Anda di halaman 1dari 14

Surat Keterangan Kematian

Surat Keterangan Kematian (SKK) adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang
telah meninggal dunia. Surat keterangan kematian berisi identitas, saat kematian dan
sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah dokter
yang telah diambil sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk menjalankan
praktik kedokteran.

Surat keterangan kematian merupakan suatu keterangan tentang kematian


yang dibuat oleh dokter. Hal ini harus digaris bawahi dan dianggap penting, karena
dokter harus bertanggungjawab sepenuhnya terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan pernyataan dan surat keterangan kematian.

Surat keterangan kematian biasa/alamiah penting dibuat untuk kepentingan berbagai


kalangan, seperti ahli waris (asuransi), statistik/sensus penduduk dan instansi tempat
korban bekerja, serta untuk pengurusan penguburan.

Pada saat menuliskan surat keterangan kematian, maka keadaan orang sebelum
meninggal tersebut dapat diperoleh dari rekam medis, keterangan dokter yang
merawat dirumah sakit/puskesmas/klinik dan dari keluarga yang meninggal sebelum
jenazah dikuburkan atau dikremasi.

Peran dokter dalam hal ini adalah :

1. Menentukan seseorang telah meninggal dunia (berhenti secara permanen


terhadap sirkulasi, respirasi dan neurologi, serta memastikan adanya tanda
awal pasti mati).

2. Melengkapi surat keterangan kematian bagian medis (menuliskan sebab


kematian, jika diperlukan pemeriksaan luar dan autopsi).

3. Jika jenazah idak dikenal, jenazah harus di identifikasi terlebih dahulu.

Fungsi Surat Keterangan Kematian

Manusia hidup di dunia selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk akta
kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, maka manusia
juga seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan dari
pembuatan surat ketearangan kematian secara baik dan tepat, dengan kegunaan
diantaranya adalah :
 Untuk kepentingan pemakaman jenazah

 Kepentingan pengurusan asuransi

 Kepentingan pengurusan warisan

 Pengurusan pensiunan janda/duda

 Persyaratan menikah lagi

 Pengurusan hutang piutang

 Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar

 Kepentingan statistik

Dalam dunia kesehatan ,pencatatan atau pemberian surat keterangan kematian penting
dilakukan sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan suatu
penyakit dan penyebab kematian pada masyarakat.

Dasar Hukum Surat Keterangan Kematian

Menurut peraturan bersama Mendagri dan Menkes No. 15 Tahun 2010, nomor
162/MENKES/PB/I/2010, tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian,
menyebutkan :

 BAB I Pasal 7 KODEKI, “Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan


pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.”

 BAB II Pasal 12 KODEKI, “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu


ang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien
meninggal dunia.”

 Pasal 267 KUHP : Ancaman pidana untuk surat keterangan palsu.

 Pasal 179 KUHAP : Wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan,


keterangan yang diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau janji.

Macam-macam Surat Keterangan Kematian

 Surat Keterangan Kematian Biasa


 Surat ini mencatat kematian individu yang meninggal secara
alamiah/wajar dan tidak berhubungan dengan suatu kekerasan, tetapi
berada dalam pengawasan dokter. Dimana dokter harus mengawasi
selama waktu tertentu sebelum meninggal dan telah mengadakan
kunjungan profesional alam waktu 24 jam di saat kritis waktu cedera.

 Surat Keterangan Kematian Oleh Dokter Forensik

 Surat keterangan kematian yang dikeluarkan oleh dokter forensik


dibuat apabila dokter tidak dapat menentukan kematian ersebut karena
alamiah/wajar atau tidak alamiah/tidak wajar, maka dapat disarankan
sebelum membuat surat keterangan kematian, ditanyakan terlebih
dahulu kepada penyidik yang akan memberikan petunjuk terbaik untuk
di ikuti.

