Oleh:
Trilaxmi Ivon Sinda 18014101004
Agustinus Andika 18014101005
Masa KKM 14 Januari – 27 Januari 2019
Surat keterangan kematian (SKK) adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Surat keterangan kematian berisi identitas, saat kematian dan sebab kematian.
Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah dokter yang telah diambil
sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk menjalankan praktik kedokteran. Surat
keterangan kematian merupakan suatu keterangan tentang kematian yang dibuat oleh dokter.
Hal ini harus digaris bawahi dan dianggap penting, karena dokter harus bertanggungjawab
sepenuhnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pernyataan dan surat keterangan
kematian. Surat keterangan kematian biasa/alamiah penting dibuat untuk kepentingan berbagai
kalangan, seperti ahli waris (asuransi), statistik/sensus penduduk dan instansi tempat korban
bekerja, serta untuk pengurusan penguburan. Pada saat menuliskan surat keterangan kematian,
maka keadaan orang sebelum meninggal tersebut dapat diperoleh dari rekam medis, keterangan
dokter yang merawat dirumah sakit/puskesmas/klinik dan dari keluarga yang meninggal sebelum
jenazah dikuburkan atau dikremasi.
Manusia hidup di dunia selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk akta
kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, maka manusia juga
seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan dari pembuatan surat
ketearangan kematian secara baik dan tepat, dengan kegunaan diantaranya adalah :
Untuk kepentingan pemakaman Persyaratan menikah lagi
jenazah Pengurusan hutang piutang
Kepentingan pengurusan asuransi Untuk tujuan hukum, pengembangan
Kepentingan pengurusan warisan kasus kematian tidak wajar
Pengurusan pensiunan janda/duda Kepentingan statistik
Dalam dunia kesehatan ,pencatatan atau pemberian surat keterangan kematian penting dilakukan
sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan suatu penyakit dan penyebab
kematian pada masyarakat.
Menurut peraturan bersama Mendagri dan Menkes No. 15 Tahun 2010, nomor
162/MENKES/PB/I/2010, tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian, menyebutkan :
BAB I Pasal 7 KODEKI, “Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.”
BAB II Pasal 12 KODEKI, “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu ang
diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia.”
Pasal 267 KUHP : Ancaman pidana untuk surat keterangan palsu.
Pasal 179 KUHAP : Wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan, keterangan
yang diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau janji.
Surat keterangan kematian alamiah harus dihadiri oleh dokter sebelum surat tersebut
dikeluarkan. Pada surat keterangan kematian ini juga harus dicantumkan penyebab dari
kematiannya. Dokter yang membuat surat keterangan kematian tersebut harus yakin bahwa orang
tersebut benar-benar meninggal dan/atau tidak dalam mati suri, serta yakin penyebab
kematiannya adalah sebab alamiah. Jika di curigai adanya penyebab kematian yang tidak
alamiah/tidak wajar, dokter harus melakukan pemeriksaan luar atau memberikan opsi untuk
dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi) kepada jenazah.
Yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara terperinci,
yaitu nama, usia, tempat dan tanggal kematian.
Bagian yang menyatakan pelaporan penyebab kematian, yaitu :
Sebab primer, yaitu Immediate cause of death (Sebab kematian segera)
dan Countributery cause of death (Sebab kematian tambahan). Surat keterangan primer
berisi tentang sebab utama yang menyebabkan kematian. Sebab kematian segera adalah
komplikasi fatal yang dapat membunuh penderita yang berasal dari sebab utama.
Sedangkan sebab kematian tambahan merupakan proses yang tidak ada hubungannya
dengan sebab utama dan sebab segera dari kematian, tetapi mempunyai tambahan resiko
yang menyebabkan kematian.
Bagian terakhir dari surat keterangan kematian berisi tentang :
Kehadiran dokter saat melihat keadaan kritis penyakit penderita.
Penyebab kematian tersebut ditulis dengan benar, berdasarkan keyakinan dan
keilmuannya.
Format Surat Keterangan Kematian Yang Baku
Contoh Formulir Surat Keterangan Kematian dari RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
h. Tata Cara Pengeluaran Surat Keterangan Kematian
Surat keterangan kematian termasuk kedalam salah satu dari sekian banyak surat
keterangan yang dikeluarkan oleh dokter. Surat keterangan dokter adalah surat keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter untuk tujuan tertentu tentang kesehatan atau penyakit pasien, atas
permintaan pasien atau dasar permintaan pihak ketiga dengan persetujuan pasien atau atas
perintah Undang-Undang. Surat keterangan kematian adalah surat yang menyatakan bahwa
seseorang sudah meninggal. Surat keterangan kematian dibuat atas dasar pemeriksaan jenazah,
minimal pemeriksaan luar. Dalam hal kematian berkaitan dengan tindak pidana, pastikan bahwa
prosedur hukum telah dilakukan sebelum dikeluarkannya surat keterangan kematian. Suatu surat
keterangan kematian tidak boleh dikeluarkan atas seseorang yang meninggal diduga akibat suatu
peristiwa pidana/mati tidak wajar, tanpa pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu.
Pembuatan surat keterangan kematian harus dibuat secara hati-hati, mengingat aspek hukum
yang luas, mulai dari urusan pensiun, administrasi sipil, warisan santunan asuransi, hingga
adanya kemungkinan pidana sebagai penyebab kematian. Surat keterangan kematian minimal
berisi identitas korban, tanggal kematian, jenis pemeriksaan dan sebab kematian. Pada rumah
sakit yang sudah terdapat dokter spesialis Forensik dan sistem pengeluaran jenazah satu pintu ke
Bagian Forensik, maka surat keterangan kematian untuk seluruh jenazah yang meninggal
dirumah sakit dikeluarkan oleh dokter spesialis Forensik. Jika kematian korban akibat suatu
tindakan pidana, maka surat keterangan kematian boleh dikeluarkan setelah dilakukan
pemeriksaan forensik terhadap jenazah.
Source :
Atmadja DS. Tatacara dan Pelayanan Pemeriksaan serta Pengawetan Jenazah pada
Kematian Wajar. Jakarta; 2004; Dimaio VJ. Forensic Pathology 2nd ed. USA: CRC Press;
2001; Rika S. “Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayana Kedokteran Forensik”.
Majalah Kedokteran Andalas. 2012;2(36):146-153; Idries, Abdul Mun’im. Saat Kematian.
Dalam : Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi I, Binarupa Aksara: 1997; h 53-
80; Sampurna, Budi, Zulhasmar Samsu, Tjetjep Dwija Siswaja. Mekanisme dan Sebab
Kematian. Dalam : Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum, Cetakan Pertama,
Jakarta: 2008; h 111; Gani, M. Husni. Surat Keterangan Kematian. Dalam : Ilmu Kedokteran
Forensik. Materi Kuliah, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas: 2005; h 49-51; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. 2008; Irianto, Joko, Anwar Musadad, Yuana Wiryawan. MortalityRate in
Various Provinces Of Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 3. September 2009; h 1047-
1059; Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Surat
Keterangan Kematian Dan Formulir Keterangan Penyebab Kematian. Dalam : Pedoman
Pengisian Formulir Keterangan Penyebab Kematian (FKPK), Bakti Husada: 2010; h 2-
9; Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Menegakkan
Diagnosis Penyebab Kematian Menurut ICD-10 Dari Data Autopsi Verbal, Bakti Husada.
2010; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Buku
Pedoman Autopsi Verbal, Bakti Husada. 2010; Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Kementerian Kesehatan Nomor 15 Tahun 2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010.