Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk
akta kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, manusia juga
seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan mengapa surat
keterangan kematian ini perlu untuk diterbitkan/dibuat, baik di bidang medis maupun
dibidang statistic.
Kondisi statistik kematian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak
hal yang mempengaruhinya seperti sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah
(>60%), tidak ada catatan medis yang memadai, Tidak ada laporan ke dinkes
kabupaten, dinkes propinsi, dan pusat, laporan tidak terstandardisasi dengan baik, atau
pun laporan tersebut tidak memadai untuk tingkat nasional
Seorang Dokter, baik dokter pemerintah atau dokter swasta, dokter umum atau
dokter ahli, apabila pasien yang telah dirawat meningggal dunia, maka dokter tersebut
wajib membuat atau mengisi formulir surat kematian yang kemudian salah satu surat
kematian tersebut diserahkan kepada keluarga pasien yang telah meninggal dunia guna
mengurus proses pemakaman.
Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting
dilakukan sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan penyakit dan
penyebab kematian pada masyarakat. Hal ini perlu sebagai bagian dari sistem
surveilan guna menentukan tindakan dan intervensi apa yang bisa dilakukan. Selain
itu, data bisa juga dipakai sebagai upaya monitoring jalannya suatu program sekaligus
sebagai bahan evaluasi program yang telah berjalan. Dalam hal penelitian, data ini
dapat menjadi sumber data untuk penelitian biomedis maupun sosiomedis.
Dalam penerbitan surat kematian, tidak jarang ditemukan penyalahgunaan di
publik. Banyak kasus terjadi karena di Indonesia pencatatan surat kematian berkesan
sebelah mata tanpa pemeriksaan lengkap. Karena minimnya evaluasi tersebut, sering
terjadi penyalahgunaan surat kematian ini. Salah satu penyalahgunaan yang terjadi di
antaranya yaitu pemalsuan klaim asuransi jiwa atas kematian seorang individu. Hal
tersebut tentunya dimungkinkan terjadi karena nilai klaim premi asuransi yang
nilainya cukup besar sehingga mengundang terjadinya kejahatan pemalsuan dokumen.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Surat Keterangan Kematian


Surat keterangan kematian adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang
telah meninggal dunia. Surat keterangan kematian ini berisi identitas, saat kematian,
dan sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah
dokter yang telah diambil sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk
menjalankan praktik kedokteran.1,2
Surat keterangan kematian merupakan suatu keterangan tentang kematian yang
dibuat oleh dokter. Hal ini penting sehingga dokter harus bertanggungjawab
sepenuhnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan surat keterangan kematian.
Surat keterangan kematian biasa atau alamiah ini penting dibuat untuk kepentingan
berbagai kalangan seperti pihak ahli waris (asuransi), statistic atau sensus penduduk
dan instansi tempat korban bekerja serta untuk penguburan.2 Pada waktu menuliskan
surat keterangan kematian, maka keadaan orang tersebut sebelum meninggal dapat
diperoleh dari keluarga yang meninggal sebelum jenazahnya dikuburkan atau
dikremasi.2

Peran dokter dalam hal ini adalah:1


a. Menentukan seseorang telah meninggal dunia (berhenti secara permanen: sirkulasi,
respirasi dan neurologi)
b. Melengkapi surat keterangan kematian bagian medis (menuliskan sebab kematian,
jika diperlukan otopsi)
c. Jika jenazah tidak dikenal, membantu identifikasi.

B. Kegunaan Surat Keterangan Kematian


Manusia hidup di dunia ini selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk
akta kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, manusia juga
seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan mengapa surat
keterangan kematian ini perlu untuk diterbitkan/dibuat yaitu diantaranya adalah :1
a. Untuk kepentingan pemakaman jenazah
b. Kepentingan pengurusan asuransi
c. Kepentingan pengurusan warisan
2
d. Pengurusan pensiunan janda/duda
e. Persyaratan menikah lagi
f. Pengurusan hutang piutang
g. Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar
h. Kepentingan statistik
Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting
dilakukan sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan tren penyakit
dan tren penyebab kematian pada masyarakat. Hal ini perlu sebagai bagian dari system
surveillance guna menentukan tindakan dan intervensi apa yang bisa dilakukan. Selain
itu, data bisa juga dipakai sebagai upaya monitoring jalannya suatu program sekaligus
sebagai bahan evaluasi program yang telah berjalan. Dalam hal penelitian, data ini
dapat menjadi sumber data untuk penelitian biomedis maupun sosiomedis.1

C. Landasan Hukum Surat Keterangan Kematian


Peraturan bersama Mendagri dan Menkes No.15 tahun 2010, nomor
162/MENKES/PB/I/2010, tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian.3
Dasar hukum surat keterangan kematian :
a. Bab I pasal 7 KODEKI, ‘‘Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya’’
b. Bab II pasal 12 KODEKI, ‘’Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia’’
c. Pasal 267 KUHP : Ancaman pidana untuk surat keterangan palsu
d. Pasal 179 KUHAP: Wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan,
keterangan yang akan diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau janji.

