesi dan keahlian
yang dimiliki. Tentunya tidak terlepas dari kode etik dalam dunia kedokteran.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kegunaan mengapa surat keterangan kematian ini perlu untuk diterbitkan/dibuat
yaitu diantaranya adalah :2
Untuk kepentingan pemakaman jenazah
Kepentingan pengurusan asuransi
Kepentingan pengurusan warisan
Pengurusan pensiunan janda/duda
Persyaratan menikah lagi
Pengurusan hutang piutang
Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar
Kepentingan statistik
4
2.3. Landasan Hukum Surak Keterangan Kematian
Peraturan bersama Mendagri dan Menkes No.15 tahun 2010, nomor
162/MENKES/PB/I/2010, tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian.8
Dasar hukum surat keterangan kematian :
Bab I pasal 7 KODEKI, ‘‘Setiap dokter hanya memberikan keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya’’
Macam-macam surat keterangan antara lain:8
- Cuti sakit
- Kelahiran dan kematian
- Cacat
- Penyakit menular
- Visum et Repertum
- Kesehatan untuk: asuransi jiwa, lamaran kerja, nikah.
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992.2
Hak pasien: hak memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan
pasien yang bersifat non yustisial, misalnya surat keterangan sakit, surat
keterangan untuk kepentingan asuransi, dan surat kematian.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 15
tahun 2010, No.162/MENKES/PB/I/2010 tentang pelaporan kematian dan
penyebab kematian:8
a. Pasal 1
1) Pencatatan kematian adalah pencatatan kejadian kematian
yang dialami oleh seseorang dalam register pada Instansi
Pelaksana untuk pengelolaan data kependudukan.
2) Pencatatan penyebab kematian adalah pencatatan beberapa
penyakit atau kondisi yang merupakan suatu rangkaian
perjalanan penyakit menuju kematian atau keadaan
kecelakaan yang menyebabkan cedera dan berakhir dengan
kematian.
3) Autopsi verbal adalah suatu penelusuran rangkaian
peristiwa, keadaan, gejala, dan tanda penyakit yang
5
mengarah pada kematian melalui wawancara dengan
keluarga atau pihak lain yang mengetahui kondisi sakit dari
almarhum.
b. Pasal 2
1) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melampirkan persyaratan:8
- Surat pengantar dari RT dan RW untuk mendapatkan
surat keterangan kepala desa/lurah; dan atau
- KK dan atau KTP yang bersangkutan
- Surat keterangan kematian dari dokter yang berwenang
dalam fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
2) Dalam hal tidak ada dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), surat keterang kematian dapat diberikan oleh
perawat atau bidan.
c. Pasal 6 8
1) Setiap kematian yang terjadi diluar fasilitas pelayanan
kesehatan harus dilakukan penelusuran penyebab kematian.
2) Penelusuran penyebab kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan metode autopsi verbal.
3) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh dokter.
4) Dalam hal tidak ada dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) autopsi verbal dapat dilakukan oleh bidan atau
perawat yang terlatih.
5) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau
ayat (4) dilakukan melalui wawancara dengan keluarga
terdekat dari almarhum atau pihak lain yang mengetahui
peristiwa kematian.
6) Pelaksana autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dikoordinasikan oleh fasilitass pelayanan kesehatan
pemerintah setempat.
6
d. Pasal 7 8
1) Setiap penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaporkan data peristiwa kematian dan penyebab
kematian wajar maupun tidak wajar kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat setiap bulan sekari,
dengan tembusan disampaikan kepada Instansi pelaksana.
2) Rumah sakit melalui Unit/bagian/departemen forensik atau
instansi kamar jenazah melaporkan data peristiwa kematian
dan penyebab kematian tidak wajar kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3) Unit/bagian/Departemen Forensik atau instalasi kamar
jenazah di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berkoordinasi dengan Instansi kepolisian setempat.
Bab II pasal 12 KODEKI, ‘’Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah
pasien meninggal dunia’’ 2
Pasal 267 KUHP : Ancaman pidana untuk surat keterangan palsu. 2
Pasal 179 KUHAP: Wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan,
keterangan yang akan diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau
janji.2
7
lainnya di domisili Penduduk kepada instansi pelaksana setempat paling lambat
30 hari sejak tanggal kematian, berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan
menerbitkan Kutipan Akta Kematian. Pencatatan kematian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak
yang berwenang. Dalam hal ini terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang
karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh
Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan. 5
8
Akta kematian istimewa adalah akta kematian yang diperoleh setelah
lewat batas waktu pelaporan dengan penetapan Pengadilan Negeri
setempat bagi WNI keturunan dari WNA.
