PEMBAHASAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telingan terus menerus
atau hilang timbul lebih dari 2 bulan, sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa
nanah.2
parase nervus fasialis merupakan salah satu konplikasi ekstrakranial pada otitis
media upuratif kronik tipe maligna yaitu proses peradangan saraf fasialis yang di
sebabkan karena infeksi masuk ke kanalis fasialis atau erosi tulang atau penekanan oleh
kolesteatom atau jaringan granulasi. kelemahan nervus dapat diamati pada cabang
cabangnya yang mempersarafi otot otot wajah yaitu ramus temporalis, zigommaticus,
bucal, mandibula dan cervicalis, biasanya derajat kelemahannya akan menentukan
reversibiitas kelumpuhan tersebut.3
Telinga tengah dapat dibagi menjadi tiga bagian: mesotympanum, atau rongga
timpani, yang berseberangan dengan membran timpani dan berisi tiga ossicles;
epitympanum, atau loteng, yang merupakan chepalad pada membran timpani; dan
hipotympanum, yang lebih rendah dari membran timpani. Ocular chain tersusun
atas malleus, incus, dan stapes.9
Segmen mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior
kavum timpani . perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid,
disebut segman piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling
posterior dari nervus VII, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.
Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal menuju segmen stilomaoid . panjang
segmen ini 15-20 milimeter.1
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan yang
mengarahkan gerakan ekspresi emosional pada otot-otot wajah. Juga ada hubungan
dengan gangglion basalis. Jika bagian ini atau bagian lain dari sistem piramidal
menderita penyakit penyakit, mungkin terdapat penurunan atau hilangnya ekspresi
wajah (hipomimia atau amimi).7
Gambar 6. Percabangan fungsi nervus fasialis
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga
danmengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran
iniditeruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama
lain.Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang
jugamenggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui
membranReissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah,
perilimf dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum)
terdorongke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf
danmendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah
dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel
rambut berkelok-kelok,dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut
menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan
ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII, yang
kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak (area
39-40) melalui saraf pusat yang ada di lobus temporal.1,8
2. DEFINISI
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telingan terus menerus
atau hilang timbul lebih dari 2 bulan, sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa
nanah.2
3. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%. 6
Insiden OMSK bervariasi di setiap negara berkembang. Secara umum, insiden
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras dan faktor sosioekonomi. Kehidupan sosio-
ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang buruk
merupakan faktor resiko yang mendasari peningkatan prevalensi OMSK di negara
berkembang. . Otitis media supuratif kronis dianggap sebagai salah satu penyebab tuli
yang terpenting, terutama di negara-negara berkembang, dengan prevalensi antara 1 -
46%. Di Indonesia antara 2,10 - 5,20%, di Korea 3,33%, di Madras India
2,25%.Prevalensi paling tinggi didapat pada penduduk Aborigin di Australia, tanzania,
india, kepulauan solomon, guam, greenland. Prevalensi tnggi termasuk nigeria, angola,
mpzambiq, republic of korea, thailand, filipina, malaysia, vietnam, micronesia, china,
eskimos. Negara negara berprevalensi rendah adalah gambia, saudi arabia, israel, usa,
inggris, denmark, finlandia. Indonesia termasuk negara berprevalensi tinggi.6, 7
4. ETIOLOGI
Otitis media mempunyai etiologi dan patogenesis multifaktorial termasuk di
antaranya genetik, infeksi, alergi, sosial, suku, ras, danjuga faktor lingkungan.7 Terjadi
OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa. otitis media terjadi karena faktor pertahanan ini terganggu. Sumbatan
tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba
eusthacius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.2
Pencetus terjadinya otitis media ialah infeksi yang biasanya berasal dari saluranan
pernafasan seperti nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga
tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. 2
Penyebab OMSK antara lain:
a. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah
hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat
tinggal yang padat.2
b. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan
kronis.2
c. Infeksi
Bakteri gram negatif dan bakteri gram positif aerob dan anaerob berperan pada
OMSK dengan insiden yang berbeda beda. Pseudomonas aeruginosa merupakan
kuman tersering ditemukan pada biakan sekret OMSK tanpa kolesteatoma. Bakteri
yang di temukan pada OMSK dengan kolesteatoma pada pasien pasien yang
menjalani mastoidektomi radikal di RSUPN Cipto Mangunkusumo yaitu proteus
mirabilis sebanyak 58,5%, sedangkan pseudomonas 31,5%. Staphilpcoccus aureus
yang resisten terhadap golongan penisilin,staphilococcus epidermidis, dan klebsiela
pneumoni. Bakteri yang harus diperhatikan juga adalah bacterioides fragils dan
haemophilus influenza yang mempunyai potensi untuk menghasilkan b-laktamase.7
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa
dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor
lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan
derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret
mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa
telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.2
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
a) Fase aktif
Pada jenis ini sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktiF.
Fase tidak aktif / fase tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai kavum timpani dalam keadaan basah
atau kering mukosa telinga tengah yang pucat. Faktor predisposisi pada penyakit
tubotimpani :2,9
– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis
kronis
– Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis
– Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat
yang terkontaminasi
– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia
– Otitis media supuratif akut yang berulang
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi pad
OMSK tipe maligna letaknya marginal atau atik, kadang kadang di dapatkan juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe malignan.2
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi
atas 2 tipe yaitu :
1. Kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis
(1965) adalah :
– Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli
saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan. 2
2. Didapat.
Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong
retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi
dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami
perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal : mereka menjadi
area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane
timpani.2
Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari
eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi benda
asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa. 2