D. Macam-macam Surat Keterangan Kematian


Surat Keterangan Kematian ada 2 macam, yaitu:2
a. Surat Keterangan Kematian Biasa (Ordinary Death Certificate)
Surat ini mencatat kematian individu yang mati secara alamiah, yang tidak
berhubungan dengan suatu kekerasan, tetapi dibawah pengawasan dokter.
Dimana dokter harus mengawasi selama waktu tertentu sebelum mati dan telah
mengadakan kunjungan professional dalam waktu 24 jam di saat kritis penyakit
penderita.

3
b. Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh dokter forensic (Medical
Examiner’s Death Certificate)

Jika dokter tidak dapat menentukan kematian ini disebabkan karena alamiah
atau tidak alamiah maka dapat disarankan sebelum memberi surat keterangan
kematian dibuat dapat menanyakan pada penyidik yang akan memberikan petunjuk
yang terbaik untuk diikuti.2

E. Syarat Surat Keterangan Kematian


Kematian sebaiknya dilaporkan kepada penyidik dengan benar. Dokter
dinasehatkan untuk memberikan keterangan kepada penyidik secepat mungkin pada
kasus kematian mendadak, kematian dengan abortus, kematian yang disebabkan oleh
penyebab tidak alamiah, kecelakaan yang fatal, alkoholisme, kematian yang
disebabkan oleh anastesi atau operasi atau obat-obatan. Keracunan yang fatal
termasuk keracunan makan juga harus dilaporkan dan kematian akibat pekerjaan.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter maka dapat dibuatkan surat keterangan
kematian.2
Surat keterangan kematian alamiah harus dihadiri oleh dokter sebelum surat
tersebut dikeluarkan. Pada surat keterangan kematian ini juga harus dicantumkan
penyebab kematian. Dokter yang membuat surat keterangan kematian tersebut harus
yakin bahwa orang tersebut benar-benar meninggal dan atautidak dalam mati suri
serta yakin penyebab kematian satu-satunya alamiah.2

F. Instruksi Pengisian Surat Keterangan Kematian

Dalam melengkapi surat keterangan kematian, perlu dilakukan sesuai


guideline :1
a. Menggunakan formulir ter-update yang diterbitkan pemerintah
b. Isi semua item, ikuti petunjuk pengisian setiap item
c. Buat surat dengan jelas dengan tinta hitam
d. Jangan gunakan singkatan kecuali ada instruksi khusus pada pengisian item
e. Konfirmasikan ejaan penulisan nama terutama nama yang homofon (beda ejaan
penulisan tapi sama pengucapannya) seperti : Edi, Edy, Eddie dsb
f. Dapatkan semua tanda tangan yang diperlukan. Tidak boleh menggunakan tanda
tangan cap atau print
g. Jangan mengubah formulir
4
h. Jangan menduplikasi/membuat 2 surat keterangan kematian yang sama. Jika
diperlukan, bisa dicopy yang selanjutnya di sahkan bahwa hasil copy tersebut
sesuai dengan aslinya

G. Isi Surat Keterangan Kematian


Keterangan yang diberikan pada surat keterangan kematian adalah:2
a. Yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara
terperinci, yaitu nama, umur, tempat, dan tanggal kematian.
b. Bagian ini melaporkan tentang penyebab kematian, yaitu:
̵ Sebab primer
̵ Immediate cause of death (Sebab kematian segera)
̵ Countributery cause of Death (sebab kematian tambahan)

Surat kematian primer adalah sebab yang utama yang menyebabkan kematian.
Sebab kematian segera adalah komplikasi fatal yang dapat membunuh penderita
yang berasal dari sebab utama. Sedangkan Countributery cause of Death adalah
proses yang tidak ada hubungannya dengan sebab utama dan sebab segera dari
kematian tetapi mempunyai tambahan resiko menyebabkan kematian

c. Bagian terakhir dari surat keterangan kematian berisi tentang:


̵ Kehadiran dokter saat melihat kritis penyakit penderita
̵ Penyebab kematian tersebut ditulis dengan benar berdasarkan keyakinan dan
keilmuannya.