Syarat Surat Keterangan Kematian

Kematian sebaiknya dilaporkan kepada pihak penyidik dengan benar. Dokter


dinasehatkan agar memberikan keterangan kepada penyidik secepat mungkin pada
kasus kematian mendadak, kematian dengan abortus, kematian yang disebabkan oleh
penyebab tidak alamiah/tidak wajar, kecelakaan yang fatal, alkoholisme, kematian
yang disebabkan oleh anestesi atau operasi/obat-obatan. Keracunan yang fatal
termasuk keracunan makanan, serta kematian akibat/dalam pekerjaan juga harus
dilaporkan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, maka dapat dibuatkan surat
keterangan kematian.

Surat keterangan kematian alamiah harus dihadiri oleh dokter sebelum surat tersebut
dikeluarkan. Pada surat keterangan kematian ini juga harus dicantumkan penyebab
dari kematiannya. Dokter yang membuat surat keterangan kematian tersebut harus
yakin bahwa orang tersebut benar-benar meninggal dan/atau tidak dalam mati suri,
serta yakin penyebab kematiannya adalah sebab alamiah. Jika di curigai adanya
penyebab kematian yang tidak alamiah/tidak wajar, dokter harus melakukan
pemeriksaan luar atau memberikan opsi untuk dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi)
kepada jenazah.

Instruksi Pengisian Surat Keterangan Kematian

 Menggunakan formulir terbaru yang diterbitkan oleh pemerintah.


 Isi semua item, ikuti petunjuk pengisian setiap item.

 Buat surat secara jelas dengan menggunakan tinta hitam.

 Jangan menggunakan singkatan, kecuali terdapat instruksi khusus pada


pengisian item.

 Konfirmasikan ejaan penulisan nama, terutama nama yang homofon (beda


penulisan tetapi pengucapan sama) seperti : Edi, Edy, Eddie, dan sebagainya.

 Dapatkan semua tanda tangan yang diperlukan. Tidak boleh menggunakan


tanda tangan cap atau print.

 Jangan mengubah formulir.

 Jangan menduplikasikan /membuat 2 surat keterangan kematian yang sama.


Jika diperlukan, bisa di fotocopy, yang selanjutnya isahkan bahwa hasil copy
tersebut sesuai dengan aslinya.

Isi Surat Keterangan Kematian

Keterangan yang diberikan pada surat keterangan kematian adalah :

 Yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara


terperinci, yaitu nama, usia, tempat dan tanggal kematian.

 Bagian yang menyatakan pelaporan penyebab kematian, yaitu :

 Sebab primer, yaitu Immediate cause of death (Sebab kematian segera)


dan Countributery cause of death (Sebab kematian tambahan). Surat
keterangan primer berisi tentang sebab utama yang menyebabkan
kematian. Sebab kematian segera adalah komplikasi fatal yang dapat
membunuh penderita yang berasal dari sebab utama. Sedangkan sebab
kematian tambahan merupakan proses yang tidak ada hubungannya
dengan sebab utama dan sebab segera dari kematian, tetapi mempunyai
tambahan resiko yang menyebabkan kematian.

 Bagian terakhir dari surat keterangan kematian berisi tentang :

 Kehadiran dokter saat melihat keadaan kritis penyakit penderita.


 Penyebab kematian tersebut ditulis dengan benar, berdasarkan
keyakinan dan keilmuannya.

Format Surat Keterangan Kematian Yang Baku

Tata Cara Pengeluaran Surat Keterangan Kematian


Surat keterangan kematian termasuk kedalam salah satu dari sekian banyak surat
keterangan yang dikeluarkan oleh dokter. Surat keterangan dokter adalah surat
keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk tujuan tertentu tentang kesehatan
atau penyakit pasien, atas permintaan pasien atau dasar perminaan pihak ketiga
dengan persetujuan pasien atau atas perintah Undang-Undang.