9
Dapatkan semua tanda tangan yang diperlukan. Tidak boleh menggunakan
tanda tangan cap atau print
Jangan mengubah formulir
Jangan menduplikasi/membuat 2 surat keterangan kematian yang sama.
Jika diperlukan, bisa dicopy yang selanjutnya di sahkan bahwa hasil copy
tersebut sesuai dengan aslinya.
10
mengapa dan bagaimana kematian terjadi, selain itu surat juga harus berisi poin-
poin karakteristik personal dari orang yang meninggal tersebut. Dalam
melengkapi surat kematian, dokter sebenarnya melaporkan setiap penyakit,
abnormalitas, perlukaan atau penyebab dari luar yang diyakini berkaitan dengan
kematian.8
Setiap kelahiran dan kematian pada suatu tempat harus tercatat dengan
sebaik-baiknya agar fungsi dari pencatatan sipil dan sistem statistik di suatu
tempat dapat baik pula. Standar yang ideal adalah pembuatan suatu pencatatan
sipil yang komplit dengan memperhatikan statistik penyebab kematian dimana
setiap penyebab kematian ditetapkan oleh dokter yang memiliki kualifikasi medik
dan penyebab kematian ditetapkan oleh seseorang yang mengetahui dengan baik
peraturan dan prinsip ICD (International Classification of Disease and Relater
Health Problems) yang saat ini digunakan adalah ICD-10. Di beberapa negara,
koding penyebab kematian dilakukan oleh tenaga medis yang menyatakan
kematian. Sekitar 70 negara anggota WHO membuat data sistem pencatatan sipil
dan statistik penyebab kematian yang dapat diterima dengan baik, sedangkan
sekitar 50 atau lebih negara lainnya memiliki sistem informasi yang kurang baik
dikarenakan surat yang kurang baik dengan koding penyebab kematian yang
kurang diterapkan. Pada negara-negara tersebut, kematian yang terjadi di luar
rumah sakit biasanya tidak memiliki keterangan medis, kematian tersebut
sebagian besar dikarenakan penyebab yang non spesifik.6, 8
Kerjasama yang baij antara petugas kesehatan dengan rumah sakit
merupakan hal yang penting dalam penerbitan surat kematian yang baik dengan
pernyataan penyebab kematian yang akurat. Data kematian yang tidak akurat
sebagian besar dipengaruhi oleh pembuatan pernyataan kematian yang tidak
terlatih, surat kematian yang tidak mengacu pada ICD, orang yang meninggal
(misalnya pada usia tua), dan penyebab kematian yang kurang jelas misalnya pada
kasus sudden death.6, 8
Pada beberapa negara yang kekurangan tenaga kesehatan terutama di
daerah pedesaan, biasanya kepala desa merupakan pemberi opini mengenai
penyebab suatu kematian. Hal ini merupakan praktik yang tidak baik dan data
11
tersebut seharusnya tidak disatukan dengan data penyebab kematian yang
dikeluarkan secara medis oleh dokter.8
Data kematian setiap individu perlu dicatat dengan baik untuk kepentingan
evaluasi kesehatan masyarakat dan rencana kependudukan. Terdapat standar
internasional dalam penentuan penyebab kematian sehingga standar ini dapat
membantu suatu negara dalam penggunaan statistik untuk kesehatan dan
kebijakan sosial serta perencanaan.8
WHO telah memberikan saran kepada negara-negara tentang bagaimana
membuat daftar penyebab kematian.8
Terdapat bagian surat yang memberikan keterangan mengenai penyebab
kematian dan bagian yang menyatakan catatan interval waktu antara onset setiap
kondisi dengan waktu kematian. Dalam melengkapi surat, pemberian keterangan
seharusnya melaporkan setiap penyakit, abnormalitas, perlukaan atau penyebab
luar lainnya yang berkaitan dengan kematian. Cara kematian (misalnya gagal
napas atau gagal jantung) bukan merupakan penyebab kematian.8
12
2.10. Format Surat Keterangan Kematian
- Contoh surat keterangan Kedokteran Tentang Sebab Kematian9
13
- Contoh surat keterangan kematian dari kelurahan.9
14
- Contoh surat keterangan kematian9
15
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18