H. Format Surat Keterangan Kematian


a. Contoh surat keterangan kematian dari rumah sakit (terlampir)
b. Contoh surat keterangan kematian dari kelurahan (terlampir)

I. Klaim asuransi kematian


Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

5
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.4
Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi) dapat diasuransikan
(insurable) maka harus memiliki karakteristik:
a. terjadinya kerugian mengandung ketidakpastian,
b. kerugian harus dibatasi,
c. kerugian harus signifikan,
d. rasio kerugian dapat terprediksi dan
e. kerugian tidak bersifat katastropis (bencana) bagi penanggung.
Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian
yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan
tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian
yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi)
tertentu dari tertanggung.5
Ada dua bentuk perjanjian dalam menetapkan jumlah pembayaran pada saat
jatuh tempo asuransi yaitu: kontrak nilai (valued contract) dan kontrak indemnitas
(contract of indemnity). Kontrak nilai adalah perjanjian dimana jumlah
pembayarannya telah ditetapkan dimuka. Misal, nilai Uang Pertanggungan (UP)
pada asuransi jiwa. Kontrak indemnitas adalah perjanjian yang jumlah santunannya
didasarkan atas jumlah kerugian finansial yang sesungguhnya. Misal, biaya
perawatan rumah sakit.5
berdasarkan hasil olah TKP dan hasil autopsi disimpulkan bahwa kematian
pasien tidak wajar. Oleh karena itu, sesuai dengan prosedur klaim asuransi jiwa
kematian jika ditemukan jenazah di TKP atau keluarga jenazah meminta dokter
untuk memeriksa jenazah dengan hasil kematian tidak wajar maka kasus ini harus
dilaporkan ke penyidik untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Selanjutnya penyidik
akan mengeluarkan surat permintaan visum kepada dokter dan dokter akan
mengeluarkan laporan Visum et Repertum kepada pihak penyidik.4

6
Prosedur Klaim Asuransi Jiwa karena Kematian

Sumber : (Hanafiah, 2007).

Dari penjelasan tentang aspek medikolegal dan alur klaim asuransi jiwa
kematian maka jika keluarga ingin melakukan klaim untuk asuransi jiwa kematian,
keluarga langsung datang ke dokter untuk meminta dokter melakukan pemeriksaan
di TKP tentang cara kematian, sebab kematian dan mekanisme kematian. Setelah itu
akan ditentukan apakah kematian tersebut wajar atau tidak. Jika kematiannya wajar
maka dokter dapat langsung memberikan surat keterangan medik yakni surat
keterangan kematian tanpa harus ada ijin dari penyidik. Seperti yang diatur dalam
peraturan pemerintah No.10 tahun 1966 dengan sanksi hukum seperti dalam pasal
322 KUHAP. Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak ketiga,
misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh izin dari
pasien, baik berupa izin langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat sebelumnya
antara pasien dengan pihak ketiga tertentu (misalnya perusahaan asuransi).
Sebaliknya, jika kematian tidak wajar maka dokter harus ke pihak penyidik untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyidik akan mengeluarkan surat permintaan
visum kepada dokter dan dokter akan mengeluarkan laporan Visum et Repertum
kepada pihak penyidik.4

Dokter dalam hal menyangkut surat kematian berperan dalam menentukan


seseorang telah meninggal dunia (berhenti secara permanen, sirkulasi, respirasi, dan

7
neurologi), melengkapi surat keterangan kematian bagian medis (menuliskan sebab
kematian, jika diperlukan dilakukan autopsi).4

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surat keterangan kematian adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang


telah meninggal dunia. Surat keterangan kematian ini berisi identitas, saat kematian,
dan sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah
dokter yang telah diambil sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk
menjalankan praktik kedokteran. Selain itu, pembuatan surat kematian telah diatur dan
mempunyai landasan hukum.

seorang dokter sebagai pihak yang berwenang menerbitkan surat kematian,


hendaknya tidak menyalahgunakan wewenangnya. Pada khususnya untuk kepentingan
klaim asuransi. Secara kasat mata, tindakan ini memang mendatangkan banyak
keuntungan secara materiil untuk keluarga pemohon dan dokter. Tetapi, dapat
menimbulkan malapetaka untuk dokter pada masa-masa selanjutnya. Dokter harus
hati-hati dalam menerbitkan surat kematian, dan memastikan sendiri bahwa jenazah
yang diperiksa itu betul-betul sesuai dengan identitasnya.

B. Saran

Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting


dilakukan sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan penyakit dan
penyebab kematian yang umum pada masyarakat. dokter jangan mudah tertipu dalam
penerbitan surat kematian, bukan hanya dalam penerbitan surat kematian tapi juga
dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan dan kematian manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Suciningtyas, Martiana. 2008. Death Certification.


2. Gani, M. Husni. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik
3. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kementrian Kesehatan Nomor 15
Tahun 2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010
4. Hanafiah, J Dan Amir, A. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan Ed 4. 2007.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Hoediyanto, haryadi. 2010. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
Surabaya: departemen ilmu kedokteran forensik dan medikolegal DK UNAIR

10
Lampiran1

11
Lampiran2

12
Lampiran3

13
Refarat november 2018

ASPEK MEDIKOLEGAL
(Surat Keterangan Kematian Dan Klaim Asuransi Kematian)

Oleh :
Ahmad Dwi Prasetya (N111 16 106)
Aldhy Wijayakusuma Ananda (N 111 17 025)
Angelia tiku mali Pirade ( N 111 17 041)

Pembimbing :
dr. ANNISA ANWAR MUTHAHER, SH, M.Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
NOVEMBER
2018

14
15

Anda mungkin juga menyukai