Surat keterangan kematian adalah surat yang menyatakan bahwa seseorang sudah
meninggal. Surat keterangan kematian dibuat atas dasar pemeriksaan jenazah,
minimal pemeriksaan luar. Dalam hal kematian berkaitan dengan tindak pidana,
pastikan bahwa prosedur hukum telah dilakukan sebelum dikeluarkannya surat
keterangan kematian. Suatu surat keterangan kematian tidak boleh dikeluarkan atas
seseorang yang meninggal diduga akibat suatu peristiwa pidana/mati tidak wajar,
tanpa pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu. Pembuatan surat keterangan
kematian harus dibuat secara hati-hati, mengingat aspek hukum yang luas, mulai dari
urusan pensiun, administrasi sipil, warisan santunan asuransi, hingga adanya
kemungkinan pidana sebagai penyebab kematian.

Surat keterangan kematian minimal berisi identitas korban, tanggal kematian, jenis
pemeriksaan dan sebab kematian. Pada rumah sakit yang sudah terdapat dokter
spesialis Forensik dan sistem pengeluaran jenazah satu pintu ke Bagian Forensik,
maka surat keterangan kematian untuk seluruh jenazah yang meninggal dirumah sakit
dikeluarkan oleh dokter spesialis Forensik. Jika kematian korban akibat suatu
tindakan pidana, maka surat keterangan kematian boleh dikeluarkan setelah dilakukan
pemeriksaan forensik terhadap jenazah.
Medical Certification of Cause of Death – WHO

World Health Organization (WHO) merilis formulir sertifikat medis penyebab


kematian (revisi 2016) yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Sertifikat kematian dibagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian 1 — laporkan urutan / rantai kejadian yang menyebabkan kematian


2. Bagian 2 — kondisi penting lainnya yang menyebabkan kematian
3. Kolom untuk mencatat perkiraan interval antara awal kondisi dan kematian.

Sebelum meninjau bagian-bagian secara rinci, penting untuk memahami konsep-


konsep berikut:

- urutan / rantai kejadian yang menyebabkan kematian


- penyebab yang berkontribusi pada kematian.

Urutan / Rantai Kejadian yang Menyebabkan Kematian

Statistik kematian didasarkan pada penyebab kematian yang mendasarinya, yaitu


penyakit atau cedera yang memicu urutan / rantai peristiwa yang menyebabkan
kematian langsung. Sebagai contoh, bayangkan seseorang meninggal karena
pendarahan otak setelah kecelakaan kendaraan bermotor. Pendarahan otak adalah
penyebab kematian – maka kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab yang
mendasari kematian.

Frame A

Bagian 1 dari sertifikat kematian memiliki empat baris untuk melaporkan


urutan/rantai kejadian yang menyebabkan kematian; diberi label 1 (a), 1 (b), 1 (c) dan
1 (d).

Penyebab langsung kematian dimasukkan pada bagian 1 (a). Jika kematian adalah
konsekuensi dari penyakit atau kondisi lain, dan ini merupakan penyebab yang
mendasarinya maka harus dimasukkan pada 1 (b). Jika ada lebih banyak peristiwa
yang menyebabkan kematian, tulislah ini dalam urutan 1 (c) dan 1 (d).

Poin penting:

- Mengisinya berurutan mulai dari 1 (a); jangan pernah meninggalkan garis


kosong dalam urutan. Jika hanya ada satu penyebab kematian, itu dimasukkan
pada 1 (a).
- Setiap kondisi di bawah 1 (a) adalah penyebab kondisi di atasnya (yaitu
penyebab sebelumnya).
- Penyebab awal dalam urutan adalah penyebab yang mendasarinya.

Kolom di sebelah kanan sertifikat kematian adalah untuk merekam perkiraan interval
waktu antara awal kondisi dan kematian. Interval waktu harus dimasukkan untuk
semua kondisi yang dilaporkan pada sertifikat kematian, terutama untuk kondisi yang
dilaporkan di bagian 1. Interval ini biasanya ditetapkan oleh dokter berdasarkan
ketersediaan informasi. Dalam beberapa kasus, intervalnya harus diperkirakan.
Periode waktu seperti menit, jam, hari, minggu, bulan atau bertahun-tahun dapat
digunakan.

Jika waktu onset tidak diketahui atau tidak dapat ditentukan, tulis ‘tidak diketahui’.
Ini sangat penting. Jangan biarkan kolom ini kosong. Informasi ini berguna untuk

pengkodean penyakit tertentu dan memberikan pemeriksaan pada keakuratan urutan


kondisi yang dilaporkan. Karena itu, penting untuk mengisi baris-baris ini.
Bagian 2 digunakan untuk penyebab kematian, yaitu, kondisi yang tidak termasuk
dalam bagian 1 tetapi kehadirannya berkontribusi pada kematian. Ini bukan
merupakan bagian dari urutan, jadi terdaftar pada sertifikat kematian sebagai
penyebab yang berkontribusi.

Frame B

Beberapa detail sering dilupakan dalam Bagian 1 dan 2 (Frame A). Karena itu,
pertanyaan terpisah menanyakan detail seperti operasi sebelumnya, cara kematian dan
tempat kematian. Penting untuk mencatat informasi tambahan dalam Frame B untuk
memastikan bahwa semua informasi yang tersedia disediakan untuk memastikan
dipastikannya penyebab kematian yang mendasarinya (UCOD).

Misalnya, ada pertanyaan dalam Frame B tentang apakah wanita yang meninggal itu
hamil, yang akan membantu meningkatkan pelaporan kematian ibu. Demikian pula,
informasi tentang operasi dan alasan operasi akan membantu dalam memastikan
UCOD.

Frame B dapat diselesaikan oleh non-dokter yang dekat dengan catatan medis
almarhum, tetapi harus ditinjau oleh dokter untuk akurasi dan kelengkapannya.
Selain sertifikat kematian yang terstandarisasi, WHO juga merilis formulir tambahan
untuk melaporkan detail kematian perinatal. Negara-negara disarankan untuk
menggunakan definisi WHO tentang periode perinatal - yaitu, mulai dari 22 minggu
yang lengkap (154 hari) kehamilan (waktu ketika berat lahir biasanya 500 gram) dan
berakhir tujuh hari setelah kelahiran. Identifikasi yang benar dari penyebab kematian
perinatal sangat penting dalam memandu pengembangan kebijakan nasional tentang
kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja DS. Tatacara dan Pelayanan Pemeriksaan serta Pengawetan Jenazah pada
Kematian Wajar. Jakarta; 2004.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2008.

Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Surat


Keterangan Kematian Dan Formulir Keterangan Penyebab Kematian. Dalam :
Pedoman Pengisian Formulir Keterangan Penyebab Kematian (FKPK), Bakti Husada:
2010; h 2-9.

Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


Menegakkan Diagnosis Penyebab Kematian Menurut ICD-10 Dari Data Autopsi
Verbal, Bakti Husada. 2010.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Buku


Pedoman Autopsi Verbal, Bakti Husada. 2010.

Dimaio VJ. Forensic Pathology 2nd ed. USA: CRC Press; 2001.

Gani, M. Husni. Surat Keterangan Kematian. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik.


Materi Kuliah, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas: 2005; h 49-51.

Idries, Abdul Mun’im. Saat Kematian. Dalam : Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik,
Edisi I, Binarupa Aksara: 1997; h 53-80.

Irianto, Joko, Anwar Musadad, Yuana Wiryawan. MortalityRate in Various Provinces


Of Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 3. September 2009; h 1047-1059.

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan Nomor 15


Tahun 2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010.

Rika S. “Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayana Kedokteran Forensik”.


Majalah Kedokteran Andalas. 2012;2(36):146-153.

Sampurna, Budi, Zulhasmar Samsu, Tjetjep Dwija Siswaja. Mekanisme dan Sebab
Kematian. Dalam : Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum, Cetakan
Pertama, Jakarta: 2008; h 111.
World Health Organization (2016). International statistical classification of diseases
and related health problems, 10th revision, vol. 2, 10th edn, World Health
Organization, Geneva.

Anda mungkin juga menyukai