Anda di halaman 1dari 23

CASE BRONKIEKTASIS

DI SU SU N OL EH : MI R S A LI NA SU KMA P R AB OWO – 2 0 1 6 7 3 0 1 3 1

PE MB I MBI N G : D R . F ET T Y F A T M A W A T Y, S P. R A D

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSUD R. SYAMSUDIN SH SUKABUMI
PERIODE 13 SEPTEMBER – 3 OKTOBER 2021
STATUS PASIEN
I DENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 51 Tahun

No. RM : R000210**

Tanggal Pemeriksaan : 23 September 2021

DPJP Ekspertise : dr. Fetty Fatmawaty, Sp.Rad


GAMBARAN
FOTO THORAX
HASIL EKSPERTISE

 Foto asimetris dan inspirasi cukup Pulmo :


 Trakhea di tengah  Hili normal
 Mediastinum tidak melebar  Corakan bronkovaskuler normal
 Cor membesar ke lateral kiri  Tampak rongga lusen multipel
dengan apeks tertanam pada membentuk gambaran honeycomb
diafragma, pinggang jantung appearance di lapang tengah
normal, kalsifi kasi aorta (+) sampai bawah paru kanan dan kiri
 Sinuses dan diafragma normal  Kranialisasi (-)
 Soft tissue dan skeletal normal.
Kesan :
 Bronkiektasis paru bilateral
 Kardiomegali tapa bendungan paru
 Atherosklerosis aorta.
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKIEKTASIS
DEFINISI BRONKIEKTASIS

 Kelainan kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus dan distorsi


bronkus lokal yang bersifat patologis secara permanen, disertai proses
infl amasi pada dinding bronkus dan parenkim paru sekitarnya

 Penyakit pernapasan kronik yang ditandai dengan sindroma klinis berupa


batuk, produksi sputum, dan infeksi bronkial.
ETIOLOGI

 Etiologi bronkiektasis yang paling sering adalah sebagai akibat sekunder


dari infeksi.

 Namun, bronkiektasis juga dapat disebabkan kelainan struktural paru,


kerusakan toksik pada saluran napas, obstruksi, gangguan klirens
mukosilier, imunodefi siensi, dan penyakit sistemik.
EPIDEMIOLOGI

 Epidemiologi bronkiektasis secara nasional di Indonesia belum diketahui


pasti.

 Di Amerika Serikat, penyakit ini termasuk penyakit yang jarang, namun


diduga prevalensinya lebih tinggi di populasi sosioekonomik rendah
KLASIFIKASI
PERUBAHAN BRONKUS
Dinding bronkus

Infl amasi destruktif


irreversibel

Mukosa bronkus
• Permukaan abnormal

• Silia dan epitel menghilang

• Sebukan sel radang

• Metaplasia skuamosa

Jaringan paru peribronkial


• Pneumonia

• Fibrosis

• Pleuritis
DIAGNOSIS

 Diagnosis bronkiektasis didasarkan pada pemeriksaan klinis dan


radiologis.

 Pasien bronkiektasis sering kali datang dengan keluhan batuk kronik,


sputum mukopurulen, dan infeksi paru berulang.

 Namun, keluhan berupa sesak napas, rhinosinusitis, rasa lelah,


hemoptisis, dan nyeri thoraks juga dapat muncul.

 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi rontgen dada, uji


fungsi paru, dan CT scan dada
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto thoraks PA dan lateral : Honey Comb Appearance / sarang tawon

 Bronkhografi : Tampak kelainan bronkhus yang ektasis ( tidak rata /


menyempit di beberapa tempat )

 Bronkhoskopi: mengetahui bila ada benda asing / tumor dalam bronkhus

 Faal Paru: kelainan restriksi dan obstruksi


TATA LAKSANA

 Penatalaksanaan bronkiektasis ditujukan untuk mencegah eksaserbasi,


mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan
menghentikan progresi penyakit. Klirens saluran pernapasan dan
antibiotik sampai sekarang masih menjadi pilihan utama pada tata
laksana bronkiektasis.

 Terapi pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi bronkiektasis berat


yang berisiko mengancam nyawa.
JOURNAL RESUME
Lai, Y.-C. (2016). Bronchiectasis Case Report. Postgraduate Medical
Journal, 92(1089), 423–424. doi:10.1136/postgradmedj-2016-
133966 
 Seorang wanita 43 tahun memiliki
gejala batuk kronis, dyspnoea progresif
saat aktivitas dan sputum purulen
hilang timbul selamalebih dari 5 tahun.
 Pasien menyangkal memiliki penyakit
sistemik dan tidak pernah merokok.
 Suatu hari, pasien mengalami
hemoptisis dan datang untuk berobat.
 Hasil rontgen dada terdapat infi ltrate
pada paru-paru bagian bawah
bilateral(terutama sisi kanan) dan
bayangan cincin
(gambar 1,mata panah)
 Kemudian, dia dirawat untuk
pengobatan pneumonia.

 CT dada menunjukkan kaliber


seragam, penebalan dinding
bronkial paralel (tram track
sign) (gambar 2, panah)

 Bronkus melebar

(gambar 2, kepala panah.)


Bronkus seperti kistik (signet ring) dengan air fl uid level

(gambar 3, panah)
 Pola gambar kompatibel dengan bronkiektasis silindris.

 Setelah pengobatan dengan levofl oxacin 750 mg intravena selama5


hari, hemoptisis dan batuk membaik.

 Sekarang, pasien menerima tindak lanjut klinik rawat jalan reguler


dengan 3 bulan mengkonsumsi klaritromisin oral.
 CT Scan adalah alat diagnostik standar emas untuk bronkiektasis dengan
presentasi khas diameter bronkus yang lebih besar dari arteri pulmonalis
di dekatnya tanpa bronkial meruncing normal.

 Terapi makrolida jang Panjang dosis rendah terbukti menurunkan jumlah


dahak dan memiliki efek anti-infl amasi setidaknya selama beberapa 3
bulan.

 Selain itu, pasien yang didiagnosis dengan bronkiektasis harus dievaluasi


untuk etiologi yang mendasari, seperti kongenital, autoimun atau
idiopatik.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai