TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Diare
a. Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari
(Depkes RI, 2011).
Diare adalah pengeluaran buang air besar dengan konsistensi
feses lembek atau cair tiga kali atau lebih per hari yang frekuensi
pengeluarannya lebih dari individu normal. Ini biasanya merupakan
gejala dari adanya infeksi gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh
berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi dapat menyebar
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau dari seseorang
yang kebersihannya buruk. Diare berat menyebabkan hilangnya cairan,
dan mungkin dapat mengancam jiwa terutama pada anak-anak dan
seseorang yang mengalami malnutrisi atau yang memiliki gangguan
imunitas (WHO, 2015).
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari,
disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah
(Yusuf Sulaiman, 2011).
b. Etiologi Diare
1) Diare Infeksi
Diare yang disebabkan infeksi biasanya lebih sering dikarenakan
virus. Pada bayi, virus yang banyak menyebabkan diare adalah
rotavirus. Diare yang disebabkan infeksi lebih sering bersifat akut
dibanding kronis. Sebagian kejadian luar biasa diare disebabkan oleh
6
7
g. Diagnosis
a) Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal seperti lama
diare berlangsung, frekuensi diare, volume diare, konsistensi
tinja, warna, bau, ada atau tidaknya lendir dan darah, disertai
muntah atau tidak, ada demam atau tidak. Tanyakan pula tingkah
laku anak (rewel,gelisah, lemah), buang air kecil, riwayat makan
dan minum, penderita di sekitar, riwayat obat-obatan.(Setiati,
2014)
13
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal diare yang dicanangkan pemerintah untuk
mengendalikan angka kejadian diare di Indonesia adalah LINTAS diare
(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:
1) Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah tangga dengan pemberian oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah
sayur, air matang. Selain itu oralit dapat dibuat dengan cara
memasukkan satu sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam
dapur dan satu gelas (200 cc) air matang kemudian aduk rata dan
larutan gula-garam siap untuk digunakan. Oralit saat ini yang beredar
di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,
yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang (Kemenkes RI, 2011; Wulandari, 2012).
a) Diare tanpa dehidrasi
- Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak diare
- Umur 1-4 tahun : ½-1 gelas setiap kali anak diare
- Umur ≥ 5 tahun : 1- 1 ½ gelas setiap kali anak diare
b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Larutan oralit diberikan dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75
cc/KgBB
c) Diare dengan dehidrasi berat
Rehidrasi intravena 100 cc/KgBB cairan ringer laktat atau ringer
asetat dengan ketentuan
- Umur < 1 tahun : pertama berikan 30 cc/KgBB dalam 1 jam,
selanjutnya 70 cc/KgBB dalam 5 jam
- Umur ≥ 1 tahun : pertama berikan 30 cc/KgBB dalam 30
menit , selanjutnya 70 cc/KgBB dalam 2,5 jam.\
16
2. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
: misalnya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak
tablet Zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.
Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau setelah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang
sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan penanganan.
3. Rujuk SEGERA untuk pengobatan intravena
4. Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan.
5. Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit, melalui pipa nasogastrik
atau mulut : beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :
- Jika anak muntah terus-menerus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak
untuk pengobatan intravena.
Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.
Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan penanganan.
CATATAN :
Jika mungkin amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan
hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral (WHO, 2009).
i. Komplikasi
1) Gangguan elektrolit
a) Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah
menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan
23
4. Kerangka Teori
Etiolog
a. Infeksi:
bakteri,virus,parasit,
jamur.
b. Non infeksi :
Malabsorpsi,
keracunan
makanan, alergi
efek obat-obatan,
sebab lain
Kejadian Diare
Pada Balita
Faktor risiko
a. Faktor Perilaku
- Pemberian ASI
eksklusif
- Kebiasaan cuci tangan
- Penyimpanan/
penyediaan makanan
yang tidak higienis
5. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
a. Umur
b. jenis kelamin
c. skor dehidrasi Variabel Terikat
d. lama kejadian
e. gejala masuk puskesmas Balita penderita
f. terapi yang diberikan Diare
g. Waktu kejadian
B. Landasan Teori
Diare masih merupakan masalah diberbagai tempat diseluruh dunia,
dikarenakan diare menjadi penyebab kematian kedua pada anak di bawah 5 tahun
di dunia. Sekitar satu dari lima kematian anak dikarenakan diare, angka kematian
diare mencapai 1,5 juta kematian setiap tahunnya (WHO & UNICEF, 2009).
Pada kebanyakan kasus diare, kematian disebabkan oleh dehidrasi
(WHO, 2006). Diare mengakibatkan terjadinya kehilangan sejumlah besar air dan
elektrolit, terutama natrium dan kalium (Nelson, 2012).
Dehidrasi dari diare dapat dicegah dengan memberikan tambahan cairan
di rumah, sehingga ini dapat ditangani dengan simple, efektif dan murah dalam
sebuah masyarakat (WHO, 2006). Dimana program ini meliputi program
pencegahan dan program penatalaksanaan awal yang cukup efektif, murah dan
sederhana. Pekerja kesehatan telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat
menyangkut cara pencegahan dan penanganan penyakit diare. Peranan wanita/ibu
dalam pelaksanaan program kesehatan ini dianggap penting dalam konteks rumah
tangga, sehingga pengetahuan wanita/ibu perlu diperluas untuk menyukseskan
program kesehatan (Nelson, 2012